• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

4. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Muhibbin Syah belajar adalah “kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.”25

Sebagaimana pendapat Surya yang dikutip oleh Tohirin menyatakan

bahwa belajar “ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk

25

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2010), h. 87

21

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”26

Relevan dengan Surya, Slameto dan Ali menyatakan bahwa belajar merupakan “suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”27

Dari pengertian di atas tentang belajar, dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah proses berubahnya tingkah laku individu yang relatif sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang baru melalui latihan, praktek, dan pengalaman.

b. Tujuan Belajar

Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan, karena itu adalah suatu hal yang memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.

Proses belajar seseorang pasti mempunyai tujuan yang dicita-citakan. Tujuan itu muncul untuk memenuhi suatu kebutuhan. Perbuatan belajar yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan dan untuk memenuhi suatu kebutuhan. Suatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah pada tujuan yang jelas dan berarti bagi pesertaa didik.

Menurut Oemar Hamalik “Tujuan belajar pada prinsipnya sama,

yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau cara

pencapaiannya.”28

Perbedaan cara atau usaha pencapainnya tergantung cita-cita dari masing-masing siswa/individu.

Belajar merupakan kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup.

26

Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 8

27

Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam..., h. 8

28

Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib serta mencapai cita-cita yang didambakan. Karena itu, jangan malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi memanfaatkan dengan seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.

c. Macam-macam Belajar

Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Bermacam-macam cara yang dilalui guru agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Cara-cara tersebut memiliki corak yang berbeda antara satu guru dengan yang lainnya, baik dari penyampaian materi, penggunaan metode, perubahan tingkah laku maupun tujuan yang diharapkan. Keanekaragaman ini muncul sejalan dengan kebutuhan umat manusia yang juga bermacam-macam.

Menurut Fadhilah Suranga belajar bisa dibedakan menjadi delapan macam, yaitu:

a. Belajar abstrak b. Belajar keterampilan c. Belajar sosial

d. Belajar pemecahan masalah e. Belajar rasional

f. Belajar kebiasaan g. Belajar apresiasi h. Belajar pengetahuan29

Kedelapan macam-macam belajar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Belajar abstrak

Belajar abstarak merupakan kegaitan yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak, yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Yang termasuk dalam jenis ini misalnya: belajar matematika, kimia dan lain sebagainya.

29

Fadhilah Suralaga dkk, Psikologi PendidikanDalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. Ke-1, h. 81-83

23

b. Belajar keterampilan

Belajar keterampilan merupakan kegaitan yang menggunakan pikiran yang diikuti dengan gerak anggota tubuh. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai keterampial tertentu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka belajar keterampilan membutuhkan latihan-latihan yang intensif dan teratur.

c. Belajar sosial

Belajar sosial adalah belajar untuk memahami masalah-masalah dan teknik-teknik yang berkaitan dengan kehidupan sekitar manusia. Tujuannya yaitu untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dan memecahkan masalah sosial seperti masalah teman dengan teman, masalah keluarga dan lain sebagainya.

d. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah adalah belajar dengan berpikir secara logis, sistematis, teratur dan teliti untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan belajar. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan berfikir dan bertindak secara rasional dan tegas.

e. Belajar rasional

Belajar rasional adalah belajar berfikir secara logis dan rasional (sesuai akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan berbicara, berfikir dan bertindak.

f. Belajar kebiasaan

Belajar kebiasaan adalah belajaar pembentukan kebiasaan-kebiasaan baaru maupun perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya adalah untuk melatih daya ingat terhadap lingkungan yang dapat dijadikan tempat belajar.

g. Belajar apresiasi

Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa yang dalam hal ini kemampuan

menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik dan kemampuan bertanya.

h. Belajar pengetahuan

Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya untuk melatih peserta didik agar lebih teliti dalam bertindak dan belajar.

d. Motivasi Belajar

Menurut Martinus Yamin “Motivasi belajar merupakan daya

penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan

kegiatan belajar dan dapat menambah keterampilan dan pengalaman.”30

Sedangkan Abd. Rachman Abror menyatakan bahwa “motivasi

belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi

mencapai suatu tujuan.”31

Seorang siswa akan terdorong oleh keinginan untuk belajar dan hal tersebut akan mengarah kepada motivasi untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Kegiatan-kegaitan belajar yang dilakukannya bertujuan untuk memperoleh prestasi, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kematangan dalam berfikir dna kecakapan dalam berbahasa.

Dengan demikian motivasi belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi pendorong berubahnya energi dalam diri (pribadi) seseorang yang dapat mempengaruhi, menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku manusia ke arah tujuan personal sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang baru melalui latihan, praktek, dan pengalaman.

30

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaun Persada, 2006), cet. Ke-1, h. 173

31

Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) h. 114

25

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat tertentu. Selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam, mungkin ada masalah pribadi, sakit, lapar dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena ia tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar.

Oleh karena itu, kegagalan belajar siswa jangan begitu saja ditimpahkan kepada siswa, mungkin saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat atau belajar. Jadi, tugas guru adalah bagaimana mendorong mendorong para siswa agar termotivasi untuk belajar.

Latar belakang siswa dengan status sosial ekonomi rendah mungkin penyebab rendahnya tingkat kecerdasan serta motivasi mereka. Tetapi mereka tetap memiliki peluang untuk berhasil apabila memiliki motivasi. Oleh karena itu, motivasi belajar harus menjadi bagian dari diri individu dan untuk pembentukan motivasi belajar tersebut hendaknya sejak awal siswa belajar di sekolah.

B. Kerangka Berpikir

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak, atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan sosial pertama-tama di dalam lingkungan keluarga. Dengan demikian, keluarga

adalah wadah pertama untuk bertanggung jawab bagi pendidikan anak-anaknya. Keluarga mempunyai banyak fungsi, salah satunya fungsi ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh anak-anaknya adalah pemenuhan kebutuhan sekolah. Karena tanpa dana yang mencukupi maka berbagai alat atau biaya administrasi tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu potensi atau kemampuan yang dimiliki anak tidak dapat tersalurkan dengan baik, sehingga dapat menghambat cita-cita anak.

Tampaknya hal ini dapat dianggap benar secara umum. Namun tidak menjadikan faktor ekonomi ini sebagai faktor mutlak yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena hal ini bergantung pada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam keluarganya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya, hal tersebut juga tidak menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Pada akhirnya, perkembangan sosial anak itu turut ditentukan pula oleh saling berpengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya sehingga tidak mudah pula untuk mementukan faktor mana yang menyebabkan kesulitan dalam perkembangan sosial seseorang yang pada suatu saat mengalami kegagalan.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan memerlukan berbagai fasilitas belajar yang pengadaannya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, faktor ekonomi sangat mempengaruhi kelangsungan pendidikan anak dan memotivasi belajar siswa, selain faktor-faktor pendorong lainnya.

Berdasarkan teori yang telah dijelaskan bahwa faktor ekonomi dapat memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa, karena dapat dipastikan anak mempunyai alat-alat yang cukup untuk balajar sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Dari kecendrungan di atas, kemungkinan ada pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar PAI siswa. Tetapi bisa jadi ekonomi bukanlah pendukung motivasi belajar, karena ada faktor lain yang

27

mempengaruhinya. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

C. Pengajuan Hipotesis

Untuk menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesis diantaranya:

Ha : adanya pengaruh positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

Ho : tidak adanya pengaruh positif yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait