• Tidak ada hasil yang ditemukan

BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK

2018 Modal kerja/

54. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK

UMUM (“BMPK”) 54. LEGAL LENDING LIMIT FOR COMMERCIAL BANKS (“LLL”)

Pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017, tidak terdapat pelampauan BMPK kepada pihak terkait maupun pihak tidak terkait.

As of 31 December 2018 and 2017, there was no excess of LLL to both related parties and non-related parties.

Mulai tanggal 31 Desember 2007, Bank telah menerapkan

peraturan BI No.8/6/PBI/2006 tentang penerapan

manajemen risiko secara konsolidasi bagi Bank yang melakukan pengendalian terhadap Entitas Anak dalam perhitungan BMPK Bank.

Starting 31 December 2007, the Bank has implemented

BI regulation No.8/6/PBI/2006 regarding the

implementation of consolidated risk management to the Subsidiaries which are controlled by the Bank in the

Bank’s LLL calculation.

Sesuai dengan peraturan BI No.8/13/PBI/2006 tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

No. /3/PBI/2005 Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum dan peraturan BI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, batas maksimum penyediaan dana kepada pihak terkait, satu peminjam yang bukan pihak terkait, dan satu kelompok peminjam yang bukan pihak terkait masing-masing tidak melebihi 10%, 20%, dan 25% dari modal Bank.

Based on BI regulation No.8/13/PBI/2006 regarding changes on BI regulation No.7/3/PBI/2005 and BI regulation No. 7/3/PBI/2005 regarding Legal Lending Limit for Commercial Bank, the maximum lending limit to related parties, one non-related party debtor, and one non-related party group of debtors shall not exceed 10%,

20%, and 25% of the Bank’s capital, respectively.

55. MANAJEMEN PERMODALAN 55. CAPITAL MANAGEMENT

Penerapan Bank atas risiko pasar, risiko kredit, dan risiko operasional dalam permodalan adalah sebagai berikut:

The Bank implementation on market risk, credit risk, and operational risk in capital is as follows:

a. Risiko pasar a. Market risk

Bank telah menerapkan pendekatan standar untuk mengelola risiko pasar sesuai Surat Edaran OJK No.38/SEOJK.03/2016 tanggal 8 September 2016.

The Bank has adopted standardized approach for market risk management in accordance with OJK

Circular Letter No.38/SEOJK.03/2016 dated

8 September 2016.

b. Risiko kredit b. Credit risk

Bank telah menerapkan pendekatan standar untuk mengelola risiko kredit sesuai dengan Surat Edaran OJK No.42/SEOJK.03/2016 tanggal 28 September 2016 serta perubahannya sesuai Surat Edaran OJK No.11/SEOJK.03/2018 tanggal 15 Agustus 2018.

The Bank has adopted standardized approach for credit risk management in accordance with OJK

Circular Letter No.42/SEOJK.03/2016 dated

28 September 2016 and its amendments in

accordance with OJK Circular Letter

Untuk pengelolaan risiko operasional Bank masih menerapkan pendekatan indikator dasar sesuai Surat Edaran OJK No.24/SEOJK.03/2016 tanggal 14 Juli 2016.

For operational risk management, the Bank still uses basic indicator approach as per OJK Circular Letter No. 4/SEOJK.03/2016 dated 14 July 2016.

Untuk Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), Bank telah melakukan perhitungan sesuai Peraturan OJK (POJK) No. 1/POJK.03/2016 tanggal 29 Januari 2016 serta

perubahannya sesuai Peraturan OJK (POJK)

No. 4/POJK.03/2016 tanggal 22 September 2016. Struktur permodalan Bank saat ini terdiri dari:

The Capital Adequacy Ratio (CAR) calculation made by the Bank is in accordance with OJK regulation No.11/POJK.03/2016 dated 29 January 2016 and and its amendments in accordance with OJK regulation No.34/POJK.03/2016 dated 22 September 2016. The current Bank capital structure consists of:

i. Modal inti (tier 1) terdiri dari komponen-komponen

yang seluruhnya termasuk dalam modal inti utama

(common equity tier 1).

Modal inti (tier 1) tersebut terdiri dari modal disetor dan

cadangan tambahan modal dikurangi dengan

perhitungan pajak tangguhan, aset tidak berwujud dan penyertaan di entitas anak.

Cadangan tambahan modal terdiri dari agio saham, cadangan umum, laba tahun-tahun lalu, laba tahun berjalan, penghasilan komprehensif lainnya, dikurangi selisih kurang antara PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif, dan PPA atas aset non produktif yang wajib dihitung.

i. Core capital (tier 1) consists of components which

are included in main core capital (common equity tier 1).

The core capital (tier 1) comprises of paid-up capital and disclosed reserves less deductions for deferred tax, intangible assets and investment in subsidiaries.

Disclosed reserve consists of additional paid up capital, general reserves, prior year profit, current year profit, other comprehensive income less shortage in regulatory provision on allowance for impairment loss for productive assets and non- productive assets.

ii. Modal pelengkap (tier 2) terdiri dari cadangan umum

PPA atas aset produktif yang wajib dibentuk (maksimum 1,25% dari ATMR untuk risiko kredit) dan instrumen modal dalam bentuk pinjaman

subordinasi yang memenuhi persyaratan tier 2.

ii. Supplementary capital (tier 2) comprises the

regulatory provision general reserve on

productive assets (maximum 1.25% from RWA for credit risk) and subordinated loan which is qualified as capital instrument in tier 2.

Selain itu, sesuai dengan PBI No.17/22/PBI/2015 tanggal 23 Desember 2015 tentang Kewajiban Pembentukan

Countercyclical Buffer dan POJK No.2/POJK.03/2018

tanggal 26 Maret 2018 tentang Penetapan Systemically

Important Bank dan Capital Surcharge, Bank wajib

membentuk tambahan modal sebagai penyangga (buffer)

dan capital surcharge yang berlaku secara bertahap mulai

1 Januari 2016 sampai 1 Januari 2019.

Furthermore, according to BI Regulation

No.17/22/PBI/2015 dated 23 December 2015

about Countercyclical Buffer Requirement and OJK regulation No.2/POJK.03/2018 dated 26 March 2018 about Stipulation of Systemically Important Bank and Capital Surcharge, Bank need to provide additional capital buffers and capital surcharge which are imposed in stages from 1 January 2016 to 1 January 2019.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa Bank mampu memenuhi ketentuan KPMM minimum sesuai dengan profil risiko, dan mampu memenuhi ketentuan tambahan modal

(buffer) dan capital surcharge, baik untuk Bank maupun

konsolidasi.

The assessment result shows that the Bank has met the minimum CAR in accordance to its risk profile, and met additional capital buffers requirement and capital surcharge, both on standalone and consolidated basis.

Berikut adalah posisi modal berdasarkan peraturan BI dan OJK pada tanggal 31 Desember 2018 dan 2017:

The following is the Bank’s capital position based on BI

and OJK regulation as of 31 December 2018 and 2017:

2018 2017

Bank

Bank

Dengan memperhitungkan risiko kredit,

With credit risk, market risk

risiko pasar dan risiko operasional and operational risk

- Aset Tertimbang Menurut Risiko 130.386.964 126.334.355 Risk Weighted Assets -

- Jumlah modal 29.719.755 29.356.326 Total capital -

- Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum 22,79% 23,24% Capital Adequacy Ratio -

Bank dan Entitas Anak

Bank and Subsidiaries

Dengan memperhitungkan risiko kredit,

With credit risk, market risk

risiko pasar dan risiko operasional

and operational risk

- Aset Tertimbang Menurut Risiko 164.394.273 157.002.381 Risk Weighted Assets -

- Jumlah modal 36.560.972 34.618.850 Total capital -

- Rasio Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum 22,24% 22,05% Capital Adequacy Ratio -

Manajemen permodalan dilakukan dengan memonitor jumlah modal dan rasio modal secara berkala dengan mengikuti standar industri guna mengukur kecukupan permodalan. Pendekatan BI dan OJK atas pengukuran

tersebut terutama berdasarkan pengukuran dan

pemantauan atas kebutuhan modal minimum terhadap ketersediaan sumber modal.

Capital management is done through monitoring the capital base and capital ratios based on industry

standards in order to measure capital adequacy. BI’s and

OJK’s approach to such measurement is primarily based

on measurement and monitoring the minimum capital requirement to the available capital resources.

Bank telah memenuhi ketentuan BI dan OJK yang berlaku tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dan perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

The Bank has fulfilled the BI’s and OJK’s regulation

regarding the Minimum Capital Adequacy Requirement (CAR) and calculation of Risk Weighted Assets (RWA).

Bank juga telah menerapkan mekanisme Internal Capital

Adequacy Assessment Process (ICAAP) yaitu merupakan

proses penilaian sendiri oleh Bank dimana tidak hanya meliputi kecukupan modal dari risiko-risiko dasar dalam Pilar I (Risiko Kredit, Pasar dan Operasional) tetapi juga mempertimbangkan kecukupan modal untuk risiko-risiko lainnya (Risiko Konsentrasi Kredit, Risiko Suku Bunga Buku

Bank, Risiko Likuiditas dan Dampak dari Stress Test)

seperti disebutkan dalam Pilar 2 Basel II dan ketentuan OJK.

Sebagai bagian dari Pilar 3 Basel II, Keterbukaan dan Disiplin Pasar juga diterapkan oleh Bank mulai dari tahun 2012 melalui publikasi Laporan Tahunan sesuai ketentuan OJK.

The Bank has also implemented Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP) mechanism, which is self assessment process by Bank where it does not only cover capital adequacy from basic risks under Pillar I (Credit, Market and Operational Risk) but also take into consideration capital adequacy of other risks (Credit Concentration Risk, Banking Book Interest Risk, Liquidity Risk and Stress Test Impact) as specified in

Pillar 2 Basel II & OJK’s regulation.

As part of Pillar 3 Basel II, Disclosure and Market Discipline is also implemented by the Bank starting 2012 through its Annual Report publication as per OJK regulation.

Saldo aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing adalah sebagai berikut:

The balances of monetary assets and liabilities in foreign currencies are as follows:

2018

Dokumen terkait