• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa (bukan bantuan Kepala Desa sebagaimana didalilkan Pemohon)

LEBIH SUBSIDAIR:

A. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa (bukan bantuan Kepala Desa sebagaimana didalilkan Pemohon)

20. Bahwa berkaitan dengan Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintahan Desa sebesar 14.379.626.673 yang terdapat dalam APBD TA.2010 dengan rincian dan penjelasan sebagai berikut: (Bukti PT-13)

20.1. Bantuan Keuangan Kepada Desa sebesar 12.890.926.673, adalah merupakan hak Pemerintah Desa yang langsung masuk dalam Kas Desa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 07 tahun 2006 tentang Alokasi Dana Desa. Peraturan Daerah tersebut berupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dimana dalam Pasal 68 menegaskan bahwa: (1) Sumber pendapatan desa terdiri atas :

a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;

b. bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa;

c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa; d. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;

e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. (2) Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d disalurkan melalui kas desa.

(3) Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

Selanjutnya pada Pasal 72 Ayat (1) mengamanatkan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber pendapatan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. (Bukti PT-14)

21.2. Bahwa Insentif RW 433 orang Rp.398.000.000., insentif RT.1193 orang Rp.715.800.000.,insentif kader posyandu 1560 orang (bukan 1580 orang sebagaimana didalilkan Pemohon) Rp.187.200.000., Operasional LPMD/K untuk 70 Desa/Kelurahan Rp.187.000.000. Penempatan insentif bagi RW,RT,Kader Posyandu,LPMD/LPMK dalam mata anggaran Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa semata-mata didasarkan pada aspek teknis penganggaran, karena pertimbangan bahwa RT/RW,Kader Posyandu,LPMD/K adalah bahagian penting dari penyelenggaraan pemerintahan di desa yang diharapkan berperan aktif didalam penyelenggaraan pemerintahan di desa serta diharapkan mampu menggerakkan dan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan di desa.

21.3. Bahwa dalil Pemohon yang mengatakan pencairan insentif tersebut dilakukan tanpa melalui proses administrasi keuangan (tanpa SK Bupati sebagai dasar SPMU dan SPP) adalah tidak benar dan tidak berdasar fakta, karena berkaitan dengan Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa, Bupati tidak punya kewenangan untuk menunda apalagi membatalkan pencairannya sepanjang telah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk itu, karena hal itu sudah menjadi hak Pemerintah Desa yang telah ditetapkan dalam APBD yang akan digunakan guna membiayai penyelenggaran pemerintahan desa. Oleh karena itu Pihak Terkait dalam kapasitasnya sebagai Kepala Daerah telah mengeluarkan Keputusan Bupati Soppeng masing-masing :

1. Nomor : 258/V/2010/ tentang Alokasi Bantuan Keuangan Kepada LPMD/LPMK se-Kabupaten Soppeng, bertanggal 24 Mei 2010; (Bukti PT-15)

2. Nomor : 259/V/2010/ tentang Alokasi Bantuan Keuangan Kepada Kader Posyandu se-Kabupaten Soppeng, bertanggal 24 Mei 2010; (Bukti PT-16)

3. Nomor: 260/V/2010 tentang Alokasi Bantuan Keuangan Kepada RT/RW se Kabupaten Soppeng, bertanggal 24 Mei 2010; (Bukti PT-17)

4. Nomor :06/PER-BUP/III/2009 tentang Pengelolaan Belanja Bantuan Keuangan Kabupaten Soppeng, bertanmggal 03 Maret 2009; (Bukti PT-18)

21.4. Bahwa APBD Kabupaten Soppeng TA.2010 baru ditetapkan pada Bulan Maret 2010,dimana sesuai dengan ketentuan seharusnya ditetapkan pada Bulan Desember 2009, maka kondisi seperti itu tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang normal. Sehingga dengan sendirinya semua dokumen administrasi yang harus dibuat atau dikeluarkan dalam rangka pengelolaan keuangan daerah mengalami pergeseran waktu pula. Adapun dokumen yang harus dibuat antara lain Peraturan Bupati tentang Penjabaran APBD,penyusunan dan penetapan Dokumen Pelaksanaan Anggaran masing-masing SKPD, penyusunan Anggaran Kas masing-masing SKPD, Penyusunan dan Penetapan baik berupa Keputusan Bupati,Keputusan Pengguna

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tentang Pembentukan Panitia kegiatan(bila berbentuk kegiatan), Surat Penyediaan Dana (SPD), penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

21.5. Bahwa tidak benar dalil Pemohon dalam Permohonan a quo (vide halaman 12 -13 point 3) yang menyebut pembayaran insentif dilakukan secara rapelan, sebagai sebuah modus kampanye gelap yang berlindung dibalik kebijakan, adalah sangat keliru.

21.6. Bahwa kekeliruan dan ketidak tahuan Pemohon disebabkan oleh karena APBD Kabupaten Soppeng TA.2010 baru disetujui oleh DPRD Kabupaten Soppeng pada Bulan Maret 2010 yang berarti telah berada pada akhir triwulan I, sehingga triwulan I terlampaui pembayarannya. Oleh karena itu, maka untuk pembayaran triwulan I tentu harus tetap dibayarkan kepada yang berhak sekaligus bersamaan dengan triwulan II, demikian seterusnya apabila Triwulan I,II tidak dapat dibayarkan secara tepat waktu maka harus dibayarkan sekaligus mulai Triwulan I,II dan sekaligus Triwuan III, demikian seterusnya. Kecepatan dan ketepatan waktu pembayaran hanya dapat dilakukan apabila semuanya berjalan normal yang diawali dengan ketepatan waktu penetapan APBD;

21.7. Bahwa di dalam struktur belanja APBD sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disebutkan beberapa jenis belanja antara lain Belanja Bantuan Keuangan, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Subsidi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalil Pemohon bahwa Pihak Terkait telah melanggar Surat Edaran Mendagri Nomor 270/214/SJ Perihal Akuntabilitas Transparansi Pelaksanaan Pemilukada Tahun 2010, bertanggal 25 Januari 2010 adalah tidak benar dan tidak berdasar sama sekali. Justru karena penghormatan terhadap Surat Edaran Mendagri tersebut Pihak Terkait pada berbagai kesempatan mengeluarkan Statemen dan bahkan dimuat di media massa antara lain ditegaskan bahwa “tidak akan menyetujui pencairan Bantuan Sosial hingga setelah pelaksanaan Pemilukada, kecuali terhadap 3 (tiga) komponen yaitu rekening listrik

dan air asrama mahasiswa, penyelesaian studI mahasiswa serta Pra Porda“; (Bukti PT-19)

21.8. Bahwa tidak benar dalil pemohon dalam permohonanya (vide halaman 11 point 1) yang mengaitkan antara Bantuan Keuangan Negara Kepada Aparat Perangkat Desa dihubung-hubungkan dengan Pemilu Kada Soppeng 2010. Sebab antara keduanya adalah hal yang sangat berbeda dan tidak mempunyai hubungan sama sekali.

21.9. Bahwa jika dalil seperti yang disebut Pemohon dalam Permohonan a quo dibenarkan, maka semua kegiatan dinas yang dilakukan oleh Pihak Terkait, bisa saja dipolitisasi dan digolongkan sebagai upaya yang dilakukan untuk menarik dukungan dan simpati. Padahal Pihak Terkait sedang melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Bupati;

B. Belanja Bantuan Sosial Kepada Pemilik Kios dan Lods Pedagang Pasar