• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEKAL MENUJU PROFESIONAL

25 vol. 6 no. 1 | JAN - FEB 2021

ejahteraan seperti honor juga berbeda, termasuk dengan mekanisme kenaikan pangkat. Selagi mampu mengumpulkan angka kredit secara cepat, ke-naikan jabatan fungsional dapat lebih cepat pula.

Secara teknis, Sugeng men-yarankan, agar mempermudah kegiatan sosialisasi dan pem-bekalan, masing-masing kom-ponen perlu mendata seluruh jenis jabatan fungsional ter-dampak penyetaraan. Dari pendataan ini, kemudian dike-lompokan per jenis jabatan fungsional, sehingga pembeka-lan bisa berjapembeka-lan lebih mudah dan menyeluruh. Jenis jabatan fungsional yang jumlahnya tak banyak bisa dikoordinasikan dengan instansi pembina ja-batan terkait. Harapannya, in-stansi pembina dapat meng-gabungkan pembekalan jenis fungsional serupa dengan yang ada di kementerian atau lemba-ga lainnya.

Di sisi lain, dengan adan-ya penyetaraan ini komposisi pegawai

Ke-mendagri n y a r i s

banyak berubah, terutama jumlah pejabat fungsional dan jenisnya. Komposisi ini mem-buat Kemendagri perlu melaku-kan penyesuaian, satu di antara-nya terkait dengan dukungan terhadap kegiatan jabatan fung-sional. Sugeng mengatakan, masing-masing komponen per-lu menyediakan anggaran untuk meningkatkan kualitas pejabat fungsional. Sebab, pegawai yang disetarakan menjadi pejabat fungsional akan menjadi profe-sional, bila dilengkapi seperang-kat pengetahuan.

Sugeng mengingatkan, jangan sampai penyetaraan ini han-ya bermodal Surat Keputusan, tetapi tidak didukung seperang-kat kegiatan, seperti pendidikan dan pelatihan, sosialiasi, serta kegiatan penunjang lainnya. “Sementara ini di tengah perlu adanya refocusing anggaran un-tuk Covid-19, perlu juga angga-ran untuk peningkatan kualitas bagi pejabat fungsional di mas-ing-masing komponen,” pesan-nya.

Terkait dengan pentingnya pemberian pemahaman kepa-da pegawai terkepa-dampak, juga

disampaikan oleh Kepala Bagian Perencanaan Badan Litbang Ke-mendagri Mohammad Noval. Ia menyoroti soal kegiatan pe-mahaman yang perlu dilakukan oleh Badan Litbang. Menurutn-ya, pemahaman itu bisa dilaku-kan dengan menggelar kegiatan sosialisasi. Kegiatan itu, kata Noval, mestinya dilakukan oleh Biro Kepegawaian. Namun, bila tak ada, Badan Litbang per-lu mengambil inisiatif dengan menggandeng instansi pembina jabatan fungsional.

Sosialisasi bisa memuat sepu-tar strategi pemeliharaan ang-ka kredit, keuntungan menjadi jabatan fungsional, dan materi lainnya. “Selain teman-teman juga mencari informasi sendiri,” kata Noval, Senin (18/1/2021). Selain sosialisasi, Noval men-yarankan agar dibentuk koor-dinator masing-masing jenis jabatan fungsional. Koordinator berperan menjembatani kepent-ingan di antara masing-masing jenis jabatan fungsional.

Dengan jumlah pejabat fung-sional yang bertambah dan beragam, Badan Litbang per-lu melakukan penyesuaian.

Noval mengatakan, setelah penyetaraan, fokus Badan Lit-bang tak hanya mengurusi kapa-sitas jabatan fungsional Peneliti, tetapi juga fungsional lainnya. Terkait dengan beberapa penye-suaian ini, dirinya mengaku sudah berkoordinasi dengan PJKSE dan menunggu informa-si selanjutnya. “Kepala Badan juga meminta agar dilakukan penyesuaian untuk mendukung teman-teman yang sudah bera-lih ke jabatan fungsional,” kata Noval.

Terkait dukungan anggaran, Noval mengatakan kesediaann-ya relatif terbatas, sehingga kesediaann-yang perlu disiasati adalah metode pelaksanaannya. Bila anggaran tak mendukung kegiatan rapat secara fisik, maka bisa diantisi-pasi dengan cara virtual. “Tetapi kalau memang butuh anggaran narasumber dari anggaran yang ada sekarang, ya kita harus ada revisi,” katanya. Di tengah an-ggaran terbatas, hal yang per-lu ditekankan adalah kegiatan prioritas. Jika itu menjadi

pri-oritas, maka sudah semestinya didukung. Dirinya mengaku masih menunggu perubahan kegiatan dari PJKSE.

Senada dengan Noval, Analis Perencana Rachman Kosasih, mengatakan sosialisasi penting dilakukan kepada seluruh jenis fungsional, terlepas dari jum-lahnya sedikit atau melimpah. Menurutnya, meski bisa bela-jar memahami secara mandi-ri, tetapi akan lebih maksimal jika dibimbing oleh pihak yang

27 vol. 6 no. 1 | JAN - FEB 2021

memiliki pengetahuan di bidang tersebut. Sebab, seringkali pe-mahaman dari belajar mandi-ri terhadap suatu hal berbeda dengan semestinya, misalnya dalam menafsirkan sebuah reg-ulasi. “Ya kita bisa mengerti, tetapi mungkin saja yang di-maksud peraturan itu bukan seperti itu,” kata lelaki yang ker-ap disker-apa Deden tersebut, Rabu (20/1/2021).

Ia menuturkan, banyak pega-wai di Kemendagri yang belum

siap menjadi pejabat fungsion-al, karena ketidaktahuannya. Tidak semua pegawai di kom-ponen Kemendagri mengetaui cara kerja jabatan fungsional. Terlebih, pada komponen yang memang komposisi jabatannya belum memiliki formasi jabatan fungsional. Karenanya, pema-haman tersebut dibutuhkan termasuk di lingkungan Badan Litbang, meski sebelumnya tel-ah memiliki formasi jabatan fungsional. “Sebagian besar

en-ggak siap menjadi fungsisonal, karena ketidaktahuan mereka,” katanya.

Selain itu, Analis Kepegawaian Arzad Sectio juga berharap, lembaga memiliki beragam ke-giatan yang dapat menunjang kapasitas individu. Sebab, pe-rubahan jabatan administasi ke fungsional harus diikuti dengan peningkatan kompetensi. Pe-jabat fungsional juga berkaitan dengan pembentukan karakter di tingkat individu. Berbagai kegiatan penunjang yang perlu diadakan itu, seperti bimbingan teknis, training of trainer (TOT), kegiatan seminar, serta kegiatan penguatan lainnya. “Dulu kita bekerja dalam bentuk lemba-ga, kalau ini kita bekerja untuk diri sendiri juga (lembaga dan diri kita sendiri,” katanya, Rabu (20/1/2021).

Kegiatan itu sebagai upaya agar pegawai terdampak penyetaraan bisa beradaptasi dengan peruba-han yang ada. Sebab, kata Arzad, bila masing-masing individu tak bisa beradaptasi dengan tun-tutan tugas dan fungsi jabatan yang baru diemban, maka akan menyulitkan yang bersangku-tan dalam mengumpulkan an-gka kredit, termasuk menam-bah kompetensi, dan wawasan. “Intinya harus ada ruang-ruang yang difasilitasi untuk mening-katkan kompetensi dan kapasi-tas dari jabatan fungsional itu sendiri,” harap Arzad.

Sementara itu, Kepala Bagian Pembina Jabatan Fungsional, Kepegawaian dan Sisdur serta Evaluasi Kinerja ASN (PJKSE) Badan Litbang, Abas Supriyadi,

mengatakan dalam waktu dekat PJKSE akan menggelar sosial-isasi dengan melibatkan instansi pembina jabatan fungsional. So-sialisasi pertama, bakal dilaku-kan kepada jenis jabatan fung-sional Analis Kebijakan karena jumlahnya paling banyak. Meski

begitu, jabatan fungsional lainn-ya juga akan mendapatkan pem-bekalan serupa.

Dirinya menyarankan, agar para pegawai terdampak penyetaraan juga dapat terus meningkat-kan kompetensinya. Tak

han-ya mengikuti pendidikan dan pelatian (Diklat), tetapi juga melanjutkan pendidikan formal. Sebab itu menjadi bagian dari syarat kenaikan jenjang karier. Menurutnya, tak sedikit pelu-ang dari lembaga donor ypelu-ang menyediakan beasiswa untuk

melanjutkan sekolah. “Kalau ada kesempatan melanjutkan jenjang pendidikan yang leb-ih tinggi maka teman-teman bisa mengambilnya,” pesannya, Rabu (27/1/2021). Di samping itu, PJKSE juga akan berusaha membantu mencari informasi

terkait beasiswa yang bisa di-manfaatkan pegawai.

Selain itu, Abas menyarankan, agar pegawai lebih aktif berkoor-dinasi dengan komponen lain seperti mengikuti pembahasan rancangan kebijakan dan kegia-tan lainnya. Dengan begitu,

pen-getahuan para pegawai Badan Litbang bisa lebih luas. Meski hal itu berkaitan dengan penu-gasan, sehingga perlu kreativi-tas untuk membangun jaringan dengan komponen lain. Abas mengatakan, selama pegawai berkomunikasi dengan PJKSE,

29 vol. 6 no. 1 | JAN - FEB 2021

pihaknya bakal memfasilitasi kebutuhan penugasan tersebut. Dukungan itu sudah dilakukan, misalnya saat Peneliti Badan Lit-bang mendapat penugasan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan In-donesia (LIPI) untuk mengikuti kegiatan di lembaga itu.

Penyesuaian

Analis Kepegawaian Biro Kepegawaian Setjen Kemend-agri, Arif Dharmawan menga-takan untuk memperkuat pe-mahaman pegawai terdampak penyetaraan, pihaknya bakal membentuk forum fungsional

di Kemendagri. Forum itu mer-upakan wadah komunikasi bagi pegawai terdampak yang masih awam soal jabatan fungsional yang diterimanya. Ia mencon-tohkan, Analis Kepegawaian yang tersebar di komponen Ke-mendagri kemudian dikumpul-kan dalam satu forum untuk dilakukan penguatan kapasitas. “Kita kumpulkan jadi satu di sebuah forum Analis Kepega-waian, terus kita berikan sema-cam pembekalan, kita undang instansi pembina,” katanya, Rabu (10/2/2021).

Ia menyebutkan, penyetaraan ja-batan pada akhir 2020 merupa-kan momentum yang tepat bagi Biro Kepegawaian terutama ber-kaitan dengan penyusunan do-kumen Human Capital

Develop-ment Plan (HCDP) untuk lima

tahun ke depan. Penyusunan itu perlu disesuaikan dengan ja-batan fungsional yang baru dan hasil rekrutmen Pegawai Negeri Sipil yang baru. Penyesuaian itu berkaitan dengan bagian mana saja yang perlu diperkuat dan ditingkatkan kapasitasnya seh-ingga menjadi road map HCDP lima tahun mendatang. “Jadi ta-hun ini kita sedang menyusun strategi peningkatan kapasitas terkait dengan revisi atau peru-bahan Human Capital

Develop-ment Plan di Kemendagri,”

ka-tanya.

HCDP merupakan dokumen yang disusun Biro Kepegawaian yang kemudian diserahkan kepa-da Bakepa-dan Pengembangan Sum-ber Daya Manusia (BPSDM) se-laku komponen yang salah satu tugasnya memperkuat kompe-tensi SDM di Kemendagri. Arif

mengaku, berdasarkan evaluasi terhadap pelaksanaan HCDP periode sebelumnya, tak sedikit agenda yang belum ditunaikan, baik dari jenis diklat maupun je-nis peningkatan kompetensinya. Kendati demikian, dari tahun ke tahun pelaksanaan itu sudah mengalami perbaikan, misalnya diklat terkait penyusunan lapo-ran, pengadaan barang dan jasa, serta jenis lainnya. Dengan ma-sih adanya jenis diklat dan pen-ingkatan kompetensi ini, Biro Kepegawaian perlu memberi-kan penguatan ke BPSDM agar dapat terus berkolaborasi dalam meningkatkan kapasitas SDM di Kemendagri.

Ia menyebutkan, saat ini pe-rubahan begitu cepat, terma-suk dengan jalannya kebijakan penyetaraan jabatan. Di tengah situasi ini, pegawai perlu cepat merespons. Ia menyebutkan, untuk meningkatkan kapasitas individu, pegawai tak bisa hanya bergantung pada Biro Kepega-waian maupun BPSDM, meski instansi terus berupaya men-jalankan perannya secara maksi-mal. Karenanya, masing-masing pegawai perlu juga meningkat-kan kapasitasnya secara mandi-ri. “Di tengah jabatan fungsional ini, mereka yang berfungsilah yang akan eksis,” katanya.

Cara untuk memfungsikan masing-masing pegawai, kata Arif, adalah dengan memper-barui keahlian yang dimiliki. Di samping itu, pegawai harus perhatian terhadap keterampi-lan yang dibutuhkan untuk lima atau sepuluh tahun mendatang. Dengan begitu, pegawai tetap bisa eksis secara individu.

“Ka-lau masing-masing pegawai ini memiliki kesadaran untuk berubah meng-upgrade secara individu, maka secara kolektif organisasi kita Kementerian Da-lam Negeri akan meningkat juga

performance-nya,” ujar Arif.

Arif menjelaskan, saat ini jum-lah pejabat struktural yang di-miliki Kemendagri sebanyak 11 persen, jabatan fungsional 29 persen, dan pelaksana sebanyak 60 persen. Di masa mendatang, jabatan pelaksana didorong agar jumlahnya berkurang dan mengisi jabatan fungsional. Be-gitu pula dengan pengusulan formasi CPNS yang mesti mem-pertimbangkan jabatan fung-sional, artinya tak lagi merekrut jabatan pelaksana yang bersifat umum. “Memang harus dilaku-kan penyesuaian ke jabatan fungsional,” katanya.

Sementara itu, dengan adan-ya kebijakan penyetaraan ini, Sekretaris BPSDM Sukoyo me-mastikan bahwa semua kegia-tan BPSDM akan disesuaikan dengan perubahan tersebut. Sebab, prinsip pengembangan kompetensi itu berkaitan den-gan individu termasuk jabatan-nya. BPSDM sendiri tak hanya mengurusi SDM di lingkungan Kemendagri, tetapi juga di daer-ah. Sukoyo mengatakan, ketika PNS di Kemendagri maupun pemerintah daerah sudah bera-lih ke fungsional, maka pengem-bangan kompetensi entah beru-pa Bimtek, workshop, kursus, diklat, dan sebagainya bakal menyesuaikan. Sukoyo men-yadari, tanpa diperkuat kapasi-tas sesuai tugasnya, bagaimana mungkin pejabat fungsional bisa melaksanakan tugas dan

fungsi di bidang tersebut. “Tu-gas BPSDM adalah menguatkan fungsi jabatan mereka melalui pelaksanaan pengembangan kompetensi terkait jabatan mer-eka,” katanya, Rabu (24/2/2021). S u k o y o m e n c o n t o h k a n bagaimana BPSDM melakukan penyesuaian terhadap peruba-han yang ada. Misalnya, kata Sukoyo, seorang pejabat admin-istrasi yang disetarakan men-jadi Analis Kepegawaian tak perlu lagi mengikuti kegiatan diklat terkait keuangan. Sebab itu tidak berkaitan dengan tugas yang bersangkutan. Pemberian diklat justru harus yang ber-kaitan dengan tugas dan fungsi Analis Kepegawaian. Dengan begitu yang bersangkutan dapat meningkatkan angka kredit untuk kebutuhan kenaikan ja-batannya. “Itu tentu saja by

pro-31 vol. 6 no. 1 | JAN - FEB 2021

cess karena namanya anggaran

tahun ini kan dibuat di tahun 2020, sehingga 2022 nanti kita akan menuju ke sana,” katanya. Dalam rangka memberi pem-bekalan kepada pegawai, Su-koyo menjelaskan, BPSDM telah menggelar kegiatan yang melibatkan narasumber dari Kementerian PAN-RB. Pem-bekalan itu seputar kebijakan penyetaraan jabatan dan karier jabatan fungsional. Ini mer-upakan langkah pertama agar pegawai terdampak memiliki persepsi yang sama, dan tidak galau dengan pola kerja yang berbeda.

Selain itu, beberapa instan-si pembina jabatan funginstan-sional justru memiliki inisiatif untuk melakukan sosialisasi secara virtual. Bahkan, di daer-ah ada yang melakukan

sosialisasi dengan melibatkan Kementerian PAN-RB. Sukoyo menyebutkan, pada pertengah-an Maret 2021 ini BPSDM juga bakal menggelar Rapat Koor-dinasi, yang salah satunya me-ngundang dari Kementerian PAN-RB. Mereka dilibatkan, untuk menjelaskan kembali ter-kait kebijakan penyetaraan ja-batan.

Terkait dengan pengembangan kompetensi, lanjut Sukoyo, itu bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui kelembagaan dengan menyiapkan program dan anggaran, agar pejabat memiliki kemampuan kompe-tensi dalam melaksanakan tu-gas dan fungsinya. Namun per-lu disadari, lembaga memiliki keter-batasan sumber daya, misalnya untuk mend-iklatkan semua p e j a b a t fungsional. Karenanya, perlu men-empuh jal-ur kedua,

yakni pegawai dapat mengem-bangkan kapasitasnya secara mandiri dengan mengakses sumber informasi dari mana saja. “Mandiri itu artinya, mas-ing-masing jabatan fungsional harus mau mengembangkan kapasitasnya dengan cara-cara mandiri, mengakses sumber in-formasi dari mana saja,” katan-ya.

Di masa mendatang, pengem-bangan kompetensi juga me-manfaatkan teknologi seperti yang dilakukan pemerintah dalam memberikan program kartu pra kerja. Sistem tersebut memberikan akses kepada mas-yarakat untuk mengembang-kan kompetensi sesuai kebutu-hannya. Di masa mendatang, BPSDM juga akan menyediakan pengembangan kompetensi dengan cara serupa. Sehingga pegawai yang membutuhkan pengembangan kompetensi dapat mengunduh materi dan mempelajarinya secara mandiri. Saat ini, kata Sukoyo, BPSDM sudah mulai melakukan peman-faatan teknologi dengan adanya

e-learning yakni sistem

pembe-lajaran yang berbasis pada elek-tronik. “Kita sudah mengubah

mindset, nanti pengajar harus

mulai menyiapkan video dan macam-macam,” katanya.

MELAHIRKAN

Dokumen terkait