• Tidak ada hasil yang ditemukan

23. BEBAN UMUM DAN ADMINISTRASI

Dalam dokumen PT BANK MITRANIAGA Tbk (Halaman 44-53)

31 Maret 2014 31 Maret 2013

Sewa

959 869

Asuransi 24

85

Penyusutan dan amortisasi 394

427

Jasa, infomasi dan teknologi 425

597

Barang cetakan 12

11

Renovasi 45

131

Listrik dan air 151

116

Telepon dan telex 68

64

Iklan dan promosi 102

46

Representasi dan atensi 127

93

Pemeliharaan dan perbaikan 57

49 Perjalanan dinas 20 12 Pajak-pajak 8 1 Transportasi 22 19 Administrasi 14 20 Sumbangan 0.25 0.25 Lainnya 1,176 486 Jumlah 3,604 3,027 41

24. GAJI DAN TUNJANGAN

31 Maret 2014 31 Maret 2013

Gaji 2,999 2,575

Imbalan kerja - -

Tunjangan lainnya 345 340

Kesejahteraan karyawan lainnya 108 97

Pajak penghasilan karyawan 511 382

Tunjangan hari raya 77 157

Pendidikan dan latihan - 39

Tunjangan cuti 63 127 Honorarium 136 119 Lainnya - - Jumlah 4,239 3,836

25. CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI ATAS ASET KEUANGAN

31 Maret 2014 31 Maret 2013

Efek-efek (Catatan 8) - -

Pinjaman yang diberikan (catatan 9) (748) (2,175)

Jumlah (748) (2,175)

26. LABA PER LEMBAR SAHAM DAN DILUSIAN a. Laba Per Lembar Saham - Dasar

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih pemegang saham dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada tahun yang bersangkutan.

Jumlah penuh

31 Maret 2014 31 Maret 2013

Laba Bersih

Laba bersih untuk perhitungan 476,434,578 539,266,098

Laba per lembar saham

Jumlah Saham

Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa 1.629.000.000 1.184.000.000 _________________________________

Laba Per Lembar Saham 0.29 0.34

b. Laba Per Lembar Saham - Dilusian

Dalam perhitungan laba bersih dilusian j umlah rata-rata tertimbang j umlah yang beredar disesuaikan dengan asumsi bahwa semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif dikonversi. Pada tanggal 31 Ma r et 2014 dan 31 Maret 2013:

Jumlah penuh

31 Maret 2014 31 Maret 2013

Laba Bersih

Laba bersih untuk perhitungan 476,434,578 539,266,098

Laba per lembar saham

Jumlah Saham

Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa 1.629.000.000 1.184.000.000

_________________________________

Laba Per Lembar Saham-Dilusian 0.29 0.34

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 yang diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang BMPK Bank Umum, pihak-pihak berelasi adalah perusahaan dan perorangan yang mempunyai keterkaitan kepemilikan atau kepengurusan secara langsung maupun tidak langsung dengan Bank.

Dalam kegiatan normal usahanya, Bank memiliki transaksi dengan pihak berelasi, yang dilakukan dengan syarat dan kondisi yang sama yang berlaku kepada pihak ketiga.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi berupa saldo simpanan karyawan masing-masing pada tanggal 31 Ma re t 2 0 14 dan 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut:

31 M a r e t 2 0 1 4

31 Desember 2013

Direksi dan karyawan

Kredit yang diberikan (catatan 9) 55,739 54,175

Jumlah kredit yang diberikan 55,739 54,175

Simpanan nasabah (Catatan 14):

Deposito 47,628 80,148

Tabungan 443 546

Giro 299 312

Jumlah Simpanan 48,370 81,006

28. ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN

Tabel dibawah ini adalah nilai tercatat dan nilai wajar atas aset keuangan dan liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013:

31 Maret 2014 31 Desember 2013

Aset Keuangan

Kas 6,822 8,907

Giro pada Bank Indonesia 139,139 108,593

Giro pada bank lain 108 295

Penempatan pada Bank Indonesia 232,600 206,667

dan Bank Lain 10,000 -

Efek-efek yang diperdagangkan 93,111 53,184

Pinjaman yang diberikan 587,667 613,208

Efek-efek untuk tujuan investasi 300,811 264,095

Pendapatan bunga yang masih harus diterima 10,091 6,286 Aset tetap setelah dikurangi cad kerugian 13,794 14,146

Biaya dibayar dimuka 7,732 5,049

Agunan yang diambil alih 2,025 2,049

Aset pajak tangguhan 1,816 1,815

Aset lain-lain 869 863

Jumlah Aset keuangan 1,406,585 1,285,157

Liabilitas Keuangan Liabilitas segera 5 4,586 Giro 27,444 29,306 Tabungan 45,962 55,161 Simpanan berjangka 1,148,144 1,028,792 Utang pajak 1,900 1,666 Imbalan kerja 4,432 4,732 Liabilitas lain-lain 7,007 1,150

Jumlah Liabilitas keuangan 1,234,894 1,125,393

Nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur dengan dasar sebagai berikut: Aset Keuangan

Nilai wajar atas aset keuangan jangka pendek (umumnya kurang dari satu tahun) seperti kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia, efek-efek, kredit dan bank lain, dan aset lainnya adalah sebesar nilai tercatat karena telah mendekati estimasi nilai wajarnya.

Nilai wajar atas efek-efek ditentukan dengan mengacu pada kuotasi harga pasar terakhir yang dipublikasikan pada tanggal 31 Maret 2014 dan 31 Desember 2013.

Estimasi nilai wajar kredit (umumnya kredit dengan bunga mengambang) merupakan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima yang didiskontokan pada suku bunga pasar. Kredit disajikan bersih setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.

Liabilitas Keuangan

Nilai wajar liabilitas keuangan jangka pendek (biasanya kurang dari satu tahun) seperti simpanan dari nasabah dan simpanan dari bank lain dan liabilitas lainnya adalah sebesar nilai tercatat karena telah mendekati estimasi nilai wajarnya.

Estimasi nilai wajar simpanan tanpa jatuh tempo adalah sebesar jumlah terutang ketika utang tersebut harus segera dibayar pada saat ditagih.

29. MANAJEMEN RISIKO

Bank memiliki eksposur terhadap risiko di bawah ini yang berasal dari instrumen keuangan: - Risiko kredit

- Risiko pasar - Risiko likuiditas - Risiko operasional

Catatan di bawah ini menyajikan informasi mengenai eksposur Bank terhadap setiap risiko di atas, tujuan, kebijakan dan proses yang dilakukan oleh Bank dalam mengukur dan mengelola risiko.

a. Kerangka manajemen risiko

Organisasi manajemen risiko Bank melibatkan pengawasan dari Dewan Komisaris, Direksi dan Komite Pemantau Risiko yang dibentuk untuk mendukung tugas-tugas Dewan Komisaris. Komite Pemantau Risiko tersebut menyetujui dan memonitor pelaksanaan kerangka dan kebijakan manajemen risiko Bank. Komite Pemantau Risiko tersebut mengadakan pertemuan setiap bulannya untuk menilai kinerja dari setiap portofolio kredit dan mendiskusikan masalah-masalah risiko. Dewan Komisaris mendelegasikan kuasa kepada Direktur Utama dan Direksi untuk mengimplementasikan strategi manajemen risiko.

29. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)

a. Kerangka manajemen risiko (lanjutan)

Komite Manajemen Risiko dibentuk oleh Direksi dan bertanggungjawab untuk mengelola risiko yang ada di Bank. Komite Manajemen Risiko tersebut terdiri dari anggota Direksi dan General Manajer. Komite Manajemen Risiko diketuai oleh Direktur Kepatuhan.

Kebijakan manajemen risiko Bank ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa risiko-risiko yang dihadapi Bank, untuk menetapkan batasan risiko dan pengendalian yang sesuai, serta untuk mengawasi risiko dan kepatuhan terhadap batasan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan sistem manajemen risiko ditelaah secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar, produk, dan jasa yang ditawarkan. Bank, melalui pelatihan serta standar dan prosedur pengelolaan, berusaha untuk mengembangkan lingkungan pengendalian yang taat dan konstruktif, dimana semua karyawan memahami tugas dan liabilitas mereka.

Komite Audit Bank memiliki tanggung jawab untuk memantau kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur manajemen risiko, dan untuk menelaah kecukupan kerangka manajemen risiko yang terkait dengan risiko-risiko yang dihadapi oleh Bank. Dalam menjalankan fungsinya, Komite Audit dibantu oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI). SKAI secara berkala maupun sesuai kebutuhan, menelaah pengendalian dan prosedur manajemen risiko dan melaporkan hasilnya ke Komite Audit Bank.

1. Risiko kredit

Risiko kredit adalah risiko terjadinya kerugian keuangan yang disebabkan nasabah atau counterparty gagal memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dikelola melalui penetapan kebijakan-kebijakan dan proses-proses yang meliputi kriteria pemberian kredit, pengusulan dan persetujuan kredit, penetapan harga, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah dan manajemen portofolio. Bank juga dengan ketat memantau perkembangan portofolio kredit Bank, yang memungkinkan Bank untuk melakukan tindakan pencegahan secara tepat waktu apabila terjadi penurunan kualitas kredit.

Bank terus melanjutkan untuk mengelola dan mengawasi secara aktif kualitas portofolio pinjaman yang diberikan dengan cara meningkatkan kebijakan manajemen risiko kredit secara efektif, penyempurnaan prosedur dan pengembangan system dalam upaya menjaga dampak negatif yang diakibatkan oleh kredit bermasalah.

Sistem Informasi Manajemen telah tersedia untuk memantau setiap perkembangan yang kurang baik sedini mungkin sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan secara tepat waktu atas penurunan kualitas kredit atau untuk meminimalisasi kerugian kredit.

29. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan)

a. Kerangka manajemen risiko (lanjutan) 1. Risiko kredit (lanjutan)

Bank secara aktif terlibat dalam persiapan penerapan Basel II sesuai dengan panduan dari Bank Sentral. i. Eksposur maksimum terhadap risiko kredit

Untuk aset keuangan yang diakui di laporan posisi keuangan, eksposur maksimum terhadap risiko kredit sama dengan nilai tercatatnya. Untuk liabilitas kontinjensi, eksposur maksimum terhadap risiko kredit adalah nilai maksimum yang harus Bank bayarkan dalam hal timbul liabilitas atas instrumen yang diterbitkan.

Untuk komitmen kredit, eksposur maksimum terhadap risiko kredit adalah sebesar jumlah fasilitas yang belum ditarik dari nilai penuh fasilitas kredit yang telah disepakati (committed) kepada nasabah

ii. Analisis risiko konsentrasi kredit

Risiko konsentrasi kredit timbul ketika sejumlah pelanggan bergerak dalam aktivitas usaha yang sejenis atau memiliki kegiatan usaha dalam wilayah geografis yang sama, atau memiliki karakteristik yang sejenis yang dapat menyebabkan kemampuan nasabah untuk memenuhi liabilitas kontraktualnya sama-sama dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi ataupun kondisi lainnya.

Bank mendorong adanya diversifikasi dari portofolio kreditnya pada berbagai, industri, dan produk kredit sebagai upaya untuk meminimalisasi risiko kredit. Penambahan diversifikasi ini berdasarkan rencana strategi Bank, sektor target, kondisi ekonomi saat ini kebijakan pemerintah, sumber pendanaan, dan proyeksi pertumbuhan. Konsentrasi kredit yang diberikan berdasarkan sektor ekonomi.

2. Risiko pasar

Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan faktor pasar dan portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan Bank. Yang dimaksud dengan faktor pasar adalah suku bunga.

Risiko pasar terdapat pada aktivitas fungsional Bank dan kegiatan tresuri. Aktivitas ini mencakup penempatan posisi dalam bentuk surat berharga maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis lainnya), dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan perdagangan.

Tujuan dari manajemen risiko pasar adalah untuk mengelola dan melakukan kontrol atas eksposur risiko pasar dalam parameter yang dapat diterima, serta memaksimalkan tingkat pengembalian atas risiko.

Risiko pasar dikelola melalui kebijakan yang komprehensif dan kerangka limit untuk mengukur dan memonitor nilai risiko berdasarkan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite) oleh Bank. Limit dari risiko pasar ditetapkan pada tingkat bank-wide dan dilaporkan serta dipantau oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR)

Assets and Liability Committee (ALCO) berperan sebagai forum manajemen untuk mengambil keputusan atas

kebijakan yang berkaitan dengan manajemen risiko pasar dan likuiditas.

29. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 2. Risiko pasar (lanjutan)

Risiko tingkat suku bunga

Risiko suku bunga adalah potensi kerugian yang timbul akibat pergerakan suku bunga di pasar yangberlawanan dengan posisi atau transaksi Bank yang mengandung risiko suku bunga.

Bank mengelola risiko suku bunga dengan menggunakan pendekatan analisa gap repricing, simulasi dengan skenario perubahan suku bunga (naik/turun). Untuk meningkatkan pengelolaan risiko tingkat bunga,

Limit risiko pasar ditetapkan dengan mengacu pada pengukuran ini untuk pengelolaan eksposur suku bunga.

3. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh ketidak mampuan Bank dalam memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo dan menutup posisi di pasar. Risiko likuiditas merupakan risiko yang terpenting pada bank umum dan perlu dikelola secara berkesinambungan.

ALCO berperan sebagai forum manajemen untuk memonitor situasi likuiditas Bank. ALCO bertanggungjawab untuk menentukan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan aset dan liabilitas Bank sejalan dengan prinsip kehati-hatian manajemen risiko dan peraturan yang berlaku. ALCO menyetujui kerangka limit, mempertimbangkan struktur laporan posisi keuangan jangka panjang dari Bank.

Bank mengelola risiko likuiditas melalui analisis perbedaan jatuh tempo likuiditas dan rasio-rasio likuiditas. Risiko likuiditas diukur dan dipantau secara harian berdasarkan kerangka kerja limit risiko likuiditas. Kerangka kerja digunakan untuk mengelola situasi likuiditas Bank pada kondisi normal dan kejadian kondisi stress. Rencana pendanaan darurat likuiditas telah disusun untuk mempersiapkan Bank jika terjadi krisis likuiditas.

Eksposur terhadap risiko likuiditas

Analisis kesenjangan likuiditas untuk memberikan pandangan terhadap ketidaksesuaian arus kas masuk terkait dengan arus kas keluar di setiap saat. Kondisi ini dikelola secara terpusat oleh Tresuri yang mempunyai akses dan otorisasi secara langsung ke interbank, dan nasabah besar dalam upaya membantu aktivitas bisnis Bank di pengumpulan dana dan pemberian kredit.

Salah satu rasio likuiditas adalah rasio dari aset likuid bersih terhadap liabilitas 1 bulan. Untuk tujuan ini, asset yang bersifat likuid termasuk kas dan setara kas dan efek-efek berperingkat investasi, yang diperdagangkan secara aktif dan likuid di pasar dikurangi dengan simpanan dari bank dan komitmen yang jatuh tempo dalam satu bulan mendatang.

4. Risiko operasional

Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh kurang memadainya atau kegagalan dari proses internal, faktor manusia dan sistem atau dari kejadian-kejadian eksternal. Risiko ini melekat dalam semua proses bisnis, kegiatan operasional, sistem dan produk Bank, dari mulai Kantor Pusat sampai kantor kas.

Kegagalan mengelola risiko operasional dapat menyebabkan kerugian financial, keselamatan karyawan dan reputasi Bank.

Komponen utama dari Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko Operasional yang dijalankan secara berkesinambungan antara lain:

a) Akuntabilitas yang jelas

Semua pihak di Bank menjalankan penugasan terkait dengan perannya masing-masing dalam pengelolaan risiko operasional.

Direksi seperti halnya Dewan Komisaris bertanggung-jawab untuk mengawasi efektivitas dari kerangka kerja pengelolaan risiko operasional secara menyeluruh serta pelaksanaannya.

Unit bisnis dan fungsi support sebagai pemilik dari proses pengelolaan risiko dan fungsi Pengendalian Internal yang ada pada setiap Risk Taking Unit (RTU) berperan sebagai lini pertahanan lapis pertama dalam penegakan pengelolaan risiko operasional sehari-hari. Mereka bertanggungjawab dalam mengidentifikasi, mengelola, memitigasi dan melaporkan Risiko Operasional.

Satuan Kerja Manajemen Risiko (“SKMR”) bersama-sama dengan Divisi Kepatuhan dan Hukum berperan sebagai pertahanan lapis kedua.

SKMR berfungsi dalam perancangan, pendefinisian, pengembangan dan pemeliharaan kerangka kerja risiko operasional secara keseluruhan, memantau penerapan kerangka kerja oleh RTU, memastikan kecukupan kontrol atas kebijakan dan prosedur, sertaa berperan sebagai koordinator/fasilitator atas aktivitas pengelolaan risiko operasional yang efektif.

Sedangkan Satuan Kerja Audit Internal secara independen berperan sebagai pertahanan lapis ketiga.

Bank juga melakukan penerapan yang ketat atas prinsip “empat mata” (pemisahan tugas dan dual control) untuk semua proses terutama proses yang beresiko.

b) Pengelolaan risiko operasional

Pelaksanaan kerangka kerja SKMR di Bank dilakukan dalam siklus SKMR yang terpadu dan terdiri dari proses identifikasi, penilaian/pengukuran, pemantauan serta pengendalian/mitigasi risiko.

c) Perhitungan Beban Modal Risiko Operasional

Bank telah melakukan perhitungan beban modal untuk risiko operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar sejak Januari 2010, sesuai dengan jadwal Bank Indonesia.

.

4. Risiko operasional (lanjutan)

d) Business Continuity Plan

Dengan tujuan untuk mengantisipasi risiko operasional yang mungkin terjadi dari kondisi krisis karena bencana (dari bencana alam seperti banjir, gempa bumi atau kebakaran dan juga yang lainnya seperti gangguan sistem, listrik mati), hingga kondisi bisnis yang tidak menunjang, Bank telah menerapkan Business

Continuity Plan (BCP) yang komprehensif guna memastikan kelangsungan layanan konsumen.

e) Asuransi

Penerapan asuransi yang terkoordinasi secara komprehensif dan merupakan salah satu mitigasi utama dari risiko operasional meyakinkan tercapainya cakupan polis asuransi yang optimum terhadap pemaparan risiko. Polis asuransi aset dan finansial Bank secara komprehensif terdiri dari Asuransi uang tunai dan Asuransi asset.

f) Pengendalian Intern

Bank memberikan pula penekanan kepada pentingnya kontrol preventif dan mekanisme pendeteksian dini atas pemaparan risiko operasional melalui sistem pengendalian internal dari setiap Lini Bisnis.

30. INFORMASI SEGMEN

Informasi segmen Bank dikelompokkan per segmen usaha/sektor dan dikelompokkan berdasarkan segmen geografis. TABEL Kredit Per sektor ekonomi

a. Kredit Per Sektor Ekonomi Per 31 Maret 2014

Rincian Sektor Ekonomi Plafond Baki debet

Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe Diatas 70 2,111,553,008 2,111,553,008 Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe Diatas 70 1,313,227,190 1,313,227,190

Rumah Tangga untuk Pemilikan Mobil Roda Empat 2,273,785,595 2,273,785,595

Rumah Tangga untuk Pemilikan Sepeda Bermotor 56,983,359 56,983,359

Rumah Tangga untuk Keperluan Multiguna 3,127,249,018 3,127,249,018

Rumah Tangga untuk Keperluan yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain 789,995,418 789,995,418

Bukan Lapangan Usaha Lainnya 131,729,526 131,729,526

Perkebunan Kelapa Sawit 4,000,000,000 4,000,000,000

Industri Susu dan Makanan dari Susu 493,663,893 493,663,893

lndustri Makanan yang Tidak Diklasifikasi- kan di Tempat Lain 1,051,058,958 904,851,113

Industri Minuman 97,626,911 97,626,911

Industri Perajutan Industri Perajutan 1,750,000,000 1,750,000,000

a. Kredit Per Sektor Ekonomi Per 31 Maret 2014 (lanjutan)

Dalam dokumen PT BANK MITRANIAGA Tbk (Halaman 44-53)

Dokumen terkait