• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Asuhan Masa Nifas

4. Bayi Baru Lahir

a. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013).

2. Fisiologis Bayi Baru Lahir

a. Klasifikasi neonatus menurut gestasi yaitu (Muslihatun, 2011):

i. Neonatus kurang bulan (preterm infant): kurang 259 hari (37 minggu)

ii. Neonatus cukup bulan (term infant): 259 sampai 294 hari (37-42 minggu)

iii. Neonatus lebih bulan (postterm infant): lebih dari 294 hari (42 minggu) atau lebih.

b. Klasifikasi neonatus menurut berat lahir yaitu (Muslihatun, 2011): i. Neonatus berat lahir rendah: kurang dari 2500 gram ii. Neonatus berat lahir cukup: antara 2500 sampai 4000

gram

iii. Neonatus berat lahir lebih: lebih dari 4000 gram c. Adaptasi fisiologis bayi baru lahir yaitu (Muslihatun, 2011):

1. Sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan aveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik napas dan mengeluarkan napas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya

pernapasan diagfragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.

2. Suhu tubuh

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya, yaitu konduksi (perpindahan dari panas tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung), konveksi (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara), radiasi (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda), evaporasi (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).

3. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan lebih besar. Bayi baru lahir harus menyelesaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak

4. Peredaran darah

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

5. Ginjal

Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga masukan cairan meningkat, mungkin urin akan tampak keruh termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang tidak banyak berarti. Biasanya sejumlah kecil urin terdapat dalam kandung kemih bayi saat lahir, tetapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat

menunjukkan masukan cairan yang cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urin 15-60 ml/kg per hari (Rohani, 2014).

6. Kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitasyang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Beberapa contoh kekebalan alami yaitu: perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi saringan saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus dan perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Rohani, 2014).

7. Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir (Rohani, 2014).

8. Traktus digestivus

Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang berwana hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.

9. Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen.

10. Keseimbangan asam basa

Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.

Karakteria fisik bayi baru lahir (neonatus) normal, antara lain:

a. Lahir cukup bulan dengan usia kehamilan 37-42 minggu b. Berat badan lahir 2500-4000 gram atau sesuai masa kehamilan c. Panjang badan antara 44-53 cm

d. Lingkar dada 30-38 cm (Marmi, 2015) e. Lingkar kepala 33-35 cm (Marmi, 2015)

f. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit (Marmi, 2015)

g. Pernapasan ±60-40 kali/menit (Marmi, 2015)

h. Skor APGAR antara 7-10

i. Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

f. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup (Marmi, 2015).

g. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna (Marmi, 2015).

h. Kuku agak panjang dan lemas

i. Genetalia; perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora; laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

Karakteria neurologis neonatus normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Muslihatun, 2011):

1. Reflek moro/kejutan positif (+)

Reflek dapat diperoleh dengan memukul permukaan yang rata yang ada di dekatnya di mana dia berbaring dengan posisi terlentang. Neonatus seharusnya menarik dan membentangkan tangannya secara sistematik.

Reflek moro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah berusia 3-4 bulan (Rohani, 2014).

2. Refleks sucking/hisap positif (+)

Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap puting susu dan menelan ASI (Rohani, 2014).

3. Refleks graps/menggenggam positif (+)

Reflek yang timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi lalu bayi akan menutup telapak tangannya. Respon yang sama diperoleh ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki menyebabkan jari kaki menekuk. Genggaman telapak tangan biasanya berlangsung sampai usia 3-4 bulan) (Rohani, 2014).

4. Refleks rooting positif (+)

Reflek ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan didaerah mulut. Bayi akan memutar kepala seakan mencari puting susu. Reflek rooting berkaitan erat dengan reflek mengisap. Reflek ini dapat dilihat jika pipi atau sudut mulut bayi disentuh dengan pelan, maka bayi akan menengok secara spontan ke arah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap. Reflek ini biasanya menghilang pada usia tujuh bulan (Rohani, 2014).

5. Reflek tonic neck

Refleks yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh ke kanan atau ke kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari meskipun reflek ini terlihat. Reflek ini dapat diamati berusia 3-4 bulan (Rohani, 2014).

b. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Asuhan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama bayi pertamanya setelah kelahiran. Sebagian besar

bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (Saifuddin, 2014).

Tujuan dari asuhan bayi baru lahir normal adalah mengetahui sedini mungkin kelainan bayi, menghindari resiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan indentifikasi masalah kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan petugas kesehatan (Rimandini, 2014). Asuhan bayi baru lahir meliputi:

a. Pencegahan infeksi

Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi. Memastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, termasuk klem gunting, benang tali pusat, bola karet penghisap (DeLee) yang telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah mencuci tangan sebelumnya (Muslihatun, 2015).

b. Evaluasi nilai apgar

Setelah bayi lahir, lalu dikeringkan dan segera lakukan penilaian awal yaitu: a) apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan? b) apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas? Jika bayi tidak bernapas, bernapas megap-megap, atau lemah, maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Bayi yang sehat harus mempunyai nilai APGAR 7-10 pada 1-5 menit pertama kehidupannya.

Tabel .13

Cara penilaian APGAR Pada Bayi Baru Lahir

Tampilan

Nilai

A: warna kulit Badan merah, Seluruh tubuh

(appearance color) Pucat ekstermitas biru kemerahan

P: frekuensi jantung Tidak Lambat (<100 per

(pulse/heart rate) ada menit) (<100 per menit)

Hanya pergerakan

G: reflek terhadap Tidak wajah ketika Menangis, batuk, rangsangan (grimace) ada distimulasi bersin

Ekstermitas fleksi

A: tonus otot (activity) Lemah sedikit Gerakan aktif R: usaha napas Tidak Lambat, tidak Menangis kuat,

(respiration) ada teratur usaha napas baik

Sumber: Rohani, 2014.

c. Pencegahan kehilangan panas

Keringkan bayi dengan segera, b) selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, c) tutup bagian kepala bayi, d) anjurkan ibu utnuk memeluk dan menyusui bayinya, e) jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, f) tempatkan bayi di lingkungan yang

hangat (Rimandini, 2014).

d. Perawatan tali pusat dan pemberian ASI

Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat, dengan ikat ujing tali pusat setiar 3-5 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT, dan menjaga tali pusat agar tetap kering, jangan biarkan tali pusat basah, kotor dan lembab. Setelah tali pusat diklem dan dipotong dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya. Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba menyusukan bayinya segera (Rimandini, 2014).

Dapat diberikan pada bayi baru lahir dalam 1 jam pertama dengan obat tetes mata/salep eritromysin 0,5%/atau tetrasiklin 1% (Rimandini, 2014).

f. Pemberian imunisasi awal

Semua bayi baru lahir (BBL) harus diberikan penyuntikan vitamin K1 (phytomenadione) 1 mg intramuskuler (IM) di paha kiri, untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalu jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati (Rimandini, 2014).

Tabel .14

Sasaran dan Jadwal Imunisasi Pada Bayi

Jenis Penyakit yang Usia Jenis Interval

Imunisasi Dicegah Pemberian Pemberian Minimal

Hepatitis B Hepatitis B 0-7 hari 1 -

BCG TBC 1 bulan 1 -

(Tubercolosis)

Polio Polio 1, 2, 3, 4 4 4 minggu bulan

DPT-Hb- Difteri, pertusis, 2, 3, 4 bulan 3 4 minggu Hib tetanus, Hepatitis

B, infeksi HIB

Campak Campak 9 bulan 1 - Sumber: Kemenkes RI, 2014.

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Frekuensi jadwal pelaksaan pelayanan kesehatan neonatus meliputi:

a. Kunjungan neonatus pertama (KN1)

Dilakukan kurun waktu 6-48 jam setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pernapasan, warna kulit, pergerakan aktif/tidak, ditimbang, ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian salep mata, vitamin K1, hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan kehilangan panas bayi.

b. Kunjungan neonatus kedua (KN2)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai ke-7 setelah lahir, dilakukan pemeriksaan fisik, penampilan dan perilaku bayi, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, pola istirahat, keamanan dan tanda-tanda bahaya yang terjadi.

c. Kunjungan neonatus ketiga (KN3)

Dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya.

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah

dan jarak anak yang diinginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan atau perencanaan keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilisasi) atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim (Purwoastuti, 2015). 2. Fisiologis Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umun yaitu: meningkatkan kesehjateraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Tujuan khusus yaitu: meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran (Purwoastuti, 2015).

3. Metode Kontrasepsi

Perencanaan KB harus dimiiki oleh setiap keluarga termasuk calon

pengantin, misalnya kapan usia ideal untuk melahirkan, berapa jumlah anak, dan jarak kelahiran yang ideal, bagaimana perawatan kehamilan, serta tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Selain pengetahuan, pasangan suami istri harus memiliki akses terhadap kontrasepsi yang berkualitas. Sehingga, mereka mudah merencanakan kehamilan seperti yang diinginkan dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan (Purwoastuti, 2015).

Rekomendasi penggunaan kontrasepsi lainnya, termasuk kontrasepsi hormonal progestin tunggal, terdapat juga banyak pilihan kontrasepsi lainnya

a. Pil Oral Kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon sistesis esterogen dan progesteron (Handayani, 2014).

1. Cara Kerja

Menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks, pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu. 2. Keuntungan

Tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia), dapat digunakan sebagai metode jangka panjang, dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause, mudah dihentikan setiap saat, dan kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan.

3. Kekurangan

Mahal dan membosankan karena digunakan setiap hari, mual pada 3 bulan pertama, perdarahan bercak atau perdarahan pada 3 bulan pertama, pusing, kenaikan berat badan, nyeri payudara, tidak boleh untuk ibu yang menyusui, dan dapat meningkatkan tekanan darah sehingga resiko stroke.

4. Indikasi

Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum, gemuk atau kurus, setelah melahirkan dan tidak menyusui, pasca keguguran, anemia karena haid berlebihan, dan siklus haid tidak teratur.

5. Kontraindikasi

Sakit kepala hebat, hipertensi, diabetes melitus, penyakit kantong empedu yang aktif, dan umur >40 tahun disertai riwayat kardiovaskuler.

a. Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik dalam waktu yang sama.

b. Pil pertama dimulai hari pertama siklus haid ini sangat dianjurkan. c. Bila paket 28 pil habis mulai minum dari paket yang baru.

d. Bila lupa minum 1 pil setelah ingat segera minum pil yang lupa dan minumlah pil untuk hari ini seperti biasa.

e. Bila lupa 2 pil setelah ingat segera minum 2 pil hari itu dan 2 pil lagi hari berikutnya, dampaknya spotting lebih besar, gunakan kondom sampai terjadi haid.

f. Lupa minum 3 pil berturut-turut/lebih hentikan pemakaian, gunakan metode lain bila ingin menggunakan pil lagi, tunggu menstruasi dan gunakan dari kemasan yang baru.

g. Waktu mulai minum pil: hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, boleh menggunakan pada hari ke-8, perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual, setelah melahirkan, setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif, setelah 3 bulan dan tidak menyusui, pasca keguguran.

h. Efek samping

Amenorhoe, mual, pusing atau muntah, dan perdarahan pervaginam.

b. Suntik/injeksi

1. Suntikan Kombinasi

Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis esterogen dan progesteron (Handayani, 2014).

b. Mekanisme kerja

Menekan ovulasi, menghambat transportasi gamet oleh tuba,

mempertebal mukus serviks (mencegah penetrasi sperma),

mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan

proses implantasi.

c. Keuntungan

Efek samping sangat kecil, tidak perlu menyimpang obat, jangka panjang.

d. Kerugian

Perubahan pola haid tidak teratur, perdarahan bercak sampai 10 hari, pada awal pemakaian timbul mual, pusing, nyeri payudara dan keluhan ini akan menghilang setelah suntikan kedua atau ketiga,

kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah berhenti

pemakaian, serta penambahan berat badan.

e. Siapa yang boleh menggunakan

Anemia, haid teratur, usia reproduksi, nyeri haid hebat, memberikan ASI >6 bulan, riwayat kehamilan ektopik, pasca persalinan dan tidak menyusui.

f. Siapa yang tidak boleh menggunakan

Hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam tak jelas penyebabnya, riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (>180/110), keganasan payudara, riwayat diabetes melitus >20 tahun, menyusui pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.

Intramuskular, setiap bulan, diulang tiap 4 minggu, 7 hari lebih awal, terjadi resiko gangguan perdarahan, setelah hari ke 7 bila tidak hubungan 7 hari kemudian atau gunakan kontrasepsi lain.

h. Perlu perhatian khusus

Tekanan darah tinggi <180/110 dapat diberikan tetapi perlu pengawasan, kencing manis (DM) dapat diberikan jika tidak ada komplikasi dan terjadi <20 tahun, serta migrain, jika tidak ada kelainan neurologik dapat diberikan.

i. Efek samping

Amenorea, mual/pusing/muntah, dan spotting.

2. Suntikan progestin

Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progestin (Handayani, 2014).

a) Jenis

Depo Medroxyprogesterone Asetat, Depo-Provera (DMPA): 500

mg depot-medroxyprogesterone acetate yang diberikan setiap 3

bulan.

b) Mekanisme kerja

Menekan ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap protozoa, membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang sudah dibuahi, dan mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba falopi.

pemberian ASI, dan efek sampingnya sedikit.

d) Siapa yang boleh menggunakan

Wanita dari semua usia subur atau paritas: sedang dalam masa nifas dan tidak sedang menyusui, sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas), pasca aborsi, perokok, serta tidak peduli dengan perdarahan atau amenorea yang tidak teratur.

e) Kondisi yang memerlukan kehati-hatian

Sedang menyusui (<6 minggu pasca persalinan), mengalami sakit kuning (hepatitis atau sirrhosis), menderitas tekanan darah tinggi (180/110), menderita penyakit jantung iskhemik, dan menderita diabetes (selama >20 tahun).

f) Waktu injeksi

Injeksi awal: hari ke 1 sampai 7 dari siklus haid, dan segera jika tidak sedang menyusui; injeksi ulang: DMPA hingga 4 minggu lebih awal atau terlambat.

g) Efek samping

Amenorea, perdarahan tidak teratur (>8 hari), pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan).

h) Tanda-tanda peringatan

Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur, nyeri perut bagian bawah yang hebat, perdarahan yang hebat, abses pada tempat penyuntikan, dan sakit kepala yang berat dan terus berulang atau pandangan yang kabur.

sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas (Handayani, 2014).

1. Jenis

Ada dua macam implan, yaitu:

a. Norplant: dipakai sejak tahun 1987 terdiri atas 6 “kapsul” kosong silastic (karet silicon) yang diisi dengan hormon Levonorgestrel dan ujung-ujung kapsul ditutup dengan silastic adhesive.

b. Norplant-2: dipakai sejak tahun 1987 terdiri dari dua batang silastic yang padat, dengan panjang tiap batang 44 mm. Ciri norplant-2 adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.

2. Cara kerja

Menghambat ovulasi, perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit, dan menghambat perkembangan siklis dari endometrium.

3. Keuntungan

Cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang mengandung esterogen, dapat digunakan untuk jangka waktu panjang 5 tahun dan bersifat reversibel, dan perdarahan yang terjadi lebih ringan.

4. Kerugian

Lebih mahal, sering timbul perubahan pola haid, dan akseptor tidak dapat menghentikan implan sehendaknya sendiri.

5. Kontra indikasi

Penderita penyakit hati akut, kanker payudara, penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, dan riwayat penyakit kehamilan ektopik.

7. Efek samping

Amenorea, perdarahan bercak (spotting) ringan, pertambahan dan kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan), ekspulsi, dan infeksi pada daerah insersi.

8. Waktu pemasangan

Sewaktu haid berlangsung, bila menyusui: 6 minggu sampai 6 bulan pasca salin, dan pasca keguguran.

d. IUD/AKDR

Suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam rahim untuk tujuan kontrasepsi yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Handayani, 2014).

1. Jenis

a) Bentuk yang terbuka (open device)

Misalnya: LippersLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil,

Multiload, Nova-T.

b) Bentuk tertutup

Misalnya: Ota-Ring, Antigon, dan Graten Berg Ring.

2. Mekanisme kerja

a. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi

serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati cavum uteri

c. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba falopi 3. Keuntungan

a. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

b. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi CuT-280A dan tidak perlu diganti)

c. Tidak ada efek hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A) d. Tidak mempengaruhi kualitas ASI

e. Membantu mencegah kehamilan ektopik

f. Dapat digunakan sampai menoupase (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

4. Kerugian

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

b. Haid yang lebih lama dan banyak

c. Penyakit radang panggul terjadi. Seorang perempuan dengan IMS, mamakai AKDR dapat memicu infertilitas

d. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

e. Perempuan harus memeriksakan posisi benang dari waktu ke waktu, untuk melakukan ini perempuan harus bisa memasukkan jarinya ke dalam vagina. Sebagian perempuan ini tidak mau melakukannya.

b. Keadaan nulipara

c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang d. Perempuan menyusui yang ingin menggunakan kontrasepsi e. Perempuan yang resiko rendah dari IMS

6. Kontraindikasi

a. Perdarahan vagina yang tidak diketahui b. Sedang menderita infeksi alat genital

c. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri

d. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm e. Penyakit trofoblas yang ganas

7. Insersi

Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan:

a. Ekspulsi

b. Perporasi uterus 8. Kunjungan ulang

a. Satu bulan pasca pemasangan b. Tiga bulan kemudian

c. Setiap 6 bulan berikitnya d. Satu tahun sekali

Amenorea, kejang, perdarahan pervaginam yang hebat dan tidak teratur, dan benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak.

e .Medis Operatif Pria (MOP)

Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.

1. Kontra indikasi

a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies b. Infeksi traktus genetalia

c. Penyakit sistemik: penyakit-penyakit perdarahan, diabetes melitus, penyakit jantung koroner yang baru

2. Keuntungan

Efektif, aman, cepat hanyak memerlukan 5-10 menit dan pasien tidak perlu dirawat di RS, tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya, dan biaya rendah.

3. Kerugian

a. Harus dengan tindakan operatif

b. Kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi

c. Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada wasektomi masih harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani menjadi negatif

Dokumen terkait