• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran a.Definisi Belajar a.Definisi Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu (Rusman, 2012: 379). Dalam Oemar Hamalik (2011: 27) dijelaskan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing). Berdasarkan pengertian tersebut, belajar merupakan suatu proses. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila orang tersebut mengalami bukan hanya mengetahui dan memahami. Dari pengertian di atas Oemar Hamalik (2011: 27) menyimpulkan sebagai berikut.

1) Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar.

2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri.

3) Di dalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan menemui kesulitan, rintangan, dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan.

4) Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat. 5) Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang

sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari.

6) Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar.

7) Murid memberikan reaksi secara keseluruhan.

8) Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.

9) Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan.

10) Murid-murid dibawa/diarahkan ke tujuan-tujuan lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan tujuan utama dalam situasi belajar.

Ernes ER.Hilgard (dalam Yatim Riyanto, 2010: 4), mendefinisikan sebagai berikut.

learning is the processby which an activity originates or is charged throught training procedures (whether in the laboratory or in the ntural environments) as distinguished from changes by factor not attributble to tarining. Artinya, (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah). Cronbach (dalam Yatim Riyanto, 2010: 5) menyatakan bahwa, belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Dengan demikian, seseorang yang mengalami sesuatu dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut telah melakukan proses belajar.

Sedangkan menurut Winkel (1996: 53) (dalam Yatim Riyanto, 2010: 5),

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif dan konstan.

Lebih lanjut, Degeng (1997: 3) (dalam Yatim Riyanto, 2010: 5) menyatakan bahwa belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Pengaitan disini maksudnya adalah pada dasarnya sebelum kegiatan pembelajaran, siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuan dalam memorinya, sehingga

pada saat proses belajar siswa akan mengaitkan pengetahuan baru yang diterima dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap/tingkah laku yang merupakan hasil dari pengaitan pengetahuan dengan pengalaman yang bersifat relatif dan konstan.

b. Hakekat Pembelajaran

Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa (Hamzah B. Uno, 2010: 2). Rusman berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain (Rusman, 2012: 1). Komponen tersebut berupa guru, siswa, media, sarana dan lingkungan yang saling terkait. Apabila semua komponen pembelajaran dapat dikelola dengan baik maka proses pembelajaran akan berjalan secara efektif. Menurut Rusmono (2012: 6), pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai.

Dalam hubungan pembelajaran sebagai sebuah sistem, Wina Sanjaya (2013: 52-57) menjelaskan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1) Faktor Guru

Guru merupakan komponen penting dalam

mengimplementasikan suatu strategi pembelajaran yang telah dibuat, karena guru adalah pihak yang melaksanakan strategi tersebut di dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru juga komponen yang berhadapan langsung dengan siswa yang merupakan subjek belajar.

2) Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan siswa yang tidak sama. Selain itu, dalam suatu kelas karakteristik siswa juga berbeda-beda.

3) Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

4) Faktor Lingkungan

Ada dua faktor yang mempengaruhi, yaitu 1) Faktor organisasi kelas yang meliputi jumlah siswa dalam satu kelas; 2) Faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah hubungan antara

orang yang terlibat dalam proses pembelajaran dan dapat terjadi secara internal maupun eksternal, misalnya antara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diismpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara komponen-komponen pembelajaran untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalamann yang memadai.

c. Pembelajaran Akuntansi

Definisi akuntansi menurut para ahli (dalam Dwi Harti, 2011: 5) antara lain :

a. Menurut American Accounting Association (AAA), akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi pihak pemakai informasi.

b. Menurut American Institute of Certified Public Accountant

(AICPA), akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi kejadian yang tepat (berdaya guna) dalam bentuk satuan uang dan penafsiran hasil proses tersebut. c. Menurut Niswonger, Fess, dan Warren yang diterjemahkan

oleh Merianus Sinaga, akuntansi adalah proses mengenali, mengukur, dan mengomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan.

Dalam arti luas, akuntansi adalah proses identifikasi, pengukuran, dan komunikasi dari informasi-informasi ekonomi untuk menghasilkan pertimbangan dan keputusan-keputusan dari pemakai informasi tersebut. Warren, Reeve, Fess (2005: 10) secara umum mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses identifikasi dan pengukuran yang berupa pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi kejadian sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Sedangkan pembelajaran akuntansi adalah pembelajaran mengenai proses akuntansi, yaitu proses identifikasi dan pengukuran yang berupa pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi kejadian sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

d. Motivasi Belajar Akuntansi

Dokumen terkait