• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TELAAH PUSTAKA

B. Kerangka Teori

1. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bagi dunia perbankan yang merupakan badan usaha yang berorientasi profit, kegiatan pemasaran sudah merupakan suatu kebutuhan utama dan sudah merupakan suatu keharusan untuk dijalankan. Tanpa kegiatan pemasaran jangan diharapkan kebutuhan dan keinginan pelanggannya akan terpenuhi. Oleh karena itu, bagi dunia

Nasabah Menggunakan E-Banking PT. Bank BNI Syariah Yogyakarta Proses (X4) dan Layanan (X5). Variabel dependen: Minat nasabah (Y) dan layanan (X5) tidak berpengaruh terhadap keputusan nasabah. Sedangkan tarif (X2) dan proses (X4) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah menggunakan E-Banking.

usaha apalagi usaha seperti usaha perbankan perlu mengemas kegiatan pemasarannya secara terpadu dan terus menerus melakukan riset pasar (Kasmir, 2002: 88).

Philip Kotler mendefinisikan pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara meciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Assauri, 1992: 61).

Sedangkan menurut W.J. Stanton, pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial (Oentoro, 2012: 1).

Pengertian pemasaran bagi setiap perusahaan tidak ada perbedaan. Hanya yang menjadi masalah adalah penerapan pemasaran untuk setiap jenis perusahaan memiliki karakteristik tersendiri. Misalnya pemasaran yang dijalankan untuk perusahaan yang menghasilkan produk berupa barang tentu akan sangat berbeda dengan perusahaan yang memiliki produk jasa seperti perusahaan keuangan. Bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, produk yang diperjualbelikan merupakan jasa keuangan. Oleh karena itu, perlakuan pemasaran terhadap dunia perbankan pun sedikit berbeda dengan perusahaan lainnya.

Secara umum pengertian pemasaran bank adalah suatu proses untuk menciptakan dan mepertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan (Kasmir, 2002: 199).

Sedangkan tujuan pemasaran bank adalah untuk (Kasmir, 2002: 66):

1) Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan atau merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang. 2) Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan

yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya, karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah lainnya melalui ceritanya (getuk tular).

3) Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula.

4) Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien. b. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk,

struktur harga, kegiatan promosi dan sistem distribusi (Stanton, 1996: 45-46).

Menurut Kotler (1987: 63), bauran pemasaran adalah sebagai perangkat variabel-variabel pemasaran terkontrol yang diinginkan dalam pasar sasaran.

Bauran pemasaran adalah alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses (Lupiyoadi dkk, 2006: 70).

Penentuan marketing mix bertujuan agar setiap kegiatan pemasaran dapat berlangsung dengan sukses. Sehingga produknya dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, harga yang terjangkau oleh konsumen, kemudian didistribusikan di tempat dimana konsumen dapat membelinya dan dipromosikan melalui media yang terjangkau konsumen.

c. Bentuk-Bentuk Bauran Pemasaran (Marketing Mix) 1) Produk

Menurut Kotler, produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang perusahaan tawarkan pada pasar sasaran (Kotler, 1987: 64). Produk adalah suatu kumpulan atribut fisik, osikis, jasa, dan simbolik yang dibuat untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sebuah produk terdiri atas atribut-atribut, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible),

termasuk kemasan, warna, harga, kualitas, dan merek ditambah jasa layanan dari penjual dan reputasi (Setiyaningrum, dkk, 2015: 87).

Gagasan pokok dari definisi di atas ialah konsumen membeli tidak hanya sekedar kumpulan atribut fisik. Pada dasarnya, mereka membayar sesuatu yang memuaskan keinginan. Jadi, sebuah perusahaan yang bijak menjual maslahat/manfaat (benefit) produk tidak hanya berupa produk itu sendiri.

Sedangkan menurut Kotler, bauran produk (Produk Mix) adalah kumpulan dari semua produk dan unit produk yang ditawarkan penjual kepada pembeli.

Buran produk dapat dilakukan bilamana sebuah perusahaan mempunyai sejumlah lini produk dan item. Disebut juga portofolio produk (product portofolio) atau lebar produk (product width). Untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan, perusahaan menyebar risiko ke dalam beberapa lini produk, bukan menggantungkan diri hanya pada satu atau dua produk. Perusahaan juga memperluas bauran produk untuk memanfaatkan reputasinya (Setiyaningrum dkk, 2015: 106).

Konsep daur hidup produk dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu (Stanton, 1996: 252-255):

a) Perkenalan, dalam tahap ini produk diluncurkan ke pasar dengan didukung oleh program pemasaran yang efektif dan produk dalam skala penuh.

b) Pertumbuhan (growth), dalam tahap ini penjualan dan laba meningkat dengan cepat sekali.

c) Kedewasaan (maturity), pad periode awal tahap ini penjualan masih terus meningkat meskipun tidak setinggi tahap pertumbuhan.

d) Kemunduran produk dan kemungkinan ditinggalkan, semua produk pasti mengalami tahap keusangan seperti halnya mereka pernah mengalami tahap-tahap lainnya dalam daur hidupnya. 2) Harga

Harga adalah alat pengukur dasar sebuah sistem ekonomi karena harga mempengaruhi alokasi faktor-faktor produksi (Stanton, 1996: 306). Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong, mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang yang diminta untuk suatu produk atau suatu jasa. Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa harga ialah jumlah nilai yang diberikan oleh konsumen untuk memperoleh keuntungan atas kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau jasa (Setiyaningrum, 2015: 128).

Berikut adalah penjelasan mengenai strategi penetapan harga (Setiyaningrum, 2015: 133-136).

a) Penetapan harga market skimming. Perusahaan menggunakan strategi ini jika produk baru dipersepsikan mempunyai keuntungan atau hal unik bagi pasar sasaran.

b) Penetapan harga penetrasi pasar. Penetapan ini berarti meminta harga relatif rendah untuk sebuah produk supaya dapat menguasai pasar massal.

c) Penetapan harga status Quo. Harga yang disesuaikan dengan harga pesaing atau sesuai dengan harga yang ada (going rate pricing).

Dalam proses penetapan harga ada beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi keputusan akhir. Faktor-faktor kunci yang perlu diperhatikan manajemen adalah (Stanton, 1996: 315):

a) Permintaan produk. b) Target pangsa pasar. c) Reaksi pesaing.

d) Penggunaan strategi penetapan harga: penetrasi atau saringan. e) Bagian lain dari bauran pemasaran-produk, saluran distribusi

dan promosi.

f) Biaya untuk memproduksi atau untuk membeli produk.

Sedangkan menurut Swastha (2000), ada beberapa tujuan dalam penetapan harga sebagai berikut:

a) Mendapat laba maksimum.

b) Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan atau pengembalian pada penjualan bersih.

c) Mencegah atau mengurangi persaingan.

3) Tempat

Tempat atau distribusi adalah tempat di mana diperjualbelikan produk perbankan dan pusat pengendalian perbankan. Dalam praktiknya ada beberapa macam lokasi kantor pusat, cabang utama, cabang pembantu, kantor kas dan lokasi mesin-mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) (Tjiptono, 1995: 163). Place dalam service merupakan gabungan antara lokasi dan keputusan atas saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian jasa terhadap konsumen dan di mana lokasi yang strategis (Lupiyoadi, 2001: 61).

Saluran distribusi atau saluran dagang sebuah produk adalah jalur yang dipakai untuk perpindahan barang dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai dari kalangan industri (Stanton, 1996: 6-7). Saluran selalu terdiri dari produsen dan konsumen akhir, termasuk di dalamnya para pialang yang terlihat dalam pemindahan kepemilikan barang. Para pialang agen juga merupakan bagian dari saluran distribusi meskipun mereka tidak memiliki hak atas barang. Hal ini bisa terjadi karena memainkan peranan yang aktif dalam pemindahan hak kepemilikan.

Penentuan lokasi tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangan berbagai faktor. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penetuan lokasi suatu bank adalah dengan pertimbangan sebagai berikut (Tjiptono, 1995: 166):

a) Dekat dengan kawasan industri atau pabrik. b) Dekat dengan perkantoran.

c) Dekat dengan pasar.

d) Dekat dengan perumahan atau masyarakat.

e) Mempertimbangkan jumlah persaingan yang ada disuatu lokasi. 4) Promosi

Menurut Kinear dan Kenneth (1990), promosi ialah sebuah mekanisme komunikasi pemasaran, pertukaran informasi antara pembeli dan penjual (Setiyaningrum, 2015: 223). Dalam definisi secara umum, promosi meliputi periklanan, penjualan personal dan lain cara penjualan. Cara-cara itu bersama-sama merupakan faktor dasar dalam bauran pemasaran (Stanton, 1996: 137).

Promosi berperan menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade) dan mengingatkan (to remind) konsumen agar menanggapi (respond) produk atau jasa yang ditawarkan. Tanggapan yang diinginkan dapat berbagai bentuk, dari kesadaran akan keberadaan produk atau jasa sampai pembelian yang sebenarnya.

Marketer dapat memilih sarana yang dianggap sesuai untuk mempromosikan jasa mereka. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam promosi, yaitu (Lupiyoadi: 2001: 63):

a) Indentifkasi terlebih dahulu target audience-nya, hal ini berhubungan dengan segmentasi pasar.

b) Tentukan tujuan promosi, apakah untuk menginformasikan, mempengaruhi atau untuk mengingatkan.

c) Pengembangan pesan yang disampaikan, hal ini berhubungan dengan isi pesan, struktur pesan, gaya pesan dan sumber pesan. d) Pemilihan bauran komunikasi, apakah itu personal

communication atau non-personal communication.

Sedangkan komponen-komponen dalam bauran pemasaran adalah iklan, penjualan pribadi (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan publikasi (Setiyaningrum dkk, 2015: 233-234).

5) Orang

Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam people ini berarti sehubungan dengan seleksi, training, motivasi dan manajemen sumber daya manusia (Lupiyoadi, 2001: 63). Orang (people) merupakan proses seleksi, pelatihan dan pemotivasian karyawan yang nantinya dapat digunakan sebagai pembeda perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan (Kotler, 2002: 143).

Konsumen akan merasa terlayani dengan baik apabila mendapatkan pelayanan yang baik. Sehingga besar kemungkinan konsumen tersebut akan kembali lagi membeli produk yang telah kita tawarkan. Untuk mencapai kualitas yang terbaik maka pegawai

harus dilatih untuk menyadari pentingnya pekerjaan mereka, yaitu memberikan konsumen kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya. Pentingnya people dalam pemasaran jasa berkaitan erat dengan internal marketing. Internal marketing adalah interaksi atau hubungan antara setiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang dalam hal ini dapat diposisikan sebagai internal customers dan internal supplier. Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah mendorong people dalam kinerja memberikan kepuasan kepada konsumen.

Ada empat kriteria peranan atau pengaruh dari aspek people yang mempengaruhi konsumen, yaitu peran (Lupiyoadi, 2001: 63):

a) Contactors, people di sini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli.

b) Modifier, mereka tidak secara langsung mempengaruhi konsumen tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, misal: resepsionis.

c) Influencers, mereka ini mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.

d) Isolateds, people di sini tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen.

Misal: karyawan bagian administrasi penjualan, SDM dan data processing.

6) Physical Evidence (Bukti Fisik)

Bukti fisik (Physical evidence) merupakan perangkat-perangkat yang diperlukan dalam menyajikan secara nyata kualitas produk dan layanan (Wright dkk, 2002: 13-15). Menurut kotler, bukti fisik dan yang mewakili (Physical Evidence and Presentation). Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen (Kotler, 2002: 144).

Physical evidence merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Ada dua tipe physical evidence (Lupiyoadi, 2001: 60):

a) Essential evidence, merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan layout dari gedung, ruang dll.

b) Peripheral evidence, merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berarti apa-apa. Jadi hanya berfungsi sebagai pelengkap jasa, sekalipun demikian peranannya sangat penting dalam proses produksi jasa. Contohnya: tiket pesawat. Physical evidence membantu marketer untuk memposisikan perusahaanya di pasar dan memberi tangible support apalagi yang berhubungan dengan lokasi.

Bukti fisik (physical evidence) ini juga merupakan salah satu faktor atau unsur yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli suatu produk yang ditawarkan tertentu. Unsur-unsur yang termasuk di dalamnya yaitu lingkungan fisik, dimana terdapat bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan pelayanan (service) yang diberikan. Disamping lokasi yang strategis, hal lain yang juga mendukung lokasi adalah layout gedung dan ruangan itu sendiri. Penetapan layout yang baik dan benar akan menambah kenyamanan nasabah dalam berhubungan dengan baik.

7) Proses

Proses merupakan gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas dan hal-hal rutin, di mana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen (Lupiyoadi, 2001: 63-64). Proses ini terjadi berkat dukungan karyawan dan tim manajemen yang mengatur semua proses agar berjalan dengan lancar. Misalnya saja sperti proses pemberian jasa yang dilakukan oleh bank berupa jasa transfer, administrasi dan lain sebagainya.

Proses adalah prosedur, mekanisme dan arus aktivitas aktual saat jasa disampaikan. Meliputi sistem dan prosedur, termasuk persyaratan ataupun ketentuan yang diberlakukan oleh bank terhadap produk dan jasa bank. Sistem dan prosedur akan

merefleksikan penilaian, apakah pelayanan cepat atau lambat, mulai dari pengajuan pinjaman sampai tahap realisasi pinjaman. Pada umumnya nasabah lebih menyenangi proses yang cepat, walaupun bagi bank akan menimbulkan risiko yang lebih tinggi (Hasibuan, 2000: 110). Penggunaan teknologi yang tepat guna serta kreativitas yang prima diperlukan untuk suatu proses yang cepat namun aman.

Proses dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu (Lupiyoadi, 2001: 64):

a) Complexity, hal ini berhubungan dengan langkah-langkah dan tahap dalam proses.

b) Divergence, berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah atau tahap proses.

Sehubungan dengan dua cara tersebut terdapat empat pilihan yang dapat dipilih oleh marketer, yaitu (Lupiyoadi, 2001: 64): a) Reduced Divergence, dalam hal ini berarti terjadi pengurangan

biaya, peningkatan produktivitas dan kemudahan distribusi. b) Increased Divergence, berarti memperbanyak kustomisasi dan

fleksibilitas dalam produksi yang dapat menimbulkan naiknya harga.

c) Reduced Complexity, berarti cenderung lebih terspesialisasi. d) Increased Complexity, berarti lebih cenderung ke penetrasi

2. Keputusan Nasabah

Menurut UU RI No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank syariah dan atau UUS. Pada Undang-Undang Perbankan Nasabah dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu:

a. Nasabah Penyimpan, adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau UUS dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara Bank Syariah atau UUS dan nasabah yang bersangkutan.

b. Nasabah Investor, adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau UUS dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah atau UUS dan nasabah yang bersangkutan.

c. Nasabah Penerima Fasilitas, adalah nasabah yang memperoleh fasilitasdana atau yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan Prinsip Syariah.

Menurut Kotler dalam bakuwon (2002: 20), keputusan membeli merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang dalam setiap waktu dan tempat. Keputusan membeli ini dinilai sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh konsumen setelah melakukan evaluasi terhadap seluruh alternatif yang ada sehingga timbul keiinginan unutk membeli.

Tahap-tahap proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dapat digambarkan dibawah ini (Kotler dkk, 2008: 184-191).

Gambar 2.1

Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian

Penjelasan dari gambar tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pengenalan masalah, proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.

b) Pencarian Infromasi, konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen digolongkan kedalam empat kelompok:

1) Sumber pribadi, misal: keluarga, teman, tetangga, kenalan.

2) Sumber komersial, misal: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko.

3) Sumber publik, misal: media massa, organisasi penentu peringkat konsumen.

4) Sumber pengalaman, misal: penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.

c) Evaluasi alternatif, beberapa konsep dasar akan membantu dalam memahami proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang masing-masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian

berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.

d) Keputusan pembelian, keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan. Besarnya risiko yang dirasakan berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen. Dalam melaksanakan niat pembelian, konsumen dapat membuat lima sub keputusan pembelian: keputusan merek, keputusan pemasok, keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan metode pembayaran.

e) Perilaku pasca pembelian, konsumen akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasaran tisak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pasca pembelian. Pemasaran harus memantau kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.

Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana barang, jasa, ide dan pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Kottler dkk, 2008: 168). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah:

a. Faktor-faktor kebudayaan

1) Budaya, merupakan determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang.

2) Sub-budaya, meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras dan wilayah geografis.

3) Kelas sosial, merupakan kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, tersusun secara hirarki dan mempunyai anggota yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang sama.

b. Faktor sosial

1) Kelompok referensi, merupakan semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.

2) Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga mempresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh.

3) Peran dan status, peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan seseorang, sedangkan setiap peran tersebut menyandang status.

c. Faktor pribadi

1) Usia dan tahap siklus hidup, selera seseorang dalam makanan, pakaian dan sebagainya sering berhubungan dengan usia.

2) Pekerjaan dan keadaan ekonomi, pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka dan bahkan menghantarkan produk khusus untuk kelompok pekerja tertentu. Pilhan produk sangat

dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang yang terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aset, utang, kekuatan pinjaman serta sikap terhadap pengeluaran dan tabungan. 3) Kepribadian, merupakan sekumpulan sifat psikologi manusia yang

menyebabkan respons yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap rangsangan lingkungan (termasuk perilaku pembelian).

4) Gaya hidup dan nilai, merupakan pola hidup sesorang di dunia yang tercemin dalam kegiatan, minat dan pendapat.

d. Faktor-faktor psikologi

1) Motivasi, beberapa kebutuhan biogenik yang timbul dari kedaaan tekanan psikologis seperti rasa lapar, haus dan tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari kedaaan tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan dan rasa memiliki.

2) Persepsi, adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

3) Pembelajaran, mendorong perubahan dalam perilaku seseorang yang timbil dari pengalaman.

4) Memori, informasi dan pengalaman yang seseorang hadapi ketika menjalani hidup dapat berakhir di memori jangka panjang.

3. Produk Tabungan Wadi’ah

Prinsip wadi’ah merupakan salah prinsip yang terdapat dalam produk penghimpun dana pada bank syariah. Prinsip wadi’ah memiliki implikasi hukum sama dengan qardh yaitu nasabah bertindak sebagai pihak yang meminjamkan uang sedangkan bank bertindak sebagai peminjam (Yudiana, 2014: 27).

Sedangkan, tabungan wadi’ah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya (Karim, 2004: 297).

Karakteristik tabungan wadi’ah ini mirip dengan tabungan pada bank konvensional ketika nasabah penyimpan diberi garansi untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti kartu ATM dan sebagainya tanpa biaya (Ascarya, 2008: 115).

Ketentuan umum dalam prinsip wadi’ah adalah sebagai berikut (Yudiana, 2014: 27-28):

a) Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau tanggungan bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan serta tidak menanggung kerugian.

b) Jika nasabah akan membuka rekening ini maka bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi guna menutupi biaya yang terjadi.

c) Bank dapat menetapkan ketentuan lain berkenaan dengan rekening giro dan tabungan ini namun harus sesuai dengan ketentuan syariat islam. d) Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya harus

mencakup ijin penyaluran dana yang disimpan serta persyaratan lainnya yang disepakati bersama dan tidak bertentangan dengan syariat islam.

4. Perbankan Syariah

a. Pengertian Perbankan Syariah

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998,

istilah yang dipakai ialah “Bank berdasarkan prinsip syariah”. Oleh

karena pedoman operasi bank tersebut adalah ketentuan-ketentuan

Syariah Islam, maka bank yang demikian itu disebut “Bank Syariah”.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah itu, sebagaimana menurut definisi yang disebut dalam pasal 1 angka 7 undang-undang tersebut, bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsyariah disebut Bank Syariah (Sjahdeini, 2010: 31).

Pada umumnya pengertian bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Yudiana, 2014: 2). Sedangkan menurut Antonio (2001), Bank Islam adalah lembaga keungan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa

lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

Dokumen terkait