• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Bantuan Langsung Tunai

Program BLT adalah program kompensasi jangka pendek yang dikeluarkan oleh pemerintah dan mempunyai tujuan yang utamanya adalah untuk membantu masyarakat yang tergolong miskin, lebih tepatnya membantu rumah tangga yang tergolong miskin, karena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dalam negeri. BLT adalah program kompensasi jangka pendek dengan maksud, agar tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran, yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin, miskin dan dekat dengan miskin (near poor), tidak menurun pada saat terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri. Dengan demikian walaupun program BLT bukan satu-satunya program yang berkenaan dengan pemecahan masalah kemiskinan, diharapkan dapat mendorong penanggulangan tingkat kemiskinan, khususnya saat terjadi kenaikkan harga-harga kebutuhan pokok menuju keseimbangan yang baru.

Program BLT pertama kali dilaksanakan pada tanggal 10 September 2005, dimana pembahasan ini dilanjutkan pada taraf pelaksanaan melalui rapat koordinasi tingkat menteri pada tanggal 16 September 2005, yang memandang bahwa pelaksanaan BLT sudah siap dilaksanakan, maka berlangsunglah program ini pada bulan Oktober

sejumlah ketua rt mundur di bayumas dan purbalingga) diakses pada tanggal 21 Juni 2011 pukul 17.45.

BLT disalurkan tahun 2008 berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan BLT untuk Rumah Tangga Sasaran (RTS). Program BLT ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Proses pembagian kartu dan vertifikasi awal rumah tangga sasaran oleh PT

POS, BPS dan aparat desa/kelurahan.

2. Proses vertifikasi menyeluruh

3. Penetapan direktori baru rumah tangga sasaran oleh BPS

4. Proses sosialisasi

5. Proses penyaluran dana

BLT adalah sejumlah uang tunai yang diberikan pemerintah kepada rumah tangga yang termasuk dalam kategori miskin, BLT dibagikan kepada Rumah Tangga Sasaran dalam kurun waktu pertiga bulan sebesar Rp 300.000. Adapun tujuan dari BLT adalah untuk membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, serta mencegah penurunan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan ekonomi dan juga

meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

di bayumas dan purbalingga) diakses pada tanggal 21 Juni 2011 pukul 17.45.

Harapan pemerintah pada masyarakat penerima BLT adalah dapat dan mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebijakan pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak ini juga dilanjutkan dengan kebijakan lain, seperti pemberdayaan melalui Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sehingga skema perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pada tahun 2005-2006 pemerintah melaksanakan skema Program Kompensasi Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) meliputi:

1. Bidang pendidikan, untuk menyukseskan program wajib belajar 9 tahun

melalui pemberian Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (KBM)

2. Bidang kesehatan, diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan

melalui sistem jaminan kesehatan bagi penduduk miskin, yang meliputi layanan kesehatan dasar, layanan kesehatan rujukan dan pelayanan penunjang lainnya. Bidang infrastruktur di desa tertinggal (jalan, jembatan, air bersih, sanitasi, tambatan perahu, irigasi desa sederhana dan penyediaan listrik bagi daerah yang betul-betul memerlukan).

Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara R.E Nainggolan mengemukakan sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia No 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan BLT kepada rumah tangga miskin, maka terdapat beberapa hal penting yang perlu dipahami dan dipedomani, yaitu :

1. Badan Pusat Statistik Provinsi agar memperhatikan petunjuk Pelaksanaan Penetapan Rumah Tangga Sasaran Tahun 2008 yang

diterbitkan oleh BPS, agar tetap berkoordinasi dengan aparat pemerintah daerah dalam hal ini Lurah/Kepal Desa dan Camat.

2. PT Pos Indonesia Cabang Medan agar memperhatikan petunjuk Pendistribusian Kompensasi Bahan Bakar Minyak Tahun 2008 yang diterbitkan oleh PT Pos Indonesia, yang dalam pendistribusian ini diharapkan dapat bekerja sama dengan aparat Desa/Kelurahan dan melibatkan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, yaitu Karang Taruna Siaga Bencana dan tokoh masyarakat.

3. Pemerintah Kota Medan, diharapkan melakukan koordinasi dengan Musyawarah Pimpinan Daerah Kota Medan dan para Camat serta Lurah agar mendukung kelancaran pelaksanaan program BLT.

4. Kepada Bapak Kapolda Sumut, diminta untuk menghimbau seluruh jajarannya melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap sasaran penerima BLT atau Rumah Tangga Sasaran dan Badan Infokom Provinsi Sumatra Utara, agar mesosialisasikan program BLT Rumah Tangga Sasaran kepada seluruh masyarakat Sumatra Utara melalui media massa dan media elektronika.

5. Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, diharapkan melaksanakan monitoring dan evaluasi guna mengidentifikasi berbagai hal yang muncul dalam pelaksanaan BLT sehingga memberi kesempatan kepada pelaksanaan program untuk melakukan perbaikan yang diperlukan .

6. Guna mengetahui kesiapan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam Peluncuran Program BLT bagi rumah tangga sasaran, diminta kepada BPS Sumut, PT Pos Indonesia (Persero) Cabang Medan dan Kepala Dinas

Sosial Provinsi Sumatera Utara memaparkan persiapan pelaksanaan

peluncuran BLT Rumah TanggaSasaran

(http://wwwbainfokomsumut.go.id/open.php?id=391&db=artikel) diakses 10 oktober 2009, pukul 17.30 Wib).

Kepala Dinas SU mengatakan bahwa jumlah dana yang harus disalurkan adalah Rp. 26.142.600,- ke 21 Kecamatan dengan Rumah Tangga Sasaran (RTS) 87.142 KK. Penyaluran BLT ini juga akan dilanjutkan setelah 3 bulan tahap I selesai. Apapun Panduan Operasional Pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai Rumah Tangga Sasaran adalah sebagai berikut :

1. Petunjuk Pelaksanaan Pendapatan RTS tahun 2008 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

2. Petunjuk Pendistribusian Kartu Konpensasi diterbitkan oleh PT Pos Indonesia.

3. Petunjuk teknis tentang Pelaksanaan Penyaluran BLT Kepada Rumah Tangga Sasaran dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak yang diterbitkan oleh Departemen sosial.

4. Petunjuk teknis pengendalian BLT di daerah kepada Rumah Tangga Sasaran yang diterbitkan oleh Departemen Dalam Negeri.

Sedangkan tahapan penyaluran dana BLT kepada Rumah Tangga Sasaran adalah sebagai berikut :

1. Penyiapan Data Rumah Tangga Sasaran Oleh BPS Pusat 2. Daftar nama dan alamat diolah dan disimpan oleh databesed

3. Nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran diberikan ke PT. Pos Indonesia 4. PT. Pos Indonesia tidak diperkenankan melakukan perubahan data

5. PT. Pos Indonesia mencetak Kartu Kompensasi Bahan Bakar Minyak (KKB) sesuai data

6. KKB ditandatangani oleh Menteri Keuangan RI

7. Departemen sosial menempatkan dana BLT di Rekening Giro

Departemen Sosial di Kantor Cabang BRI dan memerintahkan BRI memindahbukukan dana BLT ke Rekening Giro Kantor Pos di Kantor Cabang BRI seluruh Indonesia

8. Kartu yang dicetak didistribusikan langsung kepada Rumah Tangga Sasaran

9. Pemegang kartu mendatangi lokasi kantor bayar/kantor pos yang ditunjuk sesuai informasi dalam kartu yang ditentukan kantor pos

10. Pembayaran dilakukan atas dasar kepemilikan kartu

11. PT. Pos Indonesia menyampaikan laporan bulanan ke Departemen Sosial Kepala BPS Bapak Drs Alimuddin Sidabalok MBA, mengemukakan bahwa Pemerintah saat ini akan berupaya menurunkan jumlah penduduk miskindari 16,7% pada tehun 2004 menjadi 8,2% pada tahun 2009. Strategi utama yang ditempuh pemerintah adalah dengan cara meningkatkan pendapatan penduduk, dan menurunkan beban hidup penduduk miskin. Bapak Drs Alimuddin Sidabalok MBA mengemukakan, bahwa penerimaan BLT dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kriteria, yaitu :

1. Secara konseptual, RTS adalah rumah tangga yang memenuhi minimal 9

2. RTS terdiri dari tiga kelompok, yaitu RTS sangat miskin (memenuhi 13-14 kriteria), RTS miskin (memenuhi 11-12 kriteria), dan RTS mendekati miskin (memenuhi 9-10 kriteria).

3. Pemenuhan kriteria/variable Rumah Tangga Sasaran pada batas kebutuhan dasar minimal yang dinyatakan dalam ukuran garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non-makanan

Pengelompokan rumah tangga sasaran berdasarkan pendapatan menurut beliau dapat dikelompokkan menjadi Rumah Tangga Tidak Miskin Rp. 120.000/jiwa/bulan , diakses 10 Mei 2011 pukul 18.00.) Dalam penanggulangan masalah kemiskinan melalui program BLT, BPS pun telah menetapkan 14 kriteria keluarga miskin seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informasi 2005, rumah tangga yang memiliki cirri rumah tangga miskin yang berhak adalah rumah tangga yang memiliki ciri-ciri seperti disajikan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Kriteria Rumah Miskin No

. Variabel Kriteria Rumah Miskin

1 Luas lantai bangunan tempat tinggal Kurang dari 8 meter per orang

2 Jenis lantai bangunan tempat tinggal Bambu/Kayu berkualitas rendah

atau Kayu Murahan

3 Jenis dinding tempat tinggal Bambu/Rumbiah,Kayu berkualitas

4

Fasilitas tempat buang air besar

Tidak memiliki WC sendiri atau

WC umum digunakan secara

bersama-sama

5 Sumber penerangan rumah tangga Tidak menggunakan listrik

6 Sumber air minum Air sungai, air hujan

7 Bahan bakar untuk memasak

sehari-hari Kayu bakar, arang, minyak tanah

8 Konsumsi daging/susu ayam

perminggu Satu kali dalam satu minggu

9 Pembelian baju baru untuk setiap

ART dalam setahun Satu kali dalam satu tahun

10 Makanan untuk sehari dalam

setiap ART Satu atau dua kali dalam satu hari

11 Kemampuan untuk membayar ke puskesmas / poliklinik

Tidak mampu menanggulangi sendiri biaya berobat ke dokter, klinik atau puskesmas

12 Sumber penghasilan kepala rumah tangga

Petani dengan luas lahan 0,5 ha buruh tani perkebunan atau pekerja lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000/bulan

13 Pendidikan tertinggi kepala rumah

tangga keluarga

Tidak sekolah, tidak tamat SD, hanya tamat SD

14 Kepemilikan aset tabungan

Tidak mempunyai tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp 500.000, seperti sepeda motor

2.3.1 Tujuan Program BLT

Program BLT dilatarbelakangi upaya mempertahankan tingkat konsumsi RTS sebagai akibat adanya kebijakan kenaikan harga BBM. Tujuan BLT adalah:

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasar.

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi

3. Meningkatkan tanggungjawab sosial bersama (Depsos RI : 2008)

2.3.2 Sasaran Program BLT

Dasar hukum pelaksanaan program BLT adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pelaksanaan Program BLT untuk rumah tangga sasaran. RTS adalah rumah tangga yang masuk dalam katagori sangat miskin, miskin, dan hampir miskin sesuai dengan hasil pendataan BPS.

Ada 14 indikator identifikasi dari BPS kriteria rumah tangga miskin adalah :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal : Kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal : Tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal : Bambu/rumbia/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Fasilitas tempat buang air besar : Tidak punya/bersama-sama dengan

rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga : Bukan listrik

6. Sumber air minum : Sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari : Kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Konsumsi daging/susu/ayam per minggu : Tidak pernah/hanya satu kali

9. Pembelian pakaian baru untuk setiap art dalam setahun : Tidak pernah/satu stel dalam setahun.

10.Makanan dalam sehari untuk setiap art : Hanya satu kali makan/dua kali

makan sehari.

11.Kemampuan membayar untuk berobat ke Puskesmas/Poliklinik : Tidak

mampu membayar.

12.Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga : Petani dengan luas lahan

0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,-perbulan.

13.Pendidikan tertinggi kepala keluarga: Tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya

tamat SD.

14.Pemilikan aset/tabungan: Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual

dengan nilai minimal Rp. 500.000,- setiap sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal, motor, atau barang modal lainnya (BPS : 2005)

2.3.3 Organisasi Pelaksana Penyaluran Dana BLT-RTS

Pelaksana Program BLT bagi RTS adalah Departemen Sosial selaku Kuasa Pengguna Anggaran dibantu oleh pihak-pihak terkait yang telah ditetapkan dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai untuk Rumah Tangga Sasaran. Penyaluran BLT-RTS merupakan suatu bentuk kerjasama yang didasarkan pada fungsi dan tugas pokok, sehingga setiap lembaga bertanggung-jawab terhadap kelancaran bidang tugas masing-masing. Bentuk kerjasama dimaksudkan untuk mempercepat

proses penyaluran dana BLT-RTS kepada kelompok sasaran sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal.

Untuk meningkatkan sinergi pelayanan secara maksimal, maka masingmasing lembaga saling berkoordinasi dan dalam pelaksanaan Program BLT difasilitasi penyediaan Unit Pelaksana Program BLT (UPP-BLT) dari tingkat pusat sampai dengan kecamatan. Tugas pokok dan tanggung jawab dari instansi dapat dilihat dari Instruksi Presiden RI Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Program BLT untuk RTS yang dijabarkan sebagai berikut:

Dokumen terkait