BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Data
4.2.1 Meminta Maaf
4.2.1.4 Penanda Basa-basi Nonlinguistik
Penanda basa-basi nonlinguistik tuturan yang meminta maaf dapat dilihat pula berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Adapun uraian konteks meliputi penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana. Berikut uraian konteks masing-masing tuturan yang meminta maaf.
Tuturan (A1) yaitu tuturan terjadi pada pagi hari pukul 09.40 WIB di dwanaura ruang kerja keraton. Suasana di ruangan tersebutramah dan santai.
Penutur laki-laki dan merupakaan bangsawan keraton, mitra tutur juga seorang laki-laki dan merupakan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di lingkunga keraton. Penutur menegur mitra tutur karena mitra tutur telah
melakukan kesalahan dengan memasuki ruangan menggunakan sandal. Penutur menegur dengan menepatkan dirinya pada posisi yang salah dengan meminta maaf terlebih dahulu sebelum menegur mitra tutur. Dalam tuturan tersebut terdapat bahasa tubuh penutur dengan menunjukan arah tempat menaruh sandal.
Tuturan (A3) yaitu tutuan terjadi pada pagi hari pukul 11.15 WIB di Parentahageng ruang kerja keraton. Suasana di ruang tersebut ramah dan santai.
Saat itu penutur sedang bertemu dengan mitra tutur. Mitra tutur bermaksud meminjam buku kepada penutur, namun karena penutur tidak bisa berlama-lama untu berbincang penutur hanya meminjami buku kepada mitra tutur dan segera berpamitan. Penutur merupakan bangsawan keraton dan mitra tutur merupakan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di empat tersebut. Peutur memberitahukan bahawa akan ada kegiatan lain yang akan dilakukan penutur sehingga penuturpun meminta izin untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
Penutur merasa sungkan kepada mitra tutur karena tidak bisa berlama-lama di tempat tersebut.
Tuturan (A5): tuturan terjadi pagi hari 09.15 WIB di Parentahageng ketika penutur sedang berbincang dengan mitra tutur. Suasana di ruang tersebut tenang dan santai. Saat itu sedang bercakap dengan mitra tiutur. Ketika sedang bercakap-cakap tiba-tiba penutur batuk-batuk dan penutur pun meminta maaf karena membuat tidak nyaman mitra tutur yang ada didepannya dengan memberitahukan bahwa penutur sedang sakit batuk. Penutur merupakan bangsawan keraton dan mitra tutur merupakan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di empat tersebut. Penutur memberitahu mitra tutur bahawa
penutur sedang tidak enak badan. Penutur merasa sungkan kepada mitra tutur karena ketika sedang berbincang penutur sempat batuk beberapa kali
Tuturan (A7) yaitu tuturan terjadi paa siang hari pukul 10.30 WIB di Parentahageng ruang kerja keraton ketika penutur bertemu dengan mitra tutur untuk wawancara terkait dengan penelitian. Setelah penutur menjelaskan tentang maksud kedatanganya penutur sejenak menghentikan komunikasi karena penutur menerima makanan. Penutur merupakan bangsawan keraton dan mitra tutur merupakan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di ingkup keraton.
Penutur sejenak menghentikan pembicaraan dan beralih menerima sajian ulang tahun dari Abdi dalem. Penutur merasa sungkan kepada mitra tutur karena menghentikan percakapan dengan mitra tutur dengan tuturan basa-basinya.
4.2.1.5 Maksud Basa-basi Berbahasa yang Meminta maaf
Secara umum, maksud basa-basi berbahasa yang meminta maaf yaitu penuturmenghormati, sungkan, menghargai, dan menyenangkan hati mitra tuturnya.berikut uraian masing-masing maksud dari tuturan yang meminta maaf.
a. Tuturan (A1) memiliki maksud berupa rasa sungkan dan menghormati penutur kepada mitra tutur atas kesalahan mitra tutur.
b. Tuturan (A2) memiliki maksudberupa rasa sungkan penutur kepada mitra tutur atas ketidaktahuan penutur terhadap mitra tutur.
c. Tuturan (A3) memiliki maksudberupa rasa sungkan dan menghargai penutur kepada mitra tuturkarena tidak bisa lama menemani mitra tutur.
d. Tuturan (A7) memiliki maksud berupa rasa sungkan dan menghormati penutur kepada mitra tutur karena sejenak mengabaikan mitra tutur.
4.2.2 Simpati
Basa-basi simpati berfungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur dan merupakan kategori dari basa-basi berbahasa. Kategori ini dianalisis berdasarkan wujud, penanda dan maksud tuturan basa-basi. Berikut adalah analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut
Anwar (1984:46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejumput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas suatu masalah, membujuk, merayu dan sebagainya. Terlepas dari berbagai pengertian tersebut sebenarnya basa-basi memiliki fungsi untuk menyampaikan berbagai maksud.
Dengan demikian, sebuah tuturan dikatakan basa-basi simpati jika tuturan tersebut digunakan untuk mempertahankan suasana baik antara penutur dan mitra tutur.
Cuplikan tuturan 8
Mt: Nuwun sewu kanjeng
P : awas-awas nanti kepalanya kepentok (B1)
(konteks tuturan: tuturan terjadi di Parentahageng ruang kerja keraton ketika penutur melihat mitra tutur ingin keluar dari ruangan. Susana tenang dan ramah.
Setelah berpamitan dengan penutur, mitra tutur segera meninggalkan ruangan.
Penutur melihat bahwa mitra tutur akan terbentur pintu yang ukuranya pendek sehingga penutur memperingatkan mitra tutur untuk merunduk agar tidak terbentur)
Cuplikan tuturan 10
P : monggo-monggo, lho kenapa kakinya? (B3) Mt: kemarin jatuh kanjeng
(konteks tuturan: tuturan terjadi di Dwarapura ruang kerja keraton ketika penutur melihat mitra tutur berjalan pincang memasuki ruangan. Suasana ramah dan tenang. Penuturmenayakan tentang keaadaan mitra tutur Mitra tutur pun menjelaskan tentang musibah yang dialamiya)
4.2.2.1 Wujud Basa-basi Linguistik
Wujud basa-basi linguistik tuturan di atas berupa hasil transkrip tuturan lisan basa-basi antara keluarga kesultanan dan masyarakat di lingkungan keraton Yogyakarta yang simpati. Berikut masing-masing wujud basa-basi linguistik tuturan yang simpati tersebut.
a. Tuturan (B1): “awas-awas nanti kepalanya”
b. Tuturan (B2): “monggo-monggo, lho kenapa kakinya”
4.2.2.2 Wujud Basa-basi Nonlinguistik
Wujud basa-basi nonlinguistik tuturan yang simpati dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Berikut uraian konteks sebagai basa-basi nonlinguistik masing-masing tuturan yang simpati.
Tuturan (B1): Penutur melihat mitra tutur ingin keluar dari ruangan.
Penutur melihat bahwa mitra tutur akan terbentur pintu yang ukurannya pendek sehingga penutur memperingatkan mitra tutur untuk merunduk agar tidak terbentur.
Tuturan (B3): Penutur melihat mitra tutur berjalan pincang memasuki ruangan. Penutur menanyakan tentang keaadaan mitra tutur. Mitra tutur pun menjelaskan tentang musibah yang dialaminya.
4.2.2.3 Penanda Basa-basi Linguistik
Penanda basa-basi linguistik tuturan yang simpati dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Berikut uraian masing-masing penanda basa-basi linguistik tuturan yang simpati.
a. Tuturan (B1) dikatakan penutur dengan nada sedang ekspresi sungkan, tekanan sedang pada pengucapan tuturan awas-awas, intonasi berita, sedangkan pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata tidak baku kepentok.
b. Tuturan (B3) dikatakan penutur dengan nada rendah ekspresi sungkan.tekanan sedang pada pengucapan tuturan lho kenapa kakinya, intonasi tanya, sedangkan pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis lho.
4.2.2.4 Penanda Basa-basi Nonlinguistik
Penanda basa-basi nonlinguistik tuturan yang simpati dapat dilihat pula berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Adapun uraian konteks meliputi penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana. Berikut uraian konteks masing-masing tuturan yang simpati.
Tuturan (B1) yaitu tuturan terjadi pada siang hari pukul 11.00 WIB di Dwarapura ruang kerja keraton. Suasana di ruang tersebut tenang dan ramah. Saat itu penutur mendengar bunyi barang jatuh. Mitra tutur menjelaskan bahwa HP miliknya jatuh sehingga penutur pun menanggapi dengan rasa simpatinya. Penutur laki-laki dan merupakan bangsawan keraton, mitra tutur juga seorang laki-laki dan merupakan mahasiwa yang sedang melakukan penelitian di lingkungan keraton.
Penutur merasa peduli kepada mitra tutur karena HP milik mitra tutur terjatuh sehingga penutur melontarkan tuturannya langsung di hadapan mitra tutur
Tuturan (B3) yaitu tuturan terjadi di Dwarapura tetapi dengan waktu yang berbeda yaitu pada pagi hari pukul 10.30. Suasana di ruangan tersebut ramah dan
tenang. ketika penutur melihat mitra tutur berjalan pincang memasuki ruangan.
Saat itu penutur menayakan tentang keadaan mitra tutur mitra tutur pun menjelaskan tentang musibah yang dialamiya. Penutur merupakan bangsawan keraton dan mitra tutur merupakan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di ingkup keraton. Penutur menanyakan tentang sakit di kaki mitra tutur. Penutur merasa peduli kepada mitra tutur, hal itu terlihat dari tuturan penutur yang menanyakan perihal kaki mitra tutur yang sakit.
4.2.2.5 Maksud Basa-basi Berbahasa yang Simpati
Secara umum, maksud basa-basi berbahasa yang simpati yaitu penutur simpati, perhatian, dan menyenangkan hati mitra tuturnya. Berikut uraian masing-masing maksud dari tuturan yang simpati.
a. Tuturan (B1) memiliki maksud berupa rasa simpati dan perhatian penutur kepada mitra tutur atas kesalahan mitra tutur.
b. Tuturan (B3) memiliki maksud berupa rasa simpati dan perhatian penutur kepada mitra tutur atas ketidaktahuan penutur terhadap mitra tutur.
4.2.3 Memberi Salam
Basa-basi memberi salam berfungsi untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang dan merupakan kategori dari basa-basi berbahasa. Kategori ini dianalisis berdasarkan wujud, penanda dan maksud tuturan basa-basi. Berikut adalah analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Ibrahim (1993:37)mengatakan bahwa basa-basi sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak masuk dalam klasifikasi acknowledgements. Acknowledgements merupakan
tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria harapan sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu. Dengan demikian, sebuah tuturan dikatakan basa-basi memberi salam jika tuturan tersebut menimbulkan keuntungan berupa rasa senang dan dapat membentuk serta memelihara hubungan atau kontak antara penutur dengan mitra tutur.
Cuplikan tuturan 16
P: selamat pagi (C5) Mt : selamat pagi kanjeng P : mau penelitian lagi?
Mt: iya kanjeng
P: oh. monggo dilajengaken
(konteks tuturan: tuturan terjadi di pelataran keraton ketika penutur berpapasan dengan mitra tutur. Penutur memberis salam kepada mitra tutur sehingga mitra tutur pun merespons dan berjabat tangan dengan penutur. suasan tenang dan ramah)
Cuplikan tuturan 17
P : oh sudah datang, monggo (C6)
Mt : iya kanjeng, maaf mengganggu lagi pagi ini P : lha ini sudah siang mbak,hehe
Mt : hehehe, iya maksudnya siang kanjeng P : iya, gimana-gimana?
(konteks tuturan: tuturan terjadi di Parentahageng ruang kerja keraton. Sembari berjabat tangan penutur memberi salam dengan candaan. Suasana ramah dan santai. Penutur menjabat tangan mitra tutur sembari memberi salam dengan beberapa candaan sebelum menerima maksud kedatangan mitra tutur)
Cuplikan tuturan 18
P : hallo, kok mlampah-mlampah mawon? (C7)
Mt : injih kanjeng, saking mlebet tepas Parentahageng wau P : oh, monggo-monggo
Mt: monggo kanjeng
(konteks tuturan: tuturan terjadi di pelataran keraton ketika penutur berapasan dengan mitra tutur. Suasana ramah dan santai. Penutur menegur mittra tutur dengan salam sapaan, mitra tutur pun merespons dengan memberi salam balik.
Setelah memberi salam sapaan penutur pun melanjutkan perjalananya) 4.2.3.1 Wujud Basa-basi Linguistik
Wujud basa-basi linguistik tuturan di atas berupa hasil transkrip tuturan lisan basa-basi antara keluarga kesultanan dan masyarakat di lingkungan keraton Yogyakarta yang memberi salam Berikut masing-masing wujud basa-basi linguistik tuturan yang memberi salam tersebut.
a. Tuturan (C5): “selamat pagi?”
b. Tuturan (C6): “oh sudah datang, monggo”
c. Tuturan (C7): “hallo, kok mlampah-mlampah mawon?
4.2.3.2 Wujud Basa-basi Nonlinguistik
Wujud basa-basi nonlinguistik tuturan yang memberi salam dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Berikut uraian konteks sebagai basa-basi nonlinguistik masing-masing tuturan yang memberi salam.
Tuturan (C5): Penutur sedang duduk didalam ruang kerja dan di hampiri oleh mitra tutur. Mitra tutur memberi salam dan penutur pun merespons salam tersebut sembari mempersilahkan duduk dan menayakan keperluan mitra tutur.
Tuturan (C6): Sembari berjabat tangan penutur memberi salam dengan candaan. Penutur menjabat tangan mitra tutur sembari memberi salam dengan beberapa candaan sebelum menerima maksud kedatangan mitra tutur.
Tuturan (C7): Penutur berapasan dengan mitra tutur. Penutur menegur mitra tutur dengan salam sapaan, mitra tutur pun merespons dengan memberi salam balik. Setelah memberi salam sapaan penutur pun melanjutkan perjalanannya.
4.2.3.3 Penanda Basa-basi Linguistik
Penanda basa-basi linguistik tuturan yang memberi salam dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Berikut uraian masing-masing penanda basa-basi linguistik tuturan yang memberi salam.
a. Tuturan (C5) dikatakan penutur dengan nada sedang ekspresi snang, tekanan sedang pada pengucapan tutuean selamat pagi, intonasi tanya, serta pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis selamat.
b. Tuturan (C6) dikatakan penutur dengan nada rendah ekspresi senang, tekanan sedang pada pengucapan tuturan oh sudah datang, intonasi tanya, serta pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis oh.
c. Tuturan (C7) dikatakan penutur dengan nada rendah ekspresi sungkan, tekanan sedang pada pengucapan tuturan hello, intonasi tanya, sedangkan pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis hello.
4.2.3.4 Penanda Basa-basi Nonlinguistik
Penanda basa-basi nonlinguistik tuturan yang memberi salam dapat dilihat pula berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Adapun uraian konteks meliputi penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana. Berikut uraian konteks masing-masing tuturan yang memeberi salam.
Tuturan (C5) yaitu tuturan terjadi pada pagi hari pukul 10.00 WIB di pelataran keraton. Suasana di ruang tersebut tenang dan ramah. Saat itu ketika penutur berpapasan dengan mitra tutur. Penutur memberis salam kepada mitra
tutur sehingga mitra tutur pun merespons dan berjabat tangan dengan penutur.
suasan tenang dan ramah. Penutur laki-laki dan merupakaan bangsawan keraton, mitra tutur juga seorang laki-laki dan merupakan mahasiwa yang sedang melakukan penelitian di lingkungan Keraton
Tuturan (C6) yaitu tuturanterjadi pada pagi hari pukul 10.00 WIB di Parentahageng ruang kerja keraton. Sembari berjabat tangan penutur memberi salam dengan candaan. Suasana di ruangan tersebut ramah dan santai. Penutur menjabat tangan mitra tutur sembari memberi salam dengan beberapa candaan sebelum menerima maksud kedatangan mitra tutur. suasan tenang dan ramah.
Penutur laki-laki dan merupakaan bangsawan keraton, mitra tutur juga seorang laki-laki dan merupakan mahasiwa yang sedang melakukan penelitian di lingkungan keraton. Tuturan penutur merespons tuturan dari mitra tutur dengan bahasa halus dan lebih sopan. Bahasa tersebut digunakan untuk menanggapi salam dari mitra tutur walaupun penutur sudah mengetahui maksud dari tuturan mitra tutur.
Tuturan (C7) yaitu tuturan terjadi pada pagi hari pukul 10.00 WIB di pelataran keraton. Ketika sedang berjalan di pelataran keraton penutur berapasan dengan mitra tutur. Suasana pada saat itu ramah dan santai. Penutur menegur mitra tutur dengan salam sapaan, mitra tutur pun merespons dengan memberi salam balik. Setelah memberi salam sapaan penutur pun melanjutkan perjalanannya. Penutur laki-laki dan merupakaan bangsawan keraton, mitra tutur juga seorang laki-laki dan merupakan mahasiwa yang sedang melakukan penelitian di lingkungan keraton. Tuturan penutur merespons tuturan dari mitra
tutur dengan bahasa halus dan lebih sopan. Bahasa tersebut digunakan untuk menanggapi salam dari mitra tutur walaupun penutur sudah mengetahui maksud dari tuturan mitra tutur.
4.2.3.5 Maksud Basa-basi Berbahasa yang Memberi Salam
Secara umum, maksud basa-basi berbahasa yang memberi salam yaitu penutursenang, menghormati, dan menyenangkan hati mitra tuturnya. berikut uraian masing-masing maksud dari tuturan yang memberi salam.
a. Tuturan (C5) memiliki maksud berupa rasa senang dan menghormati penutur kepada mitra tutur karena dapat bertemu kembali.
b. Tuturan (C6) memiliki maksud berupa rasa senang dan menghormati penutur kepada mitra tutur karena dapat bertemu kembali.
c. Tuturan (C7) memiliki maksud berupa rasa senang dan menghormati penutur kepada mitra tutur karena dapat bertemu kembali.
4.2.4 Berterima kasih
Basa-basi berterima kasih berfungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. dan merupakan kategori dari basa-basi berbahasa.
Kategori ini dianalisis berdasarkan wujud, penanda dan maksud tuturan basa-basi.
Berikut adalah analisis tuturan yang termasuk dalam kategori tersebut
Harimurti Kridalakasna (1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Dengan demikian, sebuah tuturan dikatakan basa-basi berterima kasih jika tuturan tersebut digunakan untuk memulai pembicaraan antara penutur dan mitra tutur.
Cuplikan tuturan 21
P : kinten-kinten saget mboten menawi tugas mekaten?
Mt : insyaallah saget kanjeng
P : kula remen menawi kanca-kanca saget mbiantu, matur suwun (D1)
Mt : injih kanjeng
(konteks tuturan: tuturan terjadi di Dwarapura ruang kerja keraton ketika penutur sedang berbincang dengan mitra tutur. Suasana tenang dan ramah.
Penutur meminta bantuan dan menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada mitra tutur. mitra tutur pun menyanggupi permintaan penutur. Penutur pun berjabat tangan dan tersenyum)
Cuplikan tuturan 22
Mt : permisi, apakah di sini boleh untuk merokok?
P : oh iya-iya boleh boleh Mt : terima kasih
P : oh terimakasih kembali (D2)
(konteks tuturan: tuturan terjadi di pelataran keraton diblakang tempat pementasan gamelan ketika penutur sedang duduk dan menikmati suara gamelan.
suasana santai dan ramah. Mitra tutur menghampiri penutur dan menaykan sesuatu. Mitra tutur mengucakapkan terima kasih atas jawaban dari penutur.
Penuturmerespons ucapan terima kasih dari mitra tutur) 4.2.4.1 Wujud Basa-basi Linguistik
Wujud basa-basi linguistik tuturan di atas berupa hasil transkrip tuturan lisan basa-basi antara keluarga Kesultanan dan masyarakat di lingkungan KeratonYogyakarta yang berterima kasih. Berikut masing-masing wujud basa-basi linguistik tuturan yang berterima kasih tersebut.
a. Tuturan (D1): “kula remen menawi kanca-kanca saget mbiantu, matur suwun”
b. Tuturan (D2): “oh terimakasih kembali”
4.2.4.2 Wujud Basa-basi Nonlinguistik
Wujud basa-basi nonlinguistik tuturan yang simpati dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Berikut uraian konteks sebagai basa-basi nonlinguistik masing-masing tuturan yang berterima kasih.
Tuturan (D1): Penutur sedang berbincang dengan mitra tutur. Penutur meminta bantuan dan menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada mitra tutur.
mitra tutur pun menyanggupi permintaan penutura. Penutur pun berjabat tangan dan tersenyum.
Tuturan (D2): Penutur sedang duduk dan menikmati suara gamelan.
Mitra tutur menghampiri penutur dan menanyakan sesuatu. Mitra tutur mengucakapkan terima kasih atas jawaban dari penutur. Penutur merespons ucapan terima kasih dari mitra tutur.
4.2.4.3 Penanda Basa-basi Linguistik
Penanda basa-basi linguistik tuturan yang berterima kasih dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Berikut uraian masing-masing penanda basa-basi linguistik tuturan yang berterima kasih.
a. Tuturan (D1) dikatakan penutur dengan nada rendah ekspresi sungkan, tekanan sedang pada pengucapan tuturan matur suwun, intonasi berita, serta pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis suwun.
b. Tuturan (D2) dikatakan penutur dengan nada rendah eksresi sungkan, tekanan sedang pada pengucapan tuturan terima kasih, intonasi berita, serta pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis oh.
4.2.4.4 Penanda Basa-basi Nonlinguistik
Penanda basa-basi nonlinguistik tuturan yang berterima kasih dapat dilihat pula berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Adapun uraian konteks
meliputi penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana. Berikut uraian konteks masing-masing tuturan yang berterima kasih.
Tuturan (D1) yaitu tuturan terjadi pada pagi hari pukul 09.15 WIB di Dwarapura ruang kerja keraton. Suasana di ruang tersebut tenang dan ramah. Pada saat itu penutur sedang berbincang dengan mitra tutur. Penutur meminta bantuan dan menjelaskan tugas yang akan diberikan kepada mitra tutur. mitra tutur pun menyanggupi permintaan penutura. Penutur pun berjabat tangan dan tersenyum.
Penutur laki-laki dan merupakaan bangsawan keraton, mitra tutur juga dua orang peremuan dan merupakan masyarakat yang sedang diberikan arahan untuk membantu G.K.R. Hemas. Tuturan penutur merespons tuturan dari mitra tutur dengan bahasa halus dan lebih sopan. Bahasa tersebut digunakan untuk menanggapi salam dari mitra tutur walaupun penutur sudah mengetahui maksud dari tuturan mitra tutur.
Tuturan (D2) yaitu tuturan terjadi di pelataran keraton di belakang tempat pementasan gamelan yaitu pada pagi hari pukul 09.30. Suasana di tempat tersebut santai dan ramah. Saat itu penutur sedang duduk dan menikmati suara gamelan.
Mitra tutur menghampiri penutur dan menaykan sesuatu. Mitra tutur mengucakapkan terima kasih atas jawaban dari penutur. Penutur merespons ucapan terima kasih dari mitra tutur. Penutur laki-laki dan merupakaan bangsawan keraton, sedangkan mitra tutur adalah wisatawan asing yang sedang berkunjung di keraton dan merupakan masyarakat di lingkungan keraton Yogyakarta. Tuturan penutur merespons uturan dari mitra tutur dengan bahasa halus dan lebih sopan.
Bahasa tersebut digunakan untuk menanggapi tuturan dari mitra tutur walaupun penutur sudah mengetahui maksud dari tuturan mitra tutur.
4.2.4.5 Maksud Basa-basi Berbahasa yang Berterima kasih
Secara umum, maksud basa-basi berbahasa yang berterima kasih yaitu penutur senang dan menghargai, dan menyenangkan hati mitra tuturnya. berikut
Secara umum, maksud basa-basi berbahasa yang berterima kasih yaitu penutur senang dan menghargai, dan menyenangkan hati mitra tuturnya. berikut