• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN DATA PENYITAAN

B. Barang-Barang Penanggung Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya

Berdasarkan kepada Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 pasal 14 ayat 1, 2 dan 3 dimana penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu, berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, dimana:

a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan uang tunai dan deposito berjangka, tabungan, rekening Koran, obligasi, saham, surat berharga dan penyertaan modal pada perusahaan lainnya.

b. Barang yang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan dan kapal dengan isi kotor tertentu.

Penyitaan yang dilakukan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan telah mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

Barang bergerak yang dapat disita

Perincian barang bergerak yang dapat disita adalah:

a. Semua barang bergerak yang ada di rumah Penanggung Pajak b. Semua barang bergerak yang ada di took Penanggung Pajak

c. Semua barang bergerak yang ada di tempat usaha Penanggung Pajak d. Semua barang bergerak yang ada di kantor Penanggung Pajak

Barang tak bergerak yang boleh disita

Perincian barang tak bergerak yang boleh disita adalah:

a. Rumah tinggal, bangunan kantor, bangunan perusahaan, gudang dan sebaginya, baik yang ditempati sendiri maupun yang disewakan atau dikontrakkan kepada orang lain.

b. Kebun, sawah, bungalow dan sebagainya, baik yang ditempati atau dikerjakan sendiri maupun yang disewakan.

Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan

Berdasarkan ketentuan pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a. Pakaian dan tempat tidur serta perlengkapan yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarganya dan yang menjadi tanggungannya.

b. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah.

c. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas dan diperoleh dari Negara.

d. Buku-buku yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang digunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan. e. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak melebihi Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta).

f. Peralatan penanggung cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarganya yang menjadi tanggungannya.

C.Pengertian Juru Sita Pajak

Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, Pemberitahuan Surat Paksa, Penyitaan dan Penyanderaan.

Berdasarkan pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2000, Juru Sita Pajak mempunyai tugas, yaitu:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan Penyitaan atas barang Penanggung Pajak yang hendak disita d. Melaksanakan Penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan

Dalam melaksanakan tugasnya, Juru Sita Pajak harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal Juru Sita Pajak dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang harus diperlihatkan kepada Penangggung Pajak.

D. Pelaksanaan Penyitaan

Di dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus melakukan penyitaan sesuai dengan prosedur-prosedur penyitaan yang sudah diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, demikian juga halnya dengan hak dan kewajiban Penanggung Pajak. Meskipun sudah ada peraturan ataupun ketentuan tertulisnya masih saja banyak Penanggung Pajak yang belum mengetahuinya, dan ada juga Penanggung Pajak yang sudah mengetahuinya tetapi sengaja mengabaikannya tanpa alasan yang jelas, yang akhirnya menimbulkan berbagai opini yang kurang baik. Tetapi dalam kenyataannya kesalah inilah yang akhirnya mengakibatkan terjadinya penyitaan.

Adapun tata cara penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak yaitu dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan bahwa akan dilakukan penyitaan. b. Menyampaikan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

c. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak dengan dua orang saksi. d. Barang yang utama disita adalah barang bergerak.

e. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita.

Pelaksanaan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang melunasi pajak terutangnya dan biaya penagihan pajak dalam surat paksa

sebagaimana mestinya diatur dalam pasal 10 sampai dengan 24 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP) sesuai dengan pasal 24 tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa yang ditetapkan tanggal 21 Desember 2000 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.

E . Pencabutan Sita

Pencabutan sita dilaksanakan apabila Penanggung Pajak telah melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak berdasarkan putusan pengadilan atau berdasarkan putusan badan peradilan atau berdasarkan putusan badan peradilan pajak atau ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Pelaksanaan pencabutan sita dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pencabutan sita terhadap deposito, tabungan, saldo, rekening koran, giro dan yang lainnya yang dilaksanakan dengan cara menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak.

b. Pencabutan sita terhadap surat berupa obligasi, saham atau sejenisnya, baik yang diperdagangkan maupun yang tidak diperdagangkan di bursa efek, dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada Penanggung Pajak dan kepada pihak yang terkait yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Pengalihan Hak Atas Surat Berharga tersebut.

c. Pencabutan sita terhadap piutang dilaksanakan dengan menyampaikan Surat Pencabutan Sita kepada Penanggung Pajak dan tembusannya disampaikan kepada pihak yang berutang yang sekaligus berfungsi sebagai pembatalan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih Piutang.

d. Apabila penyitaan dilakukan terhadap barang kepemilikannya terdaftar, tembusan Surat Pencabutan Sita disampaikan kepada instansi tempat dimana barang tersebut terdaftar.

Ketentuan ini bertujuan agar barang tersebut terdaftar dan mengetahui bahwa penyitaan terhadap barang yang dimaksud telah dicabut sehingga penguasaan barang tersebut dikembalikan kepada Penanggung Pajak.

BAB IV

Dokumen terkait