• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

3. Belajar dan Hasil Belajar a.Pengertian belajar

Belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut berupa memperoleh kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.14 Ngalim

13

Melvin L.Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia, 2006), hal. 192 14

L. Crow dan A. Crow, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), h. 275., terjemahan Abd. Rachman Abror

porwanto mendefinisikan belajar dengan: “belajar adalah suatu proses yang menyebabkan suatu perubahan dalam tingkah laku ataupun kecakapan manusia yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhn atau kematangan atau perubahan psikologis.15Menurut Sardiman A.M (2001:22) “dalam arti luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya”.

Piaget membedakan duapengertian tentang belajar, yaitu belajar dalam arti sempit dan belajar dalam arti luas. Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar ini disebut dengan belajar figurative yaitu suatu bentuk belajar yang pasif. Sedangkan belajar dalam arti luas atau yang disebut juga dengan perkembangan adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar ini disebut juga belajar operatif, di mana seseorang aktif mengkonstruksi struktur dari yang dipelajari.16

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses terjadinya perubahan yang diesbabkan oleh sesuatu yang sedang dipelajari. Tujuan belajar IPS pada anak sekolah dasar adalah untuk keperluan sosialisasi dalam kehidupan sehari- hari. Belajar pada anak sekolah dasar akan dapat tercapai dengan baik bila sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri. Disamping itu guru perlu memahami teori belajar yang sesuai untuk proses belajar mengajar. Terdapat beberapa teori belajar yang sesuai dengan keadaan anak sekolah dasar.

15

Ngalim Purwanto,Pengantar Psikologi, (Jakarta: Nasco, 1980), h. 64 16

Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal. 140-141

B.F.Skinner dalam teori belajar S-R berpendapat: “ganjaran atau penguatan merupakan unsur terpenting dalam belajar,17 sedangkan menurut hukum latihan dalam teori belajar S-R yang dibuat Thorndike menyatakan: “prinsip utama belajar adalah pengulangan, semakin sering diulang semakin kuat hubungan stimulus dan respon18. Sementara menurut hukum akibat yang dibuan oleh Thorndike pengulangan dengan latihan- latihan tanpa hadiah tidak akan efektif.19

b. Ciri-ciri Belajar

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena dalam keadaan tidak sadar itu tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

17

Herman Hudjono, loc. Cit., h. 14 18

Ibid.. 19

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu itu sendiri.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja. Seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. 20

c. Prinsip-prinsip Belajar

Dimyati dan Mudjiono, “mengemukakan adanya tujuh prinsip dalam belajar, yaitu:

1) Perhatian dan Motivasi, perhatian terhadap pelajaran akan timbul apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

2) Keaktifan, dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan itu beraneka ragam bentuknya mulai dari kegiatan fisik samapai psikis.

20

3) Keterlibatan langsung, keterlibatan di sini bukan hanya keterlibatan fisik semata, namun juga mental emosionalnya.

4) Pengulangan, dengan mengadakan pengulangan maka seperti daya mengamati, menaggapi, mengingat,menghayal, menghayati, berpikir dsb akan berkembang.

5) Tantangan, dalam situasi belajar siswa menhadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar. Apabila hambatan itu telah diatasi maka tujuan belajar telah tercapai.

6) Balikan, hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha selanjutnya.

7) Perbedaan individual, ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karena itu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

Secara empiris, mekanisme belajar didasakan pada dua aspek, yaitu:

a) Tampilan-tampilan yang bersifat internal dari gagasan-gagasan yang sederhana (bayangan-bayangan memori) yang berawal dengan mengkopi secara sederhana sesuai dengan apa yang diperoleh dari pengaruh indera yang kemudian disimpan di dalam tempat memori.

b) Gagasan-gagasan yang kompleks dibentuk dengan hubungan antara gagasan-gagasan sederhana dalam memori yang secara berdekatan dialami, dan kemudian mereka terhubung menjadi satu ikatan yang tergabung. 21

d. Jenis-jenis Belajar

1) Belajar Isyarat

21

Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi rerspons yang dilakukan itu bersifat umum artinya belajar seperti ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons juga diberikan secara tidak sadar.

2) Belajar Stimulus-Respons 3) Belajar rangkaian 4) Asosiasi verbal 5) Belajar deskriminasi 6) Belajar konsep 7) Belajar aturran

8) Belajar pemecahan masalah22

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

1) Faktor dalam diri individu

Banyak faktor yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi udaha dan keberhasilan belajarnya. Faktor tersebut menyangkut aaspek jasmani dan rohani. Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan konatif dari individu.

2) Faktor lingkungan

Keberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar diri siswa. Seperti keluarga yang merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor fisik dalam lingkungan keluarga sangat diperlukan untuk perkembangan belajar

22

anak, seperti keadaan rumah dan ruangan tmpat belajar, sarana prasarana, serta suasana dalam rumah. 23

f. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini berkaitan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai usaha pencitaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Dari uraian di atas, jika ditinjau secara umum, maka tujuan belajar itu ada tiga jenis:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan 2) Penanaman konsep dan keterampilan 3) Pembentukan sikap24

g. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penugasan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasarna belajar. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya erubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.25

Hasil belajar mengikuti aspek kegiatan, efektif, kecepatan/kemampuan belajar yang oleh Bloom dinyatakan ssebagai hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.26

23

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007).,cet. Keempat, hal. 162-163

24

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), hal. 25-28

25

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 155

26

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja ROsdakarya, 2010), hal 22

Hasil belajar terdiri dari dua kata, yaitu hasil dan belajar. Secara umum, hasil belajar didefinisikan sebagai suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan tingkah laku seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yabg baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari titik tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan serta keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah.

Berdasarkan pengertian hasil belajar, maka dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai setelah proses belajar berlangsung. Hasil belajar biasanya diunjukkan dengan nilai atau tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Angka-angka atau nilai itu menunjukkan prestasi belajar siswa.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut. 27

Menurut Gagne, ada lima kemampuan sebagai hasil belajar, yaitu: 1) Keterampilan intelektual (suatu kemampuan seorang menjadi komponen

suatu subjek sehingga ia dapat mengklasifikasikan, mengidentifikasi, mendemonstrasikan, dan menggeneralisasikan suatu gejala).

27

2) Strategi kognitif (kemampuan seseorang untuk bisa mengontrol aktivitas intelektualnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi).

3) Informasi verbal (kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa lisan maupun tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah).

4) Keterampilan motorik (kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan semua gerak otot secara teratur dan lancer dalam keadaan sadar).

5) Sikap (kedendrungan dalam menerima dan menolak suatu objek sikap).28

Menurut Bugelski, pada sistem pembelajaran biasanya hasil belajar dipengaruhi oleh kualitas guru dan kondisi sekolah, seperti ketersediaan alat-alat dalam belajar.29

Penilaian proses dan hasil belajar dibagi menjadi empat jenis, yaitu:30 1) Penilaian Formatif

Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik selama proses belajar berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program pembelajaran serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan.

2) Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif berarti penilaian yang dilakukan jika satuan pengalaman belajar tau seluruh materi pelajaran dianggap telah selesai. Dengan demikian Ujian Akhir Semester (UAS) dan Ujian Nasional (UN) termasuk penilian sumatif.

3) Penilaian Penempatan

Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai pratest (pretest). Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah peserta

28

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 22

29

Muhibbin syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004), hal. 144-145 30

didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran.

4) Penilaian Diagnostik

Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik berdasarkan hasil penilaian formatif sebelumnya.

4. Pembelajaran IPS

a. Hakikat IPS

Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidu bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat dimanapun mereka berada melalui handpond dan internet. Kemajuan IPTEK menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang satu dengan yang lainnya, dengan demikian arus komunikasi akan semakin cepat. 31

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah social studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.32

Dalam kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa istilah yang kadang-kadang sering diartikan secara tumpang tindih antara satu dengan yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah Studi Sosial, Ilmu-ilmu Sosial, dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Istilah itu sama-sama terdapat kata sosial tetapi dalam pengertian dan maknanya ada perbedaan.

31

Rudi Gunawan, Pendidikan IPS Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 17-18

32

Studi Sosial adalah suatu studi yang mengkaji dan menelaah gejala-gejala serta masalah-masalah sosial yang berhubungan perkembangan dan struktur kehidupan manusia. Dan Ilmu Sosial adalah semua disiplin ilmu yang mengkaji tentang tingkah laku kelompok manusia.

Sedangkan Nu’man Sumantri mengartikan Pendidikan IPS yang diajarkan sekolah sebagai “(1) pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral idiologi negara dan agama; (2) pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode berfikir keilmuan sosial; (3) pendidikan IPS yang menekankan pada reflective inquiri; (4) Pendidikan IPS yang mengambil kebaikan- kebaikan dari butir 1, 2, 3 di atas”.33

IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. Pada jenjang pendidikan dasar pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan praktis, agara mereka dapat menelaah, mempelajari dan mengkaji fenomena-fenomena serta masalah sosial di sekitar mereka.34

Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagi dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan focus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keuangan dan geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji juga bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi

33

Syarifuddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) , h. 23

34

sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, focus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhuk sosial.

b. Karakteristik Pendidikan IPS

Karakteristik pendidikan IPS SD/MI dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, antara lain sebgai berikut:

1) IPS merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain: sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, politik, hokum, dan Pendidikan Kewarganegaraan.35 Mata pelajaran IPS juga terdiri atas beberapa konsep, prinsip, dan tema yang berkenaan dengan hakikat kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.36

2) Cakupan materi dikembangkan dari segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.37

3) Kegiatan manusia, misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, dan transportasi.

4) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.

5) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar/

6) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, dan keluarga.

35

Nana Supriatna, dkk. Pendidikan IPS di SD, (Bandung: UPI Press, 2008), h. 12 36

Tatang Husen, Karakter IPS 2007, http:tatanghusensmkn7bdg.wordpress.com/karakter-ips/

37

7) Strategi penyampaian pengajaran IPS pada tingkat Sekolah Dasar menggunakan pendekatan terpadu. Materi disampaikan secara tematik dengan mengambil tema-tema sosial yang terjadi di sekitar siswa. Demikian juga halnya tema-tema sosial yang dikaji berangkat dari fenomena-fenomena serta aktivitas sosial yang terjadi di sekitar siswa. Tema-tema ini kemudian semakin meluas pada lingkungan yang semakin jauh dari lingkaran kehidupan siswa. Pendekatan seperti ini dikenal dengan model pendekatan kemasyarakatan yang meluas (expanding community approach).38

c. Tujuan pembelajaran IPS

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 39

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi seetiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.40Mata pelajaran IPS bertujuan juga agar peserta didik memliki kemampuan sebagai berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

38

Nana Supriatna, dkk. Loc-cit

39

Etin Solihatin dan Raharjo, Analisis Model Pembelajaran IPS. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 15

40

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global.

Dokumen terkait