• Tidak ada hasil yang ditemukan

Embung Telaga Tunjung

Embung, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan bendungan yang ukuranya lebih kecil, telah ada di Desa Telaga Tunjung. Ini berada di Keperbekelan Timpag. Dalam konteks ekonomis, ia dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan keuntungan. Pada bidang pertanian, bendungan ini sudah jelas mampu dimanfaatkan sebagai sumber air untuk mengairi lahan pertanian yang ada di wilayah Timpag dan Kecamatan Kerambilan di bagian utara. Akan tetapi, bendungan juga dapat dimanfaatkan untuk menarik pariwisata air, seperti wisata mancing alami serta rekreasi. Bendungan yang luas ini sesungguhnya santat bagus dipakai untuk sarana mancing. Beberapa dekade yang lalu, pemerintah Provinsi Bali pernah menaburkan bibit ikan di Danau Batur yang kemudian dimanfaatkan masyarakat, bukan saja sebagai sarana pariwisata tetapi juga sebagai tempat mata pencaharian. Hal yang sama seharusnya juga dapat dilakukan di Embung Telaga Tunjung ini. Keuntungan yang dapat diraih adalah bahwa dengan lokasi yang lebih kecil dibandingkan dengan Danau Batur, masyarakat lebih mudah untuk melakukan aktivitas macing. Dalam arti secara teoritis, mendapatkan ikannya lebih mudah dibanding dengan apa yang dilakukan di Danau Batur. Pemerintah Kabupaten Tabanan tidak melakukan hal itu untuk memetik keuntungan dari keberadaan Embung Telaga Tunjung. Padahal, masyarakat Tabanan, terutama di desa-desa, sangat rajin melakukan lomba mancing di berbegai desa, dengan memakai kolam-kolam yang kecil dan dimiliki oleh perkumpulan. Atau juga dilaksanakan di selokan-selokan kecil. Jadi, secara sosial, potensi untuk melakukan lomba sebagai sebuah atraksi wisata di Emung Telaga Tunjung, sangat dimungkinkan dalam bentuk lomba mancing.

Kalaupun kemudian tidak ada perhatian terhadap hal itu oleh pemerintah Kabupaten Tabanan, seharusnya hal ini dapat dilakukan oleh pemerintahan desa yang ada di wilayah tersebut, atau oleh bendesa pakraman yang ada di wilayah itu. Dalam hal ini, bukan berarti lomba yang sifatnya mendadak. Dengan luas mencapai 10 hektar tersebut terlalu luas dipakai sebagai sebagai arena lomba mincing secara mendadak. Akan tetapi dalam dilakukan sebagai arena mincing secara regular. Pengelola, yang dalam hal ini bisa oleh kebendesaan atau desa pakraman, dapat menggelar acara mancing itu di setiap waktu dan di setiap saat. Hanya saja

pengelola harus siap dan menjamin adanya ikan di dalam kolam besar tersebut, dengan cara memasok ikan. Jadi, setiap hari anggota masyarakat dapat menggunakan tempat ini sebagai arena mancing dan arena rekreasi. Sudah tentu yang kemudian menjadi pemasukan adalah pungutan yang ditimpakan kepada mereka yang ingin memancing di lokasi tersebut.

Pengeloaan ini dapat dilakukan oleh pihak swasta, lembaga atau secara mandiri oleh desa pakraman atau keperbekelan. Pengelolaan oleh pihak swasta akan memberikan kesempatan bagi pengusaha untuk mengembangkan keterampilannya di bidang manajemen. Akan tetapi juga mampu memberikan solusi terhadap desa pakraman atau desa dinas yang tidak mempunyai keahlian di bidang itu untuk melakukan pengelolaan. Desa Pakraman atau desa dinas harus terampil dalam membuat perjanjian dengan pihak yang akan diajak bekerja sama. Dalam hal ini, pemerintah daerah tingkat II Tabanan seharusnya memberikan kesempatan kepada pihak desa pakraman atau desa dinas untuk melakukan hal ini demi memaksimalkan kesempatan yang ada.

Pengelolaan yang dilakukan oleh lembaga atau korporasi atau kelompok orang juga dapat dilakukan. Dengan pengelolaan oleh kelompok ini, keterampilan yang ada pada masing-masing orang akan menyatu sehingga secara manajemen lebih baik. Kelemahannya adalah terletak pada menyatukan keterampilan tersebut agar dapat menjadikan manajamen yang hebat. Masing- masing pihak yang mempunyai keterampilan biasanya mengeluarkan egonya masing-masing sehingga kelompok sukar bertahan lama.

Paling menguntungkan sesungguhnya dilakukan oleh desa pakraman atau desa dinas. Manfaat paling besar akan mengaktifkan potensi-potensi terampil yang ada di desa pakraman dan di desa dinas tersebut. Ini memberikan manfaat pada beberapa hal. Secara ekonomis, pengelolaan yang dilakukan desa pakraman atau desa dinas, memberikan keuntungan material kepada desa tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan desa bersangkutan, baik desa pakraman atau desa dinas. Selanjutnya akan merangsang lahirnya tenaga-tenaga professional di desa sehingga tidak harus pergi ke luar desa mencari pekerjaan. Desa mempunyai otonomi dan pengetahuan untuk mengelola aset miliknya sendiri.

Dalam hal wisata air, Embung Telaga Tunjung tidak hanya dilakukan dengan memanfaatkan embung tersebut sebagai sarana mancing. Rekreasi air seperti menghadirkan perahu untuk rekreasi bagi anak-anak atau anak-anak muda juga dapat dilakukan sebagai alternatif yang lain. Di masa lalu, masyarakat Bali, terutama di desa-desa sudah akrab dengan hal seperti ini, apalagi di Kecamatan Kerambitan. Paling tidak ada dua tempat yang pernah populer

pada dekade tujuhpuluhan sebagai tempat rekreasi jukung yang laris dimanfaatkan oleh anak- anak, yaitu di Banjar Mandung dan Banjar Selingsing pada Empelan Gubug. Wisata mejukungan pada Hari Raya Ngembak Geni atau Galungan dan Kuningan di masa lalu merupakan pilihan lain di luar menonton bioskop yang ada di kota Tabanan. Saat ini untuk membuat jukung, banyak pilihan yang dapat dilakukan, yaitu memakai jukung tradisionil yang terbuat dari kayu atau membeli yang sudah modern, seperti yang terbuat dari plastik. Wisata seperti ini akan menarik bagi anak-anak, remaja atau muda-mudi. Dengan luas yang lebih dari lima hektar dari embung tersebut, sangat memungkinkan mengembangkan wisata rekreasi ini karena manufer yang dilakukan jukung dapat dilakukan secara lebih luas. Dengan latar belakang tradisi yang sudah ada sebelumnya pada rekreasi jukung, maka menggalakkan rekreasi ini di embung tersebut secara manajemen cukup dengan membangkitkan nostalgia masa lalu. Anak-anak muda sekarang mempunyai orang tua yang mengalami masa-masa rekreasi jukung tradisionil tersebut. Maka cerita dan pengalaman masa lalu, akan dapat memantik rekreasi seperti ini sekarang.

Olahraga air yang mungkin digelar di Embung Telaga Tunjung adalah kayak termasuk juga penggelaran lomba kayak. Kayak tidak hanya dapat dilakukan di laut seperti yang dilakukan di daerah pariwisata Sanur tetapi juga dapat dilakukan di Embung Telaga Tunjung yang cukup luas areal bagi olahraga ini. Lomba-lomba yang dilakukan setiap minggu dapat juga digelar oleh pengelola, baik desa pakraman maupun desa dinas.

Sekeliling embung ini luas, dengan dikitari oleh pohon-pohon hijau yang masih sangat subur. Embung ini berada masuk ke pedesaan sekitar 20 menit dari jalur utama Denpasar- Gilimanuk dengan kondisi jalan aspal yang bagus. Dengan begitu tidak terlalu susah untuk dijangkau. Dikelilingi oleh tebing alami yang tinggi di kiri-kanan embung, maka lokasi ini potensial untuk membuat sarana pendukung rekreasi. Masyarakat dapat membuka warung tradisionil sebagai lokasi penjualan makanan ringan. Bahkan juga dapat dimanfaatkan dengan membuka lapangan futsal karena hawanya sejuk, bahkan di siang hari. Daerah pinggiran dari Emung Telaga Tunjung juga dapat dibesihkan, dibentuk taman dengan diteduhi oleh pohon- pohon rindang yang alami. Lingkungan ini juga dapat memberikan pemandangan yang jauh lebih luas, lebih alami dan memikat dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh hotel-hotel berbintang, baik yang ada di daerah Nusa Dua, Jimbaran maupun tempat lain di Bali.

Kecamatan Kerambitan boleh dikatakan mempunyai lokasi yang menguntungkan apabila dilihat dari alur jalan yang dimiliki. Sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan ini dilalui oleh jalan poros Bali-Jawa, yaitu jalan Denpasar-Gilimanuk. Kecamatan ini juga dihubungkan oleh jalan aspal menuju Kota Tabanan. Pembangunan dan perencanaan sosial akan lebih mudah dilakukan apabila mempunyai jalan raya yang lebih bagus. Pertama karena dengan transportasi yang lebih baik, dapat diperkirakan alur angkutan kebutuhan masyarakat lebih terjamin sampainya di tempat tujuan. Kedua, segala hasil barang dan jasa yang hidup di wilayah tersebut, akan dijamin tercapai tujuannya dan waktu sampainya. Ketiga, lalu-lintas pergerakan masyarakat dari satu wilayah ke wilayah lainnya relatif tidak mengalami hambatan sehingga kontak sosial juga akan berlangsung dengan lebih baik. Keempat, dengan kontak sosial yang berlangsung lebih baik, maka berbagai kebutuhan masyarakat akan dapat dipenuhi. Akan lebih baik lagi apabila dengan kondisi sarana transportasi yang baik tersebut, masyarakat juga mampu melakukan aktivitasnya secara lebih baik dengan dukungan alat komunikasi yang modern. Saat ini berbagai pilihan alat komunikasi modern sudah tersedia di pasaran.

Di Kecamatan Kerambilan, Desa Pakraman Penyalin, Samsam I dan II, Lumajang, Mandung, Sembung Meranggi, Sembung Gede, Meliling merupakan desa-desa yang dilalui dan dibelah oleh Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk. Desa dinas yang dilalui oleh jalan tersebut adalah Desa Dinas Samsam, Sembung Gede dan Timpag. Melihat kondisi demikian, seharusnya baik desa pakraman maupun desa dinas yang ada berpotensi besar untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Desa-desa lain di kecamatan Kerambitan telah dihubungkan oleh jalan yang telah diaspal dengan baik.

Berbagai kreatifitas untuk memanfaatkan potensi sumber daya dapat dilakukan oleh desa pakraman dan desa dinas untuk meningkatkan kapasitas pendapatannya. Secara ekonomi pembukaan toko, warung dan berbagai jasa lainnya dibutuhkan oleh masyarakat, dan terutama oleh mereka yang lewat di jalan raya. Lalu lintas Denpasar-Gilimanuk dipenuhi oleh berbagai kendaraan, mulai dari sepeda motor yang paling kecil sampai dengan mobil yang mempunyai roda lebih dari 20. Dalam konteks jalan seperti yang disebutkan diatas, kemanfaatannya oleh berbagai jenis jasa sudah dilakukan oleh masyarakat.

Kelemahan-kelemahan yang terlihat adalah bahwa, jasa-jasa yang dibuat oleh masyarakat desa pakraman dan desa dinas itu, masih terlihat monoton, ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. Sebagai contoh, saat ini sangat terkenal

warung nasi be guling. Sebagai bentuk dari aktivitas jasa ini, sepanjang jalan Denpasar- Gilimanuk di Kecamatan Kerambitan ada sekian banyak warung nasi be guling (babi gulung) di pinggir-pinggir jalan. Sampai saat ini memang warung tersebut kelihatan masih laris. Akan tetapi, mendirikan warung demikian berjejer di satu sisi jalan belum tentu memberikan keuntungan maksimal di masa mendatang. Persaingan akan semakin ketat dan semakin banyak yang membuat daya jual semakin sedikit dan akibatnya, keuntungan juga akan semakin kecil. Pada akhirnya semangat untuk berusaha juga akan semakin menipis. Keseragaman ini masih dapat dilihat pada obyek jualan pada warung-warung yang lain, entah mereka yang berjualan kelontong atau berjualan minuman.

Kelemahan lain yang terlihat terutama di jalur poros Denpasar-Gilimanuk adalah kurang pahamnya anggota masyarakat tentang manajemen warung. Bagi mereka yang mempunyai warung atau tempat usaha yang lebih besar, sangat kurang memperhatikan lokasi parkir. Mereka membangun warung dengan memanfaatkan lahan secara penuh sehingga lahan parkir menjadi kurang. Di tengah kecenderungan masyarakat memakai kendaraan bermotor, tempat parkir merupakan hal paling wajib dalam satu warung. Parkir yang luas merupakan daya tarik pertama bagi setiap pelanggan dan pembeli. Akan tetapi, sebagian dari warung-warung yang ada di sepanjang jalan itu, masih belum memperhatikan hal ini. Fenomena demikian merupakan ciri khas dari warung tradisional Bali masa lalu. Ini bisa dipahami karena di masa lalu masyarakat lebih banyak berjalan kaki untuk berbelanja

Boleh dikatakan sepanjang jalan Denpasar-Gilimanuk, sudah semua dimanfaatkan dengan berbagai jasa yang ada. Berbagai jenis jasa yang kelihatan adalah warung, toko, perbankan, bengkel, kontrakan, perkantoran, jasa foto copy, tukang cukur, salon, pencucian kendaraan sampai dengan penginapan. Ini menandakan bahwa pemanfaatan tersebut sudah optimal di masyarakat yang ada di pnggir jalan tersebut. Yang masih belum maksimal dilakukan adalah sikap profesional mereka dalam melakukan pengelolaan. Kalau tadi disebutkan tentang sarana parkir yang masih belum menunjang, hal lain yang tidak terlihat adalah soal ruangan dan kebersihan. Terutama bagi warung-warung yang tradisional, ruangannya masih penuh dijejali dengan berbagai barang yang dijual. Akibatnya meja yang seharusnya dapat dipakai untuk duduk menikmati makanan, misalnya rujak, sesak dan tidak memberikan kenyamanan untuk menikmati suguhan. Ini juga terjadi pada hal-hal lainnya, misalnya bengkel yang tidak menyediakan kursi bagi pelanggan yang datang. Termasuk juga jasa foto copy yang tidak

memberikan ruang untuk duduk bagi pelanggan. Etika profesional hanya kelihatan pada kantor- kantor yang bergerak pada bidang jasa, misalnya perbankan yang memang menyediakan kursi bagi pelanggan dan pengguna jasa. Bagaimanapun, pelanggan akan merasa lebih nyaman datang apabila kebutuhan primer fisiknya dipenuhi. Kebutuhan primer fisik ini diantaranya adalah tempat duduk tadi. Kekurangan professional tersebut semakin terlihat apabila dilihat warung atau jasa yang dibuka di jalan arteri dan bertambah lagi apabila memasuki wilayah pelosok.

Kebersihan dan penataan tempat berjualan juga kurang terlihat. Terutama di daerah- daerah yang ada di pedesaan debu yang melekat pada barang-barang jualan masih menempel. Ini merupakan bagian dari kebiasaan masa lalu yang masih belum dapat diperbaiki sampai sekarang. Dalam arti kebiasaan tersebut masih melekat. Padahal, kesadaran soal kebersihan sudah semakin sering dimunculkan di media massa. Disamping debu yang melekat pada barang- barang, ornamen dari warung juga kelihatan masih kurang bersih.

Sarjana dari Berbagai Disiplin Ilmu

Kecamatan Kerambitan dikenal mempunyai warga yang berpendidikan tinggi. Disamping itu juga mempunyai semangat tinggi dalam berbagai bidang. Sebagai bagian dari Kabupaten Tabanan, Kecamatan Kerambitan merupakan salah satu penghasil beras dan padi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada keluarga. Di luar itu, yang patut juga dipertimbangkan adalah semangat dan fanatisme terhadap daerah. Pada bidang olahraga sepakbola misalnya, di masa lalu Kerambitan kerap menjadi juara se kabupaten Tabanan, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai kompetisi dewasa.

Di masa pendidikan bertambah maju, terutama dengan semakin terdidiknya mayarakat ke perguruan tinggi, banyak sarjana juga berada di Kecamatan Kerambitan. Di desa Pakraman Penyalin misalnya, jumlah sarjananya cukup signifikan. Akan tetapi, sarjana yang mampu memanfaatkan alam desa pakraman untuk maju sangat sedikit. Yang paling cocok dikembangkan di desa pakraman ini adalah sektor pertanian,, petkebunan dan persawahan. Tetapi sarjana pertanian hanya satu dan kemudian telah merantau ke Pulau Jawa.

Sarjana merupakan produk perguruan tinggi yang secara formal diakui memiliki kemampuan untuk menganalisa masalah tertentu. Kemampuan menganalisis ini merupakan kelebihannya apabila dibandingkan dengan tamatan akademi atau diploma. Tamatan diploma dibekali oleh keterampilan mengolah atau membentuk suatu produk. Sedangkan sarjana

mempunyai kelebihan menganalisis. Obyek yang dianalisis itu bisa berupa produk, dimana produk ini dihasilkan oleh sebuah keterampilan. Melalui analisislah kekurangan atau kelebihan produk itu diketahui. Seorang yang mampu menghasilkan produk kue misalnya, akan dianalisis oleh seorang sarjana ekonimi tentang pemasarannya, tentang bahan asalnya oleh sarjana kimia atau potensi kebusukannya. Maka, seorang sarjana akan mampu membekali diri dan menambah keterampilan, melalui kursus atau belajar secara mandiri untuk menghasilkan keterampilan. Seorang sarjana ekonomi tidak akan salah apabila menambah wawasannya dengan terampil membikin kue. Seorang sarjana teknik menambah keterampilannya dengan membikin produk sepeda elektrik. Atau seorang sarjana pertanian tidak keliru juga apabila menggabungkan keahliannya pada bidang manajemen.

Dalam hal ini, harus diakui bahwa sarjana yang banyak bertebaran di pedesaan dan menjadi aset desa pakraman maupun desa dinas itu, kurang mampu menggerakkan dirinya untuk menambah keterampilan produksi atau keterampilan lainnya sehingga keahlian yang dimiliki tidak dapat digunakan secara maksimal. Akibatnya, mereka banyak menganggur atau datang menjadi kaum urban di perkotaan dan banyak bekerja di sektor pariwisata di Denpasar atau Badung. Waktu yang terbuang percuma untuk menempuh jarak yang lebih dari 70 kilometer tersebut tidak dipikirkan secara matang sehingga terbuang percuma, disamping juga tidak baik untuk kesehatan pribadi.

Suara-suara kritis tentang desa pakraman, yang kebanyakan bernuansa negatif, dapat dikatakan sesungguhnya mempunyai hubungan dengan tidak dimanfaatkannya secara maksimal potensi sarjana terhadap perkembangan dan pembaruan desa pakraman. Setidaknya secara tekstual, desa pakraman itu mempunyai keterkaitan sangat kuat dengan sarjana hukum, terutama dari kosentrasi hukum adat. Ini dikarenakan hukum adat itu merupakan pemikir dan otak dari keberadaan desa pakraman tersebut. Sarjana hukum adat dididik untuk berfikir dan menganalisis tentang sejarah adat, perkembangannya serta arah pembaruannya di masa depan. Ketika desa pakraman berhadapan langsung dengan modernisasi, para sarjana yang mempunyai spesialisasi hukum adat lah yang akan dapat mengembangkan dan memperbaiki hal seperti itu. Sekarang jarang ada sarjana hukum adat yang memegang desa pakraman. Para sarjana ini tidak saja mempunyai kemampuan untuk menganalisis sejarah dari hukum adat tersebut, tetapi juga secara jelas mengkaji norma-norma yang sudah tidak sepatutnya dipertahankan serta memperbarui kebiasaan yang ada berdasarkan perbandingan yang ada.

Sebagai seorang yang belajar hukum, mereka akan mengetahui bagaimana norma-norma yang mestinya berlaku di masyarakat dan bagaimana pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Sebagai pembelajar adat, para sarjana ini tidak hanya mengetahui perkembangan hukum dan norma-noma adat yang ada di daerahnya sendiri. Akan tetapi juga dari daerah-daerah lain di Indonesia. Sebagai negara yang mempunyai banyak suku bangsa, maka tersedia demikian banyak kebiasaan adat yang berlaku di berbagai wilayah Indonesia. Banyaknya kebiasaan inilah yang sesungguhnya dapat dipakai sebagai perbandingan untuk memperbaiki segala kebiasaan yang berlaku di desa pakraman di Bali. Ini sangat penting dilakukan di tengah perkembangan jaman dan modernisasi yang demikian ketat di Bali.

Sarjana lain yang juga mempunyai keterkaitan dengan perkembangan desa pakraman di Bali adalah sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dengan berbagai aspek yang ada. Setiap aspek perkembangan masyarakat akan dipelajari dalam ilmu ini. Desa pakraman tidak lain merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki perkembangan kompleks di Bali. Secara sederhana, desa pakraman ini merupakan lembaga yang hampir mirip dengan negara. Di samping mempunyai wilayah dengan penduduknya, juga mempunyai aturan hukum, pemerintahan dengan berbagai strukturnya, kekuatan ekonomi sampai dengan memiliki penjaga keamanan. Termasuk juga perbatasan. Dengan keberadaan seperti itu, segala aspek perkembangan sosial terjadi di dalam desa pakraman. Secara mendasar, desa ini boleh dikatakan sebagai komunitas yang mempunyai tugas menjalankan keagamaannya dan komunitas tersebut berjalan berdasarkan pada keagamaan Hindu. Karena itulah, hubungan sosial, persaudaraan, gotong-royong, subordinasi, kekuasaan, pengaruh, konflik dan sebagainya ada di dalam lingkungan desa pakraman dengan segala aspek-aspeknya. Masing-masing desa pakraman di Bali mempunyai banyak ragam gaya sesuai dengan budaya mereka di lingkungan tersebut. Sosiologi mempelajari setiap aspek dari kehidupan sosial, termasuk perubahan sosial yang akan terjadi beserta bagaimana cara mengantisipasinya. Karena itu, sarjana sosiologi sangat diperlukan untuk mengembangkan desa pakraman.

Sarjana Antropologi juga sangat diperlukan. Antropologi merupakan ilmu yang mengalir seperti air. Ilmu ini mempelajari kebudayaan dan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Disebutkan juga apabila antropologi tersebut mempelajari suku bangsa. Akan tetapi, apabila dilihat secara lebih dalam, misalnya dengan ciri khas dan kebiasaan yang berlaku di desa bersangkutan, desa pakraman sesungguhnya merupakan kelompok masyarakat yang

malah mirip dengan suku. Di Bali, desa pakraman tersebut mempunyai kebiasaan yang berbeda- beda dalam penerapan ritual agama. Dan karena itu juga mempunyai kebiasaan yang berebeda dalam menerapkan praktik kehidupan mereka. Sebanyak 1500 lebih ada desa pakraman di Bali, yang tidak semuanya mempunyai praktik yang sama antara satu sama lain. Dengan kondisi seperti itulah sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang pantas untuk dilibatkan dalam proses pengembangan desa pakraman ini. Artinya baik para sarjana antropologi maupun desa pakraman tidak saling menjaga jarak, melainkan saling meleburkan diri satu sama lain untuk mengembangkan desa pakraman.

Sarjana Sastra Bali dan Jawa Kuno diperlukan untuk memberikan pemahaman- pemahaman terhadap tafsir sastra yang dipakai sebagai dasar menjalankan ritual agama Hindu. Agama Hindu di Bali dijalankan atas dasar sastra baik yang berasal dari bahasa sansekerta maupun dari bahasa Jawa Kuno (Kawi). Dalam hal sastra yang telah diterjemahkan, seperti misalnya Bhagavat Gita, yang dipandang sebagai Weda Kelima masyarakat memandang arti dari bait-bait syair yang ada di dalam buku suci tersebut telah diketahui. Akan tetapi, pemaknaan dari bait syair itu belum tentu diketahui secara matang. Ini disebabkan karena setiap bait syair itu dapat ditafsirkan menjadi beragam makna. Untuk memahami pemaknaan yang lebih luas itulah

Dokumen terkait