• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu kata yang sudah tidak asing lagi di masyarakat namun, banyak prespektif mengenai belajar menurut para ahli. Muhibin Syah mengutip beberapa pendapat ahli mengenai arti belajar, diantaranya pendapat Skinner dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology : The Teaching- Learning Process, bahwa belajar merupakan suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Muhibin Syah juga mengutip pendapat Hintzman dalam bukunya The Psycology of Learning berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri manusia yang disebabkan oleh pengalaman dan mempengaruhi tingkah laku manusia tersebut. Menurut Wittig dalam bukunya Psychology Learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segalam macam tingkah laku sebagai hasil pengalaman.10

Ada pula Siregar eveline yang mengutip pendapat Harold Spears dan Gagne tentang arti belajar. Harold Spears mengemukakan pengertian belajar dalam prespektifnya yang lebih detail. Menurut Spears learning is to be observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction (Belajar

10

adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan).11

Gagne pernah mengemukakan prespektifnya tentang belajar. Salah satu definisi belajar yang cukup sederhana namun mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Gagne :“ Learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience of purposeful instruction”. Belajar adalah suatu

perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan. Pengalaman yang diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Mengutip pendapat Hilgard dan Bower, belajar memiliki arti : 1) to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study ; 2) to fix in the mind or mempy; memorize ; 3) to acquire trough experience; 4) to become in forme of the find out.12 Berdasarkan definisi tersebut belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasi pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasi pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan. Crow & Crow dalam buku E. Kosasih mengartikan belajar sebagai kondisi diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

Menurut Morgan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pendapat Morgan ini hampir

11

Siregar Eveline, Nara Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor , Ghalia Indonesia, 2015, hlm. 28.

12

H. Baharuddin. I. Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2015, hlm 10.

sama dengan pendapat beberapa para ahli di atas yang pada intinya menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang bisa mengubah tingkah laku seseorang disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain,yaitu kognitif, afektif, dan psikimotor.13

Pada tahap kognitif, peserta didik dituntut untuk mengingat, memahami, mengklarifikasi, dan menganalisis tentang apa yang telah dipelajari. Pada tahap afektif setelah melalui tahap belajar, diharapkan siswa mampu menguasai tentang sikap, minat serta nilai-nilai positif lainnya, seperti belajar saling menghomarti, saling menghargai, dan lain sebagainya. Sedangkan pada tahap ketiga yang bersifat psikomotor menekankan kepada tujuan agar siswa di samping mengerti, memahami, tetapi juga harus mampu menguasai dan melakukan kecakapan-kecakapan keterampilan.

2. Ciri-Ciri Belajar

Terdapat 5 ciri-ciri belajar diungkapkan oleh Burhanuddin dan Wahyuni di yaitu14:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku b. Perubahan perilaku relatif permanen

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saaat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial d. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman

13Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Bandung, Nusa Media 2014, hlm. 5.

14

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan 3. Tujuan Belajar

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau akan dipengaruhi oleh berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materinya, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan pra sarana belajar yang tersedia.15

4. Pembelajaran Sejarah

Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah khusunya di Sekolah Menengah Atas. Sampai saat ini masih ada guru sejarah yang menggunakan paradigma konvensional, paradigma konvensional yang dimaksud yaitu guru menggunakan metode ceramah dan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanya berceramah selama proses pembelajaran sementara siswa hanya menjadi pendengar. Menggunakan paradigma yang seperti itu membuat siswa merasa bosan terhadap mata pelajaran sejarah sehingga muncul ketidaktertarikan siswa pada mata pelajaran sejarah.

Banyak orang yang mengatakan bahwa mata pelajaran sejarah membosankan dan hanya menghafal nama tokoh, tanggal, tempat dan waktu. Namun, pada kenyataannya sejarah tidak hanya sekedar mempelajari nama tokoh ataupun tanggal. Berdasarkan pengalaman, pada saat mempelajari sejarah banyak

15

nilai-nilai yang harusnya diterapkan dikehidupan sekarang maupun dimasa yang akan datang, karena dalam sejarah masa lalu selalu berkaitan dengan masa sekarang dan masa yang akan datang.

Pembelajaran sejarah sebagai sarana pendidikan bangsa terutama dalam aplikasi sejarah normatif, Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator terkait dengan pembelajaran sejarah tersebut yaitu16:

1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, substansi, dan sasaran pada segi-segi yang bersifat normatif.

2) Nilai dan makna sejarah diarahkan pada kepentingan tujuan pendidikan dari pada akademik atau ilmiah murni.

3) Aplikasi pembelajaran sejarah bersifat prakmatik, sehingga dimensi dan substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna, dan nilai pendidikan yang hendak dicapai yakni sesuai dengan tujuan pendidikan 4) Pembelajaran sejarah secara normatif harus relevan dengan tujuan

pendidikan nasional.

5) Pembelajaran sejarah harus memuat unsur pokok yaitu instruction, intellectual training, dan pembelajaran moral bangsa dan civil society yang demokratis dan bertanggung jawab pada masa depan bangsa. 6) Pembelajaran sejarah tidak hanya menyajikan pengetahuan fakta

pengalaman kolektif dari masa lampau, tetapi harus memberikan latihan berpikir kritis dalam memetik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya.

16

7) Interprestasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada para peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

8) Pembelajaran sejarah berorientasi pada humanistic dan verstehen, (understanding), meaning, historical consciousness bukan sekedar pengetahuan kogitif dari pengetahuan dari bahan sejarah.

9) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di samping nilai partikular.

10)Virtue, religiusitas dan keluhuran kemanusiaan universal dan nilai-nilai patriotism, nasionalisme, dan kewarganegaraan, serta nilai-nilai demokratis yang berwawasan nasional, penting dalam penyajian pembelajaran sejarah.

11)Pembelajaran sejarah tidak saja mendasari pembentukan kecerdasan atau intelektualitas, tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi.

12)Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunana nasional berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah memiliki peran penting dalam pembentukan nasionalisme bangsa dan juga membuat siswa untuk berpikir kritis dalam setiap peristiwa sejarah.

B.Pembelajaran Konstruktivisme

Dokumen terkait