• Tidak ada hasil yang ditemukan

Juta Rupiah

F. Definisi Istilah

4. Bank Wakaf Mikro

a. Latar Belakang Bank Wakaf Mikro

Ketimpangan merupakan salah satu masalah yang berlangsung secara berlarut-larut di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah sebanyak 26,6 juta jiwa atau sekitar 10,12%99.

Gambar 2.9

Kondisi Kemiskinan di Indonesia

Sumber: BPS (2017)

Hal tersebut ditambah dengan ketimpangan yang begitu tinggi, yaitu pada tingkat 0,3910, dimana ketimpangan terbesar berasal dari perkotaan, yaitu sebesar 0,4040100.

99Forum Merdeka Barat 9, “Bank Wakaf Mikro: Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendirian Bank Wakaf Mikro Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, disampaikan di Jakarta, 27 Maret 2018, 4.

100Forum Merdeka Barat 9, “Bank Wakaf Mikro: Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendirian Bank Wakaf Mikro Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, 4.

Gambar 2.10

Ketimpangan di Indonesia (Rasio Gini)

Sumber: BPS (2017)

Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki tingkat kemiskinan yang berada di atas rata-rata nasional. Oleh karenanya diperlukan peran aktif seluruh elemen masyarakat, salah satunya melalui pemberdayaan ekonomi umat yang juga menjalankan fungsi pendampingan. Pemberdayaan ekonomi umat harus hadir menjadi salah satu solusi dalam pengentasan ketimpangan dan kemiskinan di Indonesia.

Salah satu elemen masyarakat yang memilki fungsi strategis dalam pendampingan untuk mendorong perekonomian masyarakat adalah pesantren. Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berbasis agama memilki potensi yang besar untuk memberdayakan umat dan berperan dalam mengikis kesenjangan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan, khususnya masyarakat di sekitar pesantren.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat adanya kebutuhan untuk mempertemukan pihak yang memilki kelebihan dana untuk didonasikan

kepada masyarakat yang membutuhkan pembiayaan usaha dengan imbal hasil yang rendah. Oleh karena itu, OJK memfasilitasi model bisnis Bank Wakaf Mikro dengan platform Lembaga Keuangan Mikro Syariah. b. Model Bisnis Bank Wakaf Mikro

Keberadaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro menjadi dasar hukum bagi lembaga keuangan mikro untuk beroperasi, termasuk bagi Bank Wakaf Mikro yang menjadi

pilot project OJK dalam upaya meningkatkan inklusi keuangan dan

mengembangkan produk keuangan mikro kepada masyarakat yang dikembangkan melalui institusi keagamaan berbasis pondok pesantren. Perlu ditegaskan bahwa walaupun berlabel bank, Bank Wakaf Mikro merupakan bentuk dari Lembaga Keuangan Non Bank101, Bank Wakaf Mikro merupakan lembaga keuangan mikro yang izin operasionalnya berada di bawah OJK dengan dasar hukum pendiriannya merupakan koperasi sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro pasal 5 ayat 1 dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 12 Tahun 2014, Surat Tanda Terdaftar (STTD) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 62 Tentang Kelembagaan102.

Target pasar yang dibidik oleh Bank Wakaf Mikro adalah masyarakat miskin yang memiliki kemauan dan semangat untuk bekerja serta masyarakat miskin yang amanah dan terdidik. Karakteristik Bank Wakaf Mikro yaitu menyediakan produk pembiayaan serta

101

Otoritas Jasa Keuangan,Membangkitkan Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat di Sekitar Pesantren (2017), 13.

pendampingan usaha, non deposit taking, tidak melakukan kegiatan penghimpunan dana, berbasis kelompok, imbal hasil sebesar 3%, dan tanpa agunan.103

Dalam menjalankan operasional, Bank Wakaf Mikro sebagai Lembaga Keuangan Syariah mendapatkan sokongan dana sebagai modal dasar dari dana donatur yang berasal dari dana kebajikan yang dihimpun oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Bangun Sejahtera Umat (LAZNAS BSM). Bank Wakaf Mikro kemudian memberikan pembiayaan dan pendampingan kepada anggota Bank Wakaf Mikro, pendampingan tersebut dilakukan secara berkala melalui pendampingan usaha, pendampingan manajemen ekonomi rumah tangga, serta pendampingan agama104.

Dalam skema pembiayaan, sifat tangung renteng antar anggota merupakan keharusan. Calon anggota yang kemudian ditetapkan menjadi anggota resmi akan membuat suatu perkumpulan kelompok yang disebut dengan KUMPI. KUMPI merupakan singkatan dari Kelompok Usaha Mikro Produktif Indonesia. Dalam satu KUMPI terdapat lima orang anggota yang merupakan anggota pembiayaan dari Bank Wakaf Mikro. KUMPI dibentuk pada saat calon anggota mengajukan pembiayaan yang kemudian disetujui oleh Bank Wakaf Mikro melalui Pelatihan Wajib Kelompok (PWK). KUMPI yang telah terbentuk kemudian mengadakan Halaqah Mingguan atau disingkat dengan HALMI. HALMI merupakan

103Forum Merdeka Barat 9, “Bank Wakaf Mikro: Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendirian Bank Wakaf Mikro Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, 9.

pertemuan antar KUMPI (tiga hingga lima KUMPI). Dalam HALMI tersebut dilakukan pencairan dana pembiayaan kepada tiap anggota. HALMI dapat dilakukan di rumah salah satu anggota dimana manajemen memberikan pendampingan. HALMI dilakukan tiap minggu selama kurang lebih satu tahun dengan total maksimal empat puluh kali HALMI. Dalam HALMI tersebut juga dilakukan pembayaran cicilan atas pembiayaan yang diberikan oleh Bank Wakaf Mikro.105

Gambar 2.11

Model Bisnis Bank Wakaf Mikro

Sumber: OJK (2017)

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Wakaf Mikro sebagai bagian dari LKM diawasi oleh OJK yang berkoordinasi bersama-sama

dengan pesantren, perangkat desa, serta pemerintah daerah setempat. Kriteria pesantren sebagai tempat didirikannya Bank Wakaf Mikro, yaitu 1) memiliki posisi yang dekat dengan masyarakat miskin produktif, 2) pimpinan pondok pesantren yang memiliki pemahaman tentang keuangan syariah, 3) calon pengurus memiliki integritas, akhlak, dan reputasi keuangan yang baik, serta 4) calon pengurus memiliki kompetensi yang baik dalam pengembangan keuangan mikro dan pemberdayaan masyarakat.106

Gambar 2.12

Pengawasan Bank Wakaf Mikro

Sumber: OJK (2017)

c. Perkembangan Bank Wakaf Mikro

Perkembangan Bank Wakaf Mikro pun saat ini semakin menunjukan arah yang positif. Per September 2019, sebanyak 53 BWM

telah didirikan yang lokasinya tersebar di berbagai daerah di tanah air. Jumlah akumulasi pembiayaan yang telah disalurkan mencapai Rp. 29,33 miliar dengan melibatkan 13.275 anggota dan 2.875 Kelompok Usaha Masyarakat Sekitar Pesantren Indonesia (KUMPI). Akses keuangan yang diberikan oleh BWM diharapkan turut mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.107

Dalam rapat pleno Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) pada tanggal 5 Februari 2018, Bank Wakaf Mikro juga menjadi salah satu usulan Quick Wins sektor keuangan syariah108. Wimboh Santoso, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan bahwa program ini adalah program yang efektif dalam mendukung program pemerintah untuk pemerataan kesejahteraan, khususnya di sekitar pesantren yang selanjutnya berdampak luas pada pengembangan ekonomi syariah yang berkesinambungan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat serta mampu mengurangi ketimpangan dan kemiskinan.109

Dalam pengembangannya, Bank Wakaf Mikro juga diperluas cakupan wilayah pendiriannya sehingga dapat menjangkau nasabah lebih banyak. Santoso juga menambahkan bahwa ke depan Bank Wakaf Mikro akan bersinergi dengan toko-toko Lembaga Ekonomi Umat (LEUmart) dan Koperasi Mitra Santri Nasional (KMSN) agar Bank Wakaf Mikro

107OJK, “Perkembangan Bank Wakaf Mikro”,

https://www.instagram.com/p/B5AIjwCFN14/?igshid=gjpse9pyido0. Diakses tanggal 20 November 2019.

108Forum Merdeka Barat 9, “Bank Wakaf Mikro: Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendirian Bank Wakaf Mikro Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, 20.

109Forum Merdeka Barat 9, “Bank Wakaf Mikro: Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendirian Bank Wakaf Mikro Lembaga Keuangan Mikro Syariah”, 21.

dapat menjadi model bagi lembaga-lembaga pemberdayaan ekonomi lainnya di Indonesia.110

5. Akad Qardh