• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Aspek Pasar

6.1.2 Bauran Pemasaran

Strategi pemasaran dibutuhkan antara lain untuk menghadapi persaingan yang terjadi di pasar. Bauran pemasaran merupakan kebijakan pemasaran yang

42 dilakukan suatu usaha. Bauran pemasaran terdiri dari 4 P, yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion).

6.1.2.1 Produk (product)

Produk utama yang dihasilkan oleh unit pembibitan kompot Estie’s Orchid

adalah bibit kompot anggrek Dendrobium. Bibit anggrek Dendrobium ditanam dalam pot ukuran 18 dengan populasi tanaman mencapai 30 bibit tanaman anggrek Dendrobium per pot. Bibit kompot yang dihasilkan berumur lima bulan terhitung setelah proses pengeluaran dari dalam botol. Contoh bibit kompot anggrek Dendrobium dapat dilihat pada Lampiran 5.

Bibit kompot yang dihasilkan Estie’s Orchid dan siap jual merupakan bibit kompot yang pertumbuhan bibit tanaman anggreknya sehat, seragam dan warna daun hijau segar serta kondisi perakaran yang sehat. Tinggi bibit kurang lebih mencapai enam centimeter. Varietas bibit anggrek Dendrobium yang dihasilkan ada beberapa jenis yaitu Dendrobium Wongleng, Dendrobium Lee kim You, dan

Dendrobium Red Bull.Varietas dijamin unggul dengan asal-usul yang jelas, yaitu berasal dari tanaman induk terdaftar yang bermutu dan pemilik Estie’s Orchid

merupakan penangkar yang sudah cukup dikenal dan memiliki reputasi yang baik. Tanaman anggrek yang dihasilkan akan memiliki karakter yang seragam karena bibit tanaman diperoleh dengan cara kultur jaringan.

Pengemasan bibit kompot dilakukan dengan membungkus bibit kompot yang sudah dikeluarkan dari pot bersama medianya dengan kertas koran per kompot. Setiap kompot kemudian diberi label keterangan varietas anggrek

Dendrobiumnya. Kompot yang sudah dibungkus kemudian disusun ke dalam kardus dengan posisi daun bertemu daun.

6.1.2.2 Harga (price)

Harga merupakan salah satu faktor yang sering dipertimbangkan oleh konsumen sebelum membeli suatu produk. Unit pembibitan kompot Estie’s Orchid menetapkan harga untuk bibit kompot yang dihasilkan sebesar Rp 60.000,00 per pot, sedangkan harga bibit di pasaran sekitar Rp 50.000,00 - Rp 90.000,00 per pot. Harga yang ditetapkan lebih rendah dari harga umum di pasaran sehingga dapat dijadikan daya tarik bagi para konsumen.

43 6.1.2.3 Distribusi (place)

Konsumen membeli bibit kompot anggrek Dendrobium dengan datang langsung ke lokasi pembibitan. Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan baik pribadi maupun umum. Pada umumnya konsumen yang membeli bibit kompot di lokasi pembibitan adalah konsumen yang tinggal di Jabodetabek. Selain datang langsung ke lokasi pembibitan, konsumen juga dapat memesan bibit kompot melalui telepon maupun pesan singkat kepada pemilik, pemilik kemudian akan mengirimkan bibit kompot ke alamat yang dituju baik langsung oleh pihak pembibitan maupun melalui kiriman kilat dengan biaya pengiriman ditanggung oleh konsumen. Produk dijual tanpa melalui perantara distributor melainkan dijual langsung kepada pembeli akhir. Bibit kompot merupakan produk antara, sehingga konsumen yang datang ke pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah petani atau pelaku usaha anggrek yang akan melakukan pemeliharaan lanjutan terhadap bibit kompot untuk kemudian dipanen dan dijual dengan segmentasi umur yang beragam, antara lain segmentasi seedling, remaja, tanaman pot berbunga dan bunga potong. Alur distribusi yang ada dapat dinyatakan tepat karena tidak memerlukan rantai yang terlalu panjang dan rumit.

Gambar 2. Saluran Distribusi Kompot Anggrek Dendrobium

6.1.2.4 Promosi (promotion)

Promosi disebut juga sebagai komunikasi pemasaran yang diharapkan mampu meningkatkan penjualan produk. Sampai saat ini, unit pembibitan tidak menggunakan media promosi seperti pamflet dan media cetak. Promosi dilakukan dengan menggunakan media sosial internet yaitu melalui blog dan facebook. Selain itu pemilik sering diundang oleh Dinas Pertanian Kota Depok untuk mengikuti pameran tanaman hias. Keikusertaan ini tentu akan menambah jaringan dan merupakan sarana promosi yang sangat baik.

Pemilik juga sering diundang untuk mengisi seminar dan pelatihan mengenai budidaya anggrek Dendrobium dan kultur jaringan dari berbagai pihak. Pelatihan ini dapat dilakukan langsung di unit pembibitan Estie’s Orchid atau di

Usaha pembibitan kompot anggrek

Dendrobium

44 tempat lain. Secara tidak langsung, kegiatan ini juga menyebabkan nama Estie’s Orchid terangkat sehingga semakin banyak orang yang mengetahui bibit anggrek

Dendrobium hasil produksi pembibitan ini. Strategi pemasaran yang dilakukan sudah tepat dan efektif karena tanpa biaya yang berlebihan mampu mendukung penjualan produk hingga terserap pasar seluruhnya.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium layak untuk dilaksanakan karena telah memenuhi kriteria kelayakan, yaitu:

1) Jumlah permintaan pasar terhadap bibit kompot anggrek masih lebih tinggi dibandingkan jumlah produksi yang dihasilkan oleh perusahaan.

2) Perusahaan memiliki program atau strategi pemasaran yang jelas dan efektif yang dapat mendukung pencapaian penjualan perusahaan yang lebih tinggi (Husnan dan Muhammad, 2000)

terdapat peluang pasar yang cukup besar sehingga bibit kompot yang dihasilkan dapat terserap oleh pasar. Pada bauran pemasaran pun tidak terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya proses pemasaran.

6.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan penyediaan sarana produksi, proses budidaya, proses menghasilkan output, hingga penanganan pasca panen. Analisis aspek teknis pada pembibitan kompot anggrek Dendrobium perlu dikaji beberapa hal yaitu :

1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha pembibitan kompot anggrek Dendrobium Estie’s Orchid

terletak di Desa Meruyung Kecamatan Limo. Lokasi pembibitan kompot ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

a. Ketersediaan Input

Pada unit usaha pembibitan kompot anggrek ini terdapat beberapa input yang digunakan antara lain bibit botolan anggrek Dendrobium, media tanam, pupuk dan fungisida. Bibit botolan diperoleh dari unit laboratorium kultur jaringan Estie’s Orchid yang sudah ada sebelumnya, selain itu bibit botolan juga dapat diperoleh dari laboratorium kultur

45 jaringan Sanderiana Orchid yang terletak di Kecamatan Sawangan yang bersebelahan dengan Kecamatan Limo. Sarana produksi lain yang dibutuhkan dipasok dari beberapa toko saprodi yang ada di daerah Parung dan sudah menjadi langganan sehingga dapat menjaga kontinuitas dan kualitas input yang dibutuhkan. Estie’s Orchid membutuhkan 2160 bibit botolan per tahun, 216 karung arang per tahun dan 108 karung media tanam pakis. Namun, media tanam pakis ketersediaannya semakin berkurang, sehingga Estie’s Orchid mulai mempertimbangkan menggantinya dengan media tanam sabut kelapa, selain ketersediaannya yang melimpah harganya juga lebih murah yaitu Rp 100.000,00 per satu mobil bak terbuka. Daerah Parung dipilih karena relatif dekat dengan lokasi usaha sehingga memudahkan dalam pengangkutan input yang dibutuhkan, selain itu harga yang lebih rendah juga menjadi pertimbangan sehingga dapat meminimalkan biaya produksi. Lokasi usaha dapat dinyatakan tepat karena menjamin ketersediaan input yang dibutuhkan dalam proses produksi.

b. Letak Pasar yang Dituju

Output yang dihasilkan oleh unit pembibitan kompot adalah bibit kompot anggrek Dendrobium yang akan dijadikan bibit segmentasi tanaman anggrek selanjutnya oleh petani anggrek lain di sekitar Depok dan Jakarta. Bibit kompot hasil produksi Estie’s Orchid telah memiliki beberapa konsumen yang menjadi pelanggan tetap diantaranya petani anggota kelompok tani Makmur Orchid bentukan Pak Wagiman sendiri di Kecamatan Limo, Taman Mini, Taman Anggrek Ragunan dan petani anggrek lainnya di wilayah Kota Depok. Bahkan permintaan dari Taman Anggrek Ragunan belum dapat terpenuhi seluruhnya. Jarak antara lokasi pembibitan ini dengan pasar yang dituju tidak terlalu jauh sehingga akses terhadap pasar dapat dilakukan dengan baik dan memudahkan pembibitan kompot Estie’s Orchid dalam proses pemasaran baik dalam pengantaran pesanan bibit kompot maupun memudahkan konsumen datang ke lokasi pembibitan kompot. Lokasi usaha dinyatakan tepat

46 karena letak pasar yang dituju dapat diakses dengan mudah dan mampu menyerap semua produk yang dihasilkan.

c. Ketersediaan Air dan Listrik

Pembibitan kompot ini membutuhkan banyak air untuk berbagai keperluan terutama kebutuhan untuk penyiraman bibit tanaman sehingga

Estie’s Orchid perlu mempertimbangkan ketersediaan air di lokasi pembibitan. Air yang digunakan di unit pembibitan kompot ini berasal dari air sumur dan ditampung dalam tangki. Daerah ini memiliki ketersediaan air yang baik dan belum pernah mengalami kekeringan. Usaha pembibitan kompot anggrek juga membutuhkan ketersediaan listrik yang baik terutama untuk penerangan aktivitas di malam hari dan suplay cahaya bagi tanaman pada malam hari. Meskipun lokasi usaha dekat dengan persawahan, namun daerah ini telah dialiri listrik yang cukup memadai dan tidak pernah terjadi pemadaman listrik yang dilakukan secara sengaja oleh pihak PLN. Lokasi usaha dinyatakan tepat karena menjamin ketersediaan air dan listrik yang sangat berperan penting dalam proses produksi.

d. Ketersediaan Tenaga Kerja

Suplai tenaga kerja bagi usaha pembibitan tidak mengalami masalah. Tenaga kerja usaha pembibitan terdiri dari pihak keluarga dan warga sekitar lokasi usaha pembibitan. Saat ini unit pembibitan kompot

Estie’s Orchid mempekerjakan dua orang karyawan. Berdasarkan wawancara kepada karyawan Estie’s Orchid, turn over pergantian pekerja hampir tidak ada karena suasana dan budaya kerja di Estie’s Orchid sangat kekeluargaan yang membuat nyaman para pekerja, sehingga perekrutan jarang dilakukan. Tenaga kerja pada unit pembibitan kompot tidak sulit diperoleh karena kriteria untuk perekrutan tenaga kerja mudah yaitu tekun, rajin, ulet, dapat dipercaya dan mau belajar mengingat usaha budidaya bibit kompot anggrek ini membutuhkan teknik budidaya yang intensif agar bibit yang dihasilkan berkualitas dan persentase kematiannya tidak tinggi. Tingkat pendidikan terakhir juga tidak menjadi kriteria yang dipertimbangkan. Lokasi usaha

47 dinyatakan tepat karena menjamin tersedianya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi.

e. Sarana dan Prasarana Transportasi

Transportasi digunakan dalam memasarkan output yakni bibit kompot anggrek Dendrobium dan membeli input sehingga perlu juga menjadi pertimbangan pemilihan lokasi. Kondisi jalan yang melalui lokasi usaha pembibitan kompot anggrek Estie’s Orchid sangat baik karena merupakan jalan raya yang menghubungkan Kota Depok dengan wilayah Jakarta Selatan dan Kota Bogor. Fasilitas transportasi menuju sumber input di daerah Parung juga tersedia dengan baik dan dapat ditempuh selama kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Begitu juga dengan lokasi pasar tujuan yang sebagian besar berada di wilayah Depok dan Jakarta dapat dengan mudah diakses. Keberadaaan sarana dan prasarana transportasi yang sudah baik di lokasi usaha ini tentu berdampak baik bagi jalannya usaha, terutama dalam rangka pemenuhan sarana produksi yang dipasuk dari kabupaten tetangga yaitu Parung, selain itu dampak positif juga berimbas pada proses pemasaran produk ke pasar tujuan menjadi efektif dan efesien. Lokasi usaha dinyatakan tepat karena sarana dan prasarana transportasi tersedia dengan baik di lokasi usaha ini sehingga mampu mendukung kegiatan bisnis perusahaan.

Pemilihan lokasi usaha pembibitan sudah tepat karena beberapa variabel yang dipertimbangkan telah memenuhi kriteria agar mampu menunjang pelaksanaan usaha tersebut. Hal ini dicirikan dengan tersedianya input yang dibutuhkan dalam proses produksi baik dalam hal jumlah maupun kemudahan mengakses input tersebut, jelasnya pasar mana saja yang dituju untuk menyerap semua produk yang dihasilkan, tersedianya listrik dan air yang menjamin lancarnya proses produksi, tersedianya tenaga kerja yang dapat direkrut jika dibutuhkan, dan sarana-prasarana transportasi yang tersedia dengan baik sangat memudahkan kegiatan mobilitas yang dilakukan perusahaan baik input maupun output.

48 2. Luas Produksi

Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi untuk mencapai keuntungan maksimum. Salah satu hal yang mempengaruhi penentuan luas produksi adalah batasan permintaan. Permintaan bibit kompot Estie’s Orchid rata-rata mencapai 397 pot per bulan sedangkan jumlah penawaran unit pembibitan kompot Estie’s Orchid lebih rendah dari jumlah permintaan tersebut sehingga unit pembibitan kompot berusaha untuk meningkatkan luas produksi dengan melakukan penambahan investasi berupa greenhouse dengan kapasitas 720 pot agar jumlah bibit kompot yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan. Namun setelah penambahan greenhouse bibit kompot yang dapat dijual masih belum memenuhi jumlah permintaan. Hal ini yang membuat perusahaan terus mengupayakan menambah luas produksinya.

3. Proses Produksi

Penjualan bibit kompot bersifat kontinu artinya bibit kompot ini dihasilkan setiap bulan sehingga penjualan juga terjadi setiap bulan. Proses produksi yang diterapkan di pembibitan ini merupakan proses produksi yang kontinu. Dengan pola tanam yang telah diatur sehingga membentuk suatu siklus yang tetap maka jumlah bibit kompot dapat dihasilkan setiap bulan dan secara kontinu.

Greenhouse merupakan tempat yang digunakan untuk budidaya bibit kompot anggrek untuk mendapatkan kondisi mikro agroklimat yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit tanaman anggrek, selain itu juga untuk melindungi tanaman dari sinar matahari yang berlebihan dan curahan hujan. Anggrek Dendrobium membutuhkan intensitas cahaya matahari yang diterima sekitar 35-45 persen. Saat ini pembibitan kompot Estie’s Orchid

memiliki dua buah greenhouse dengan luasan yang berbeda. Greenhouse

pertama memiliki luas 11,5 m x 8 m dengan kapasitas 1080 pot, kemudian dibangun greenhouse ke dua dengan luas 12 m x 5 m dengan kapasitas 720 pot. Proses budidaya bibit kompot anggrek memang membutuhkan ketelatenan, keterampilan, ketelitian dan perhatian lebih. Proses pembibitan

49 kompot anggrek Dendrobium terdiri dari beberapa tahap. Adapun tahapan proses pembibitan kompot anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut : a. Pemilihan Bibit dalam Botol

Pemilihan bibit dalam botol sangat berperan dalam menentukan kualitas bibit kompot yang akan dihasilkan. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) Anggrek Dendrobium Kota Depok, dalam pemilihan bibit botol harus memperhatikan kualitas penyilang. Penyilang harus kompeten dan memiliki reputasi baik dan memiliki induk terdaftar yang bermutu. Selain itu, bibit dalam botol yang dipilih harus berisi planlet sehat tidak terkontaminasi. Ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar dan tidak ada yang menguning. Planlet tumbuh normal dengan komposisi daun dan akar yang seimbang serta media dalam botol masih utuh dan tidak hancur. Unit pembibitan kompot Estie’s Orchid memasok bibit dari unit laboratorium kultur jaringan Estie’s Orchid yang sudah ada sebelumnya, sehingga kualitas dan kontinuitasnya terjamin, karena Pak Wagiman (pemilik

Estie’s Orchid) merupakan penyilang anggrek yang sudah dikenal baik kompetensinya dalam peranggrekan di Depok. Menurut pengalaman pekerja di Estie’s Orchid untuk satu pot kompot dibutuhkan satu botol bibit hasil kultur jaringan. Contoh bibit dalam botol dapat dilihat pada Lampiran 5. Pemilihan bibit dalam botol yang dilakukan sudah tepat karena memenuhi Standar Operasional Prosedur Anggrek Dendrobium

Kota Depok.

b. Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang baik adalah media tanam yang tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber bibit penyakit, memiliki aerasi yang baik, mampu mengikat air dan zat makanan dengan baik serta mudah didapatkan dengan jumlah yang diinginkan. Menurut SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok media tanam yang dapat digunakan untuk menanam bibit kompot ada dua pilihan, yaitu media arang, akar pakis dan media sabut kelapa. Media tanam yang digunakan pada unit usaha pembibitan kompot Estie’s Orchid

adalah arang kayu dan akar pakis. Pemilihan arang kayu berdasarkan kelebihan yang dimilikinya yaitu dapat digunakan di tempat

50 berkelembaban tinggi, kuat dan awet, tidak mudah lapuk dan ditumbuhi jamur. Sedangkan kelebihan akar pakis yaitu kemampuan menyerap airnya yang tinggi, kuat dan awet, melapuk secara perlahan serta mempunyai aerasi dan drainase cukup baik. Contoh media pakis dapat dilihat pada Lampiran 5.

Saat ini, banyak gerakan masyarakat yang mewacanakan untuk melakukan pengurangan media pakis sebagai media tanam anggrek karena jumlah populasinya di alam yang mulai menurun drastis dan adanya pelarangan pengambilan pakis dari alam terutama dari hutan-hutan lindung. Sebab itu, media tanam alternatif seperti sabut kelapa dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai pengganti media pakis. Media sabut kelapa memiliki kelebihan yaitu memiliki daya simpan air sangat baik dan mudah didapat. Kekurangan media sabut kelapa adalah mudah terdekomposisi dan mudah menjadi sumber penyakit. Estie’s Orchid telah melakukan percobaan melakukan penanaman dengan sabut kelapa, dan hasilnya memuaskan sehingga pergantian media tanam mulai dilakukan sedikit demi sedikit dalam dua tahun mendatang.

Sebelum media tanam digunakan, dilakukan sterilisasi media tanam dan arang kayu direndam terlebih dulu untuk menghilangkan zat asam arang, hal ini sudah sesuai dengan SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok. Pemilihan pot juga harus diperhatikan, pot harus memiliki aerasi dan drainase air yang baik karena anggrek menyukai kelembaban udara yang cukup tinggi (70 %). Pot tanah yang dapat dipilih adalah pot tanah dengan diameter 15 cm dan 18 cm untuk penanaman bibit kompot (SOP Anggrek

Dendrobium Kota Depok, 2007). Menurut pengalaman pekerja di Estie’s Orchid satu karung pakis cukup untuk mengisi 20 pot dan satu karung arang cukup untuk mengisi sepuluh pot.

c. Penanaman

Penanaman bibit kompot anggrek diawali dengan mengeluarkan planlet (bibit dalam botol) agar siap ditanam ke dalam pot. Langkah ini memerlukan ketelatenan yang lebih. Setelah tutup botol dibuka, air bersih dimasukkan hingga terisi setengahnya. Kemudian botol digoyangkan agar

51 tanaman terlepas dari media dan media menjadi agak hancur. Setelah itu planlet dikeluarkan satu per satu menggunakan kawat berkait dengan akar menghadap ke mulut botol. Planlet dicuci dalam wadah berisi air bersih hingga tidak ada lagi agar-agar yang melekat pada planlet. Kemudian planlet yang sudah bersih direndam dalam larutan fungisida selama 1-2 menit (dosis satu gram per liter air) dan ditiriskan serta diangin-anginkan di atas koran selama 15-30 menit atau sudah tidak ada tetesan air lagi. Planlet siap ditanam pada pot yang telah berisi media arang sebanyak 2/3 bagian dasar pot lalu media pakis pada 1/3 bagian atas pot.

Planlet yang sudah bersih ditanam ke dalam pot dengan jumlah planlet 25-30 planlet dan diberi label tiap kompot dengan nomor atau kode silangan serta tanggal penanaman, pada periode awal penanaman, penyinaran diperpanjang hingga pukul 22.00 WIB agar pertumbuhannya lebih cepat, kematian bibit kompot yang memenuhi kategori standar adalah tidak lebih dari lima persen (SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok). Planlet ditanam secara teratur dengan cara menimbun akar dengan media akar pakis hingga pot penuh sesuai ukuran tanaman (kira-kira berisi 30 planlet) kemudian diberi label dengan kode silangan serta tanggal penanaman. Penerapan pola tanam juga harus memperhatikan kapasitas

greenhouse yang ada untuk menjaga kontinuitas produksi. Setiap

greenhouse terdiri dari enam rak untuk meletakkan pot, penanaman dilakukan setiap bulan untuk mengisi satu rak hingga penuh. Pola tanam bibit kompot di Estie’s Orchid dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pola Tanam Bibit Kompot Anggrek di Estie’s Orchid

Siklus

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Penanaman T1 T2 T3 T4 T5 T6 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Panen P1 P2 P3 P4 P5 P6 P1

Keterangan: T-n Tanam rak ke-n P-n Panen rak ke-n Sumber: Estie’s Orchid (2012)

52 Tabel 4 menunjukkan bahwa penanaman dilakukan setiap bulan pada satu rak saja dengan kapasitas setiap rak yaitu 180 pot. Sedangkan panen pada rak ke-1 baru dilakukan lima bulan kemudian yaitu pada bulan ke enam dan begitu seterusnya, sehingga setiap bulan dapat dihasilkan bibit kompot 180 pot, namun karena bibit dari dalam botol sangat rentan terhadap risiko kematian biasanya terjadi penyusutan, menurut pekerja penyusutan yang terjadi rata-rata sebesar lima persen.

d. Pemeliharaan

Selama 3-5 hari setelah planlet ditanam, bibit kompot dibiarkan tanpa perlakuan. Setelah itu disemprot dengan fungisida secara teratur satu kali setiap minggu dengan dosis dua gram per liter air. Pemupukan dilakukan melalui daun dengan menyemprotkan pupuk daun (kandungan nitrogen tinggi) dua kali seminggu dengan dosis satu gram per liter air. Penyemprotan vitamin B1 dilakukan seminggu sekali dengan dosis 0,5 ml per liter air. Penyemprotan menggunakan sprayer gendong ukuran 15 liter untuk satu greenhouse. Jika ada bibit yang mati atau busuk pada kompot segera pisahkan dari kompot. Namun jika terlihat serangan jamur pada sebagian besar bibit kompot, seluruh bibit dibongkar dan direndam dengan larutan fungisida kemudian ditanam kembali. Penyiraman dengan air dilakukan setiap hari menggunakan handsprayer dua kali sehari pada pagi ( pukul 07.00 – 09.00) dan sore hari ( pukul 15.00-16.30). Kegiatan pemeliharaan sudah sesuai dengan SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok, karena sebenarnya kegiatan budidaya anggrek Dendrobium di

Estie’s Orchid memang dijadikan dasar validasi dalam pembuatan SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok yang dilakukan Dinas Pertania Kota Depok.

e. Pemanenan

Menurut SOP Anggrek Dendrobium Kota Depok pemanenan bibit kompot anggrek dapat dilakukan setelah umur bibit mencapai empat sampai dengan lima bulan bila menggunakan media sabut kelapa dan lima sampai dengan enam bulan bila menggunakan media pakis. Pembibitan kompot

53 lima bulan dengan kondisi perakaran sehat dan warna daun hijau muda. Pertumbuhan bibit yang sehat ditandai dengan seragamnya ukuran dan warna daunnya yang hijau segar serta tinggi bibit telah mencapai kurang lebih enam cm. Penanganan pasca panen untuk penjualan bibit kompot adalah pengemasan. Pengemasan baru dilakukan jika sudah ada konsumen yang mau membeli bibit kompot. Bibit kompot dikeluarkan dari pot bersama dengan medianya kemudian dibungkus dengan kertas koran dan diberi label nama jenis anggrek Dendrobiumnya dan disusun di dalam

Dokumen terkait