• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Pestisida secara umum digolongkan kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda.

Dalam bidang perkebunan, pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan mengingat bahwa pestisida adalah bahan yang beracun. (Soetikno,1992)

Penggunaan pestisida di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagian besar pestisida digunakan dalam sektor pertanian dan perkebunan untuk mengendalikan jasad pengganggu yang dapat menurunkan hasil panen. Beberapa jenis pestisida digunakan juga untuk mengendalikan jasad pengganggu dan pembawa penyakit pada hewan ternak. (Soetikno,1992)

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika, pada saat ini tercatat sebanyak 2600 bahan aktif pestisida yang diperdagangkan di Negara ini. Dari jumlah ini, 575 berupa herbisida, 610 insektisida, 670 fungisida dan nematisida, 125 rodentisida, dan 600 jenis disinfektan.(Soetikno,1992)

Di Indonesia, kebutuhan akan pestisida juga meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bahan aktif yang beredar di

pasaran. Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan pekerja khususnya pada pekerja yang kontak langsung dengan pestisida, seperti pekerja penyemprot pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus pestisida terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian.

PT.Langkat Nusantara Kepong merupakan perusahaan yang memiliki 16 pekerja penyemprot pestisida. Setiap pekerja mempunyai basis borong pekerja sebanyak 12 pompa untuk 1 orang per hari. 1 pompa digunakan untuk menyiram sebanyak 8 pokok sawit.

Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan menimbulkan berbagai macam dampak diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya keracunan pada penyemprot pestisida khusunya di kebun kelapa sawit.

Pada perkebunan kelapa sawit di PT. Langkat Nusantara Kepong, beberapa pekerja penyemprot pestisida mengalami keracunan yang diakibatkan oleh bahan kimia yang terkandung dalam pestisida itu sendiri.

Efek keracunan yang dialami pekerja seperti mual, muntah, demam, pusing, iritasi pada mata, iritasi pada kulit, dan lain-lain. Adapun jenis pestisida yang digunakan oleh pekerja yaitu amiron, metsulindo, momento, kenlon, kenfosat, prima up, starlon dan trister.

Di kalangan pekerja penyemprot pestisida, kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya keracunan pestisida adalah faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal). Faktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, kadar

hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan, sedangkan faktor dari luar tubuh memiliki peranan yang besar.

Faktor dari luar tubuh antara lain banyaknya jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida, ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah angin. (dalam Rusli Asri Djau,2009)

Kesehatan Kerja merupakan masalah kesehatan yang makin penting. Menurut data International Labor Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Data ILO tahun 1999 menyebutkan bahwa penyebab utama kematian pada tenaga kerja adalah kanker akibat kerja (34%). (Aditama,2001)

Menurut WHO (World Health Organization) hanya sekitar 5 sampai 10% pekerja di negara berkembang dan 20% pekerja di negara industri mendapat pelayanan kesehatan yang memadai. WHO juga memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 25 juta kasus keracunan pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap hari. (Aditama,2001).

Kesehatan kerja adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerjaan dan kesehatan. Hubungan ini dapat terjadi dua arah. Arah pertama ialah bagaimana pekerjaan mempengaruhi kesehatan, sedangkan arah yang kedua ialah bagaimana kesehatan mempengaruhi pekerjaan. (Kuswadji,1996)

Dalam hal pertama dipelajari masalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam hal kedua dipelajari bagaimana pekerja yang sakit agar tetap dapat menjalankan pekerjaannya secara produktif. (Kuswadji,1996)

Kesehatan kerja mempunyai maksud memberikan perlindungan terhadap pekerja sekaligus melindungi aset perusahaan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya, serta sumber produksi dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien sehingga proses produksi berjalan dengan lancar.

Untuk menjamin kesehatan pekerja, PT.Langkat Nusantara Kepong telah melakukan pemeriksaan kesehatan yang diperuntukkan bagi pekerja, khususnya pekerja penyemprot pestisida. Pemeriksaan kesehatan di perusahaan ini dilakukan pada tanggal 18 Mei 2014 dan dilanjutkan kembali pada tanggal 8 Januari 2015. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan secara berkala, bertujuan untuk mengetahui gejala-gejala atau masalah kesehatan yang dialami pekerja serta agar diperoleh data kesehatan pekerja sebagai bentuk pendeteksian dini terhadap resiko paparan bahan kimia.

Pemeriksaan kesehatan berkala adalah rikes pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Sebagaimana disebutkan dalam PERMENAKERTRANS No.Per.02/MEN/1980 (Pasal 3 ayat 1), dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja, sesudah berada dalam

pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

Sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan UU No.36 Tahun 2009 pasal 85 yang menyebutkan bahwa : (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan. (2) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka terlebih dahulu.

Upaya kesehatan kerja dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi seperti evaluasi pemeriksaan kesehatan. Evaluasi pemeriksaan kesehatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, ditinjau dari segi kesehatan, mendeteksi gangguan kesehatan yang mungkin berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja, serta identifikasi penyakit akibat kerja. Berapa banyak pekerja yang terganggu kesehatannya akibat bahan beracun dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan. (Kuswadji,1996)

Berdasarkan pemaparan tersebut yang berkaitan dengan pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jelas tentang evaluasi hasil pemeriksaan kesehatan berkala terhadap pekerja penyemprot pestisida.

Dokumen terkait