• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok wanita tani yang sering disingkat KWT merupakan salah satu organisasi perempuan yang memiliki latar belakang mata pencarian yang sama. Kelompok ini menyatukan perempuan-perempuan menjadi satu organisasi dari pertanian, perkebunan maupun nelayan. Organisasi perempuan tani ini hadir mengingat Indonesia merupakan salah satu negara agraria yang mayoritas mata pencaharian masyarakatnya bersumber dari pertanian. Data BPS 2013 menunjukkan terdapat 26,14 juta rumah tangga usaha pertanian. Subsektor tanaman pangan 17,73 juta rumah tangga, holtikutura 10,60 juta rumah tangga, perkebunan 12,77 juta rumah tangga, peternakan 12,97 juta rumah tangga, perikanan kegiatan budidaya ikan 1,19 juta rumah tangga, perikanan kegiatan penangkapan ikan 0,86 juta rumah tangga, kehutanan 6,78 juta rumah tangga dan jasa pertanian 1,08 juta rumah tangga.

Kegiatan pertanian sering diindentikkan dengan kaum laki-laki, sehingga beberapa kelompok pertanian yang bersifat umum kebanyakan diikuti oleh laki-laki. Melihat kenyataan di lapangan bahwa yang berperan tidak hanya kaum laki-laki maka dibentuklah kelompok khusus untuk perempuan untuk mendongkrak kemauan maupun kemampuan para perempuan. Kelompok tani menurut Sri Nuryani (2012), merupakan titik penting untuk menjalankan dan menerjemahkan konsep hak petani dalam kebijakan, suatu strategi, dan program yang layak dalam satu kesatuan yang

utuh dan sebagai wadah transformasi dan pengembangan ke langkah operasional. Kelompok tani penting sebagai wadah pembinaan petani yang tergabung di dalamnya, sehingga dapat memperlancar pembangunan pertanian.

Keterlibatan perempuan yang lebih besar daripada laki-laki (PSG STAIN Pekalongan, 2010), menunjukkan bahwa perempuan juga berhak untuk dibina dan diberdayakan. Dengan ini pemeritah membuat wadah bagi kaum perempuan untuk berinteraksi bahkan menggali kemampuanya. Kelompok wanita tani yang merupakan bagian dari kelompok tani pada umumnya memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda. Tujuan dibentuknya kelompok tani maupun kelompok wanita tani adalah : a) meningkatkan jumlah kelompok tani, b) meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam menjalankan fungsinya dan c) mendorong kelompok tani meningkatkan kapasitasnya menjadi kelembagaan ekonomi petani. Tujuan kelompok tani terwujud salah satunya dengan menjalankan fungsinya. Terdapat tiga fungsi dari kelompok wanita tani yakni : a) fungsi sebagai kelas belajar, b) fungsi sebagai wahana kerjasama, dan c) fungsi sebagai unit produksi. Ketiga fungsi ini harus dilakukan dengan maksimal agar tercapai tujuan dibentuknya organisasi perempuan pertanian ini (Peraturan menteri pertanian No.82 tahun 2013, Bab II).

Desa Purba Hinalang merupakan salah satu desa di Kabupaten Simalungun tepatnya di Kecamatan Purba. Pekerjaan utama penduduknya adalah bertani, pekerjaan lainnya adalah supir, guru dan pedagang. Bertani merupakan pilihan masyarakat karena kondisi geografis desa yang mendukung, curah hujan yang merata hampir setiap tahun dan tanah humus hitam yang sangat subur untuk tanaman

palawija maupun beberapa tanaman keras tertentu. Adapun tanaman palawija yang umum di tanam adalah sayur-mayur, padi, jagung, cabe dan tanaman keras seperti kopi dan jeruk.

Berdasarkan pengamatan peneliti, perempuan-perempuan di Desa Purba Hinalang sangat dominan berperan di lahan pertanian yang disebut ladang. Laki-laki hanya berperan pada proses pemakaian alat-alat pertanian yang berat, alat berat dalam hal ini seperti traktor, pemakaian pompa air (perempuan juga sering menggunakannya) dan membawa hasil panen keluar dari ladang menuju kepada tokeh (tengkulak) jika pihak tokeh tidak menjemput ke ladang, selebihnya perempuan bersama anak-anaknya melakukan semua proses produksi ( tidak menutup kemungkinan laki-laki juga ikut). Sebelum kehadiran kelompok wanita tani, yang mengikuti kegiatan kelompok tani didominasi oleh kaum laki-laki kecuali suami atau anak laki-laki dari keluarga tidak ada. Ketika laki-laki mengadakan rapat atau kegiatan, para perempuan pergi ke ladang. Kebanyakan juga laki-laki menjadikan agenda kelompok tani sebagai alasan untuk tidak ke ladang, laki-laki yang belajar di kelompok tani tapi perempuan yang bekerja. Peneliti yang lahir di desa ini mengamati hal demikian dalam keseharian. Kelompok tani yang diikuti oleh kaum laki-laki juga tidak menutup kemungkinan memberi beberapa keuntungan, misalnya adanya pupuk gratis ataupun bibit gratis. Namun, yang mengerjakannya tetap saja kaum perempuan dan anak-anaknya yang kebetulan setiap pulang sekolah anak-anak selalu membantu orangtua di ladangnya masing-masing.

Pengalaman yang sekaligus pengamatan peneliti lainnya adalah perempuan yang jarang mengikuti kegiatan-kegiatan, salah satunya diikutsertakan dalam pengambilan keputusan di desa, meskipun ada beberapa perempuan yang ikut namun tetap tidak sebanding dengan kaum laki-laki. Kelompok doa lingkungan (masyarakat dominan beragama Kristen) merupakan kelompok yang diikuti sebanding antara laki-laki dan perempuan namun kehadiran selalu didominasi oleh perempuan. Selebihnya selalu didominasi oleh laki-laki kecuali kelompok PKK, kelompok PKK juga hadir setelah kelompok wanita tani. Beberapa alasan perempuan kurang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan atau kegiatan lainnya, selain memang sistem patrilineal yang mengakar dan diagung-agungkan, perempuan juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Kelemahan perempuan meliputi, tidak berani mengungkapkan pendapat, kurangnya informasi atau wawasan (hal ini dikarenakan kegiatannya hanya di ladang, merawat anak ataupun menyelesaikan tugas rumah) dan kurangnya percaya diri perempuan di depan publik maka sering menyuruh laki-laki yang mengikuti berbagai kegiatan.

Modal untuk bertani juga merupakan persoalan bagi petani. Tidak sedikit perempuan yang berpikir dan berusaha untuk mencari sendiri modal untuk bertani. Sebahagian masyarakat memperoleh modal dari Bank, namun harus menggunakan agunan sebagai jaminan sementara kebanyakan masyarakat tidak memiliki agunan atau ada juga masyarakat yang tidak memiliki surat sah kepemilikan atas hartanya. Hal demikian sangat menyulitkan masyarakat sehingga banyak masyarakat yang mau tidak mau meminjam kepada orang-orang yang meminjamkan uangnya dengan bunga

yang cukup besar bahkan ada yang meminjam dengan pihak tokeh dengan perjanjian hasil pertanian dijual kepada tokeh tersebut sehingga tidak jarang harga jual yang di berikan pihak tokeh kadang jauh di bawah dibandingkan tokeh lain yang menerima barang yang sama.

Melalui masuknya kelompok wanita tani dengan ketiga fungsinya yang telah disebutkan di atas, wanita di Desa Purba Hinalang mulai memiliki aktifitas lain selain ke ladang, beribadah, merawat rumah dan anak juga berbelanja mingguan. Kelompok tani mulai masuk di tahun 2011 pertama sekali dengan nama kelompok Riahta Tani kemudian disusul Marsiurupan Tani Sada dan yang terakhir Marsiurupan Tani Tolu. Kelompok wanita tani pertama, Riahta Tani mendapatkan penghargaan di tingkat kabupaten melalui rumah kacanya yakni proses stek kentang. Keberhasilan membuat kelompok lain untuk berlomba-lomba membuat rumah kaca, meskipun pada kelompok Marsiurupan tidak maksimal hasilnya. Dalam kelompok wanita tani, perempuan mulai belajar berbagai hal seperti, berkelompok, berpendapat, mengatur keuangan bahkan bersosialisasi. Kelompok wanita tani yang juga di back-up pemerintah memberikan dukungan dana kepada anggotanya berupa pinjaman dengan bunga rendah tanpa agunan. Konsekuensi unik yang diberikan kepada kelompok adalah jika pembayaran ditunggak meskipun dilakukan satu orang maka semua akan terkena akibatnya yakni pemerintah tidak akan memberikan pinjaman untuk tahap kedua. Keadaan ini tentu menciptakan masyarakat yang saling membantu, misalnya jika seseorang menunggak akan dibantu oleh anggota lainnya agar pinjaman tahap kedua yang nominalnya semakin besar tidak bermasalah.

Kehadiran kelompok wanita tani merupakan proses pemberdayaan perempuan-perempuan di wilayah pertanian. Pemberdayaan dalam hal ini merupakan usaha-usaha mengembangkan potensi yang ada dan dalam keadaan lemah menjadi kuat dan mampu untuk menghadapi setiap tantangan dalam usaha mencapai tujuan yang diharapkan. Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan masyarakat yang akan diberdayakan sangatlah penting. Program melibatkan masyarakat tersebut memiliki banyak tujuan yakni, agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, dan meningkatkan keberdayaan (empowring) masyarakat dengan pengalaman, melaksanakan dan mempertanggung jawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi (Kartasasmita, 1996:249). Pemberdayaan yang dilakukan oleh kelompok wanita tani di wilayah yang berbeda mendapatkan hasil yang berbeda pula. Menurut Ningsih (2011) dengan studi penelitian Kelompok Wanita Tani di Salatiga, wanita tani yang berada di kecamatan Tingkir, Kelurahan Sidorejo Kidul benar-benar mengaktualisasikan dirinya dengan bantuan-bantuan yang telah diberikan oleh pemerintah karena hal tersebut merupakan kesempatan yang sangat baik dan sangat bermanfaat. Kehadiran kelompok wanita tani di kelurahan Noborejo hasilnya kurang memuaskan, karena kurangnya pemahaman dan jiwa enterpreneurship yang lemah. Semua bantuan yang diberikan pemerintah tidak termanfaatkan dengan baik. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melihat fungsi kelompok wanita tani di Desa Purba Hinalang terhadap pemberdayaan sosial ekonomi perempuan.

Dokumen terkait