• Tidak ada hasil yang ditemukan

Batas Mendapatkan Hak Harta Waris

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 26-40)

Batasan mendapatkan hak harta waris ini biasa disebut dengan furudlul al-Muqaddarah. Kata Furud ( ) merupakan jamak dari al-fard

( ). Menurut Hasanain Muhammad Makhluf yang dikutip oleh

Suparman Usman pengertian Fard adalah:

Artinya: “Saham (bagian) yang telah ditentukan oleh syara‟, untuk itu para ahli waris dalam menerima harta warisan”. (Hasanain Muhammad Makhluf).51

Hasbi Ash-Shiddieqy mengemukakan bahwa fard adalah bagian yang sudah ditentukan jumlahnya untuk waris pada harta peninggalan, baik dengan nash ataupun dengan ijma‟.

50 Fatchur Rachman, Ilmu Waris… Lock. Cit. hlm. 352.

51

1. Bagian-bagian yang telah di tentukan ( ).

Dalam Al- Qur‟an hanya enam, yakni : ½, ¼, 1/8, 1/3, 2/3 dan 1/6 tidak ditambah dan tidak dikurangi kecuali kalau ada masalah aul

a. Penerima bagian setengah ( ).

Para ahli waris „Ashabul furud yang berhak mendapatkan bagian-bagian setengah ( ) adalah :

1) Suami; dengan ketentuan bahwa ia tidak mewarisi bersama far‟ul waris ( ).

2) Anak Perempuan; dengan ketentuan bahwa ia seorang diri (tidak ada anak perempuan selainnya) dan tidak mewarisi bersama anak laki-laki yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair.

3) Cucu Perempuan pancar laki-laki, dengan ketentuan ia seorang diri serta tidak mewarisi bersama cucu laki-laki dan waladul shulbi anak laki-laki dan anak perempuan). 4) Saudara Perempuan sekandung; dengan ketentuan bahwa

ia seorang diri dan tidak mewarisi bersama saudara laki-laki sekandung yang menjadikannya sebagai penerima

ashabah bil ghair, serta tidak mewarisi bersama bapak dan far‟ul waris.

5) Saudara Perempuan sebapak; dengan ketentuan seorang diri dan tidak mewaris bersama saudara laki-laki sebapak yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair, serta tidak mewaris bersama bapak, far‟ul waris (anak laki-laki) dan saudara laki-laki atau saudara perempuan sekandung.

b. Penerima bagian seperempat ( ).

Para ahli waris ashabul al furud yang berhak mendapatkan bagian seperempat ( ), adalah:

1) Suami; dengan ketentuan bahwa ia mewaris bersama far‟ul waris.

2) Isteri atau para isteri; dengan ketentuan bahwa ia atau mereka tidak mewaris bersama far‟ul waris.

c. Penerima bagian seperdelapan ( )

Para ahli waris ashabul furud yang berhak mendapatkan seperdelapan ( ). Adalah isteri atau para isteri dengan ketentuan ia atau mereka mewaris bersama far‟ul waris.

d. Penerima bagian sepertiga ( ).

Para ahli waris ashabul furud yang berhak mendapatkan bagian sepertiga ( ) adalah ;

1) Ibu; dengan ketentuan bahwa ia tidak mewaris bersama far‟ul waris atau baberapa saudara, baik laki-laki, perempuan, maupun campuran ; baik sekandung, sebapak, seibu, maupun campuran baik mereka dalam keadaan mewaris maupun terhijab (terhalang mewaris). Dalam hal mewaris bersama bapak dan salah seorang suami isteri, ibu mendapatkan bagian tsulutsul baqi (sepertiga dari sisa harta peninggalan setelah diambil bagian suami atau isteri). Yang akan dibahas dalam masalah gharawain. 2) Dua orang saudara laki-laki/perempuan seibu, atau lebih;

dengan ketentuan bahwa mereka tidak mewaris bersama far‟ul waris atau ashlu dzakarin, yaitu bapak dan kakek. e. Penerima bagian duapertiga ( ).

Para ahli waris ashabul furud yang mendapatkan bagian duapertiga ( ) adalah:

1) Dua orang anak perempuan atau lebih ; dengan ketentuan bahwa mereka tidak mewaris bersama anak laki-laki yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair.

2) Dua orang cucu perempuan pancar laki-laki atau lebih, dengan ketentuan bahwa mereka tidak mewaris bersama cucu laki-laki pancar laki-laki yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair serta tidak mewaris bersama waladu shulbi (anak laki-laki dan perempuan). 3) Dua orang saudara perempuan sekandung atau lebih

dengan ketentuan bahwa mereka tidak mewaris bersama saudara laki-laki sekandung yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair, serta tidak mewaris bersama bapak dan far‟ul waris.

4) Dua orang saudara atau lebih dengan ketentuan bahwa mereka tidak mewaris bersama saudara laki-laki sebapak yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair serta tidak mewaris bersama bapak, far‟ul waris, serta saudara laki-laki atau perempuan sekandung.

f. Penerima bagian seperenam ( ).

Para ahli waris ashabul al furud yang berhak mendapatkan bagian seperenam ( ). Adalah ;

1) Bapak; dengan ketentuan bahwa ia mewaris bersama far‟ul waris.

2) Ibu; dengan ketentuan bahwa ia mewarisi bersama far‟ul waris atau beberapa saudara baik laki-laki, perempuan,

maupun campuran; baik sekandung, sebapak, seibu maupun campuran; baik mereka dalam keadaan mewaris atau terhijab.

3) Kakek; dengan ketentuan bahwa ia mewaris bersama far‟ul waris, tetapi tidak mewaris bersama bapak atau kakek yang lebih dekat dengan si pewaris.

4) Nenek; dengan ketentuan bahwa ia tidak mewaris bersama bapak, ibu, atau nenek yang lebih dekat dengan si pewaris, baik dari pihak bapak maupun pihak ibu.

5) Nenek dari pihak ibu; dengan ketentuan bahwa ia tidak mewaris bersama ibu atau nenek yang lebih dekat dengan si pewaris.

6) Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih) dengan ketentuan bahwa ia atau mereka mewaris bersama seorang saudara perempuan sekandung yang mempunyai bagian setengah ; yakni manakala ia tidak bersama-sama bapak, far‟ul waris, dan saudara laki-laki sekandung, serta tidak bersama saudara laki-laki sebapak yang menjadikannya sebagaimana penerima ashabah bil ghair.

7) Saudara laki-laki atau perempuan seibu, dengan ketentuan bahwa ia hanya seorang diri (tidak ada saudara selainnya), dan tidak mewaris bersama far‟ul waris, atau bersama ashlu dzakarain.

8) Cucu perempuan pancar laki-laki ; dengan ketentuan bahwa ia atau mereka mewaris bersama seorang anak perempuan yang mempunyai bagian setengah, yakni manakala tidak bersama anak laki-laki, atau tidak bersama dengan cucu laki-laki pancar laki-laki yang menjadikannya sebagai penerima ashabah bil ghair.52

6. Ashabah dalam Kewarisan Islam

1. Pengertian Ashabah.

Ashabah adalah jamak dari ashib yang menurut bahwa berarti anak turun dan kerabat seorang lelaki dari pihak ayah.53 Menurut istilah adalah setiap pewaris yang mempunyai bagian yang tidak tentu dan tegas dalam Al-Qur‟an dan Sunnah atau setiap orang yang mendapat seluruh harta jika berada sendirian dan mendapat sisanya setelah ashabul furud mendapat bagian mereka yang telah di tentukan.54 Para ulama faraid mempunyai kesamaan persepsi dan maksud, yakni antara lain. Sebagaimana yang dikemukakan Rifa‟i Arief:

52 Suparman, Mawaris… Ibid. hlm. 67-72

53 Fatchur Rahman. Ilmu Waris… Op. Cit. hlm. 339

54

Artinya: “Bagian yang tidak ditentukan dengan kadar tertentu (khusus), seperti mengambil seluruh harta atau menerima sisa setelah pembagian ashhabul furud.”55

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa ahli waris ashabah dapat mewarisi seluruh harta bila tidak ada ahli waris ashabul furud, mewarisi sisa harta setelah diambil bagian para ahli waris ashabul al furud atau tidak mewarisi sedikitpun dari harta peninggalan apabila harta tersebut tidak tersisa setelah diambil para ahli waris ashabul al furud.

Ashabah dibagi dua yaitu : Ashabah an Nasabiyah (berdasarkan ikatan keluarga) dan Ashabah as Sababiyah (berdasarkan adanya sebab memerdekakan hamba sahaya/budak).

1) Ashabah an Nasabiyah dibagi menjadi tiga :

a. Ashabah bin Nafsi ( )

Orang yang menjadi ahli waris Ashabah bin nafsi” adalah :

55

Artinya: “Seluruh ahli waris laki-laki selain dari pada suami dan saudara laki-laki seibu”.

Jadi orang yang berhak menjadi penerima Ashabah bin Nafsi hanya 12 orang, yaitu : anak laki, cucu laki-laki, pancar laki-laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki saudara laki sekandung, anak laki saudara laki-laki sebapak, paman sekandung, paman sebapak, anak laki-laki paman sekandung, anak laki-laki paman sebapak.

Ahli waris ashabah bin nafsi dalam keadaan tertentu dapat mewarisi seluruh harta peninggalan, menerima sisa harta peninggalan atau tidak menerima sama sekali harta peninggalan.

b. Ashabah bil Ghair ( )

Orang yang menjadi ahli waris ashabah bil ghair” adalah seorang atau sekelompok anak perempuan bersama seorang atau sekelompok anak laki-laki dan seorang atau sekelompok saudara perempuan dengan seorang atau sekelompok saudara laki, manakala kelompok laki-laki tersebut ashabah bin nafsi.

Dalam menerima bagian mereka mendapatkan bagian dengan ketentuan; bagian ahli waris laki-laki adalah dua kali lipat daripada bagian ahli waris perempuan.

c. Ashabah Ma‟al Ghair ( )

Orang-orang yang menjadi ahli waris ashabah ma‟al ghair” adalah seorang atau sekelompok saudara perempuan, baik sekandung maupun sebapak, yang mewarisi bersama-sama dengan seorang atau sekelompok anak perempuan, atau cucu perempuan pancar laki-laki, manakala tidak ada anak laki-laki, atau bapak serta tidak ada saudaranya yang laki-laki yang menjadikannya sebagai ahli waris ashabah bil ghair.

Ahli waris ashabah ma‟al ghair mendapatkan sisa harta waris setelah pembagian ashabul furud. Saudara perempuan sekandung atau sebapak mempunyai tiga keadaan, yaitu sebagian penerima warisan secara fard manakala tidak bersama-sama dengan saudara laki-lakinya, sebagai ashabah bil ghair manakala bersama-sama dengan saudara laki-lakinya, dan ahli waris ashabah

ma‟al ghair menakala bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu perempuan pancar laki-laki.56

2) Ashabah as Sababiyah, yakni ashabah yang bukan disebabkan karena ada pertalian nasab, tetapi disebabkan karena adanya telah membebaskan budak.57

7. Hijab dalam Waris Islam

Hijab adalah mencegah para ahli waris dari harta warisan baik seluruhnya atau sebagian karena terdapat ahli waris yang lebih utama untuk memperoleh warisan.

Hijab ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Hijabul bil wasfi

Hijabul bil wasfi adalah menghijab dari semua harta warisan karena ada sifat-sifat yang terdapat pada ahli waris yang dapat menghalangi dari warisan seperti ahli waris yang membunuh.

2. Hijabu bisyakhsi

Hijabu bisyakhsi adalah terdapatnya seseorang yang lebih berhak menerima warisan daripada orang lain, oleh karena itu ia mencegah orang lain dari warisan, hijabu bisyakhsi ini terbagi menjadi dua yaitu:

56 Ibid, hlm. 349

57

a. Hijabul al-Hirman

Hijabul al Hirman ialah terhalangnya semua warisan bagi seseorang karena adanya orang lain, seperti terhalangnya warisan bagi saudara laki-laki di waktu adanya anak laki-laki

b. Hijabul an-Nuqsan

Hijabul an-Nuqsan ialah berkurangnya warisan salah seorang ahli waris karena adanya orang lain. Hijabul an-Nuqshan ini terjadi pada lima orang:

1. Suami terhalang dari separoh menjadi seperempat di waktu ada anak laki-laki maupun perempuan;

2. Istri terhalang dari seperempat menjadi seperdelapan di waktu ada anak laki-laki maupun perempuan;

3. Ibu terhalang dari sepertiga menjadi seperenam di waktu ada keturunan yang mewarisi;

4. Anak perempuan dari anak laki-laki; dan 5. Saudara perempuan seayah.58

Dari uraian di atas perlu penulis jelaskan tentang hajib mahjubnya anak perempuan dan saudara laki-laki kandung.

58

Anak perempuan bisa menghijab hirman para ahli waris ashabul furud ialah :

1. Saudara seibu; 2. Saudari seibu; dan

3. Cucu perempuan pancar laki-laki. Kecuali kalau cucu perempuan pancar laki-aki tersebut mewarisi bersama-sama dengan cucu laki-laki yang menjadikannya ashabah bil ghair.

Adapun para ahli waris yang terhijab nuqshan olehnya ialah:

a. Ibu; b. istri; dan c. suami.

Sedangkan anak perempuan tidak dapat terhijab sama sekali baik hijab hirman maupun hijab nuqsan, oleh ahli waris siapa saja.59

Adapun hajib mahjubnya para ahli waris yang terhijab oleh saudara laki-laki kandung ialah:

1. Saudara seayah;

59

2. Anak laki-laki saudara kandung; 3. Anak laki-laki saudara seayah; 4. Paman sekandung;

5. Paman seayah;

6. Anak laki-laki paman sekandung; dan 7. Anak laki-laki paman seayah.

Sedangkan ahli waris yang dapat menghijab saudara laki-laki kandung ialah :

1. Ayah;

2. Anak laki-laki;

3. Cucu laki-laki pancar laki-laki.60

60

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 26-40)

Dokumen terkait