BAB II ELAKSANAAN ANGGARAN
B. Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran
Dalam melaksanakan tugas kebendaharaan terkait dengan pelaksanaan DIPA, Sekretaris Jenderal KPU RI, Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh, Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota selaku KPA mengangkat 1 (satu) orang Bendahara Pengeluaran pada masing-masing satuan kerja pada setiap awal tahun anggaran.
Dalam hal terdapat keterbatasan pegawai/pejabat yang akan ditunjuk sebagai Bendahara Pengeluaran, KPA dapat menetapkan 1 (satu) orang Bendahara Pengeluaran untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA/satuan kerja.
Bila pada awal tahun anggaran tidak terjadi penggantian Bendahara Pengeluaran, maka penetapan Bendahara Pengeluaran Tahun Anggaran yang lalu tetap berlaku. KPA wajib menyampaikan pemberitahuan jika terjadi penggantian/tidak terjadi penggantian Bendahara Pengeluaran kepada Kuasa BUN (KPPN). Penetapan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran dan bila yang bersangkutan purnabakti/alih tugas/mengundurkan diri/diberhentikan, maka yang bersangkutan tetap bertanggung jawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi dan pelaporan keuangan yang masih menjadi tanggung jawabnya.
Bendahara Pengeluaran Satker KPU RI bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran (uang yang dikelolanya dan berada dalam penguasaannya) kepada Sekretaris Jenderal KPU selaku KPA. Bendahara Pengeluaran Satker KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap pelaksanaan anggaran (uang yang dikelolanya dan berada dalam penguasaannya) kepada Sekretaris KPU Provinsi, Sekretaris KPU Kabupaten/Kota selaku KPA.
2. Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Guna membantu kelancaran tugas dan kegiatan, Sekretaris Jenderal KPU RI selaku KPA, Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh dan Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota dapat mengangkat 1 (satu) atau lebih BPP dengan keputusan dan mempertimbangkan:
a. terdapat kegiatan yang lokasinya berjauhan dengan tempat kedudukan BP; dan
b. beban kerja BP yang sangat berat berdasarkan penilaian Kuasa PA.
BP dan BPP tidak boleh saling merangkap, dikecualikan dalam pengelolaan dana hibah Pemilihan terdapat keterbatasan sumber daya manusia dengan ketentuanBP satuan kerja KPU/KIP Kabupaten/Kota yang tidak mengelola dana Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakil Walikota dapat ditunjuk sebagai BPP dalam mengelola dana hibah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur. Penunjukan BPP tersebut dilakukan oleh KPA KPU Provinsi/KIP Aceh setelah mendapat usul dari Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota.BPP bertanggungjawab kepada BP dalam pelaporan dan pertanggungjawaban penggunaan dananya.
3. Persyaratan Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
Persyaratanyang harus dipenuhiuntuk ditunjuk sebagai BP dan BPP:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. sehat jasmani dan rohani;
c. memiliki akhlak yang baik/integritas moral;
d. jujur dan dapat dipercaya;
e. memiliki disiplin tinggi;
f. memiliki pengetahuan, pengalaman dan sertifikat keahlian bendahara; dan
g. golongan minimal II/b atau sederajat.
4. Bendahara Pengeluaran KPU RI, KPU Provinsi/KIP Aceh, KPU/KIP Kabupaten/Kota melaksanakan tugas kebendaharaan atas uang/surat berharga yang berada dalam pengelolaannya, yang meliputi:
a. uang/surat berharga yang berasal dari UP dan Pembayaran LS melalui Bendahara Pengeluaran; dan
b. uang/surat berharga yang bukan berasal dari UP, dan bukan berasal dari Pembayaran LS yang bersumber dari APBN.
5. Tugas Bendahara Pengeluaran, meliputi:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah PPK;
c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan;
d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan Negara dari pembayaran yang dilakukannya;
e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke kas negara;
f. mengelola rekening tempat penyimpanan UP; dan
g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN.
6. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran setelah melakukan pengujian atas perintah pembayaran yang meliputi:
a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK:
1) kuitansi;
2) faktur dan surat setoran pajak; dan
3) dokumen lainyang menjadi dasar hak tagih.
b. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih:
1) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran;
2) nilai tagihan yang harus dibayar;
3) perhitungan pajak dan bukan pajak;
4) perhitungan atas kewajiban lainnya yang berdasarkan ketentuan dibebankan kepada penagih;
5) jadwal waktu pembayaran;
6) menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
c. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen perjanjian/kontrak;
d. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran (akun 6 digit).
Bendahara Pengeluaran KPU RI, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota mengelola dana UP/GUP yang diterima dan TUP yang telah mendapat persetujuan Kuasa BUN (KPPN) digunakan untuk kelancaran kegiatan operasional sehari-hari.
Selain menerima dan mengelola UP/TUP/GUP, Bendahara Pengeluaran KPU RI, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota juga menerima dan mengelola uang yang berasal dari:
1. kas negara yang berasal dari SP2D yang ditujukan kepadanya antara lain SP2D Honor Pokja/Tim Kerja;
2. uang berasal dari potongan atas pembayaran yang dilakukannya antara lain pajak yang dipungut;
3. uang dari sumber lainnya menjadi milik negara antara lain uang yang berasal dari denda wanprestasi, uang yang berasal dari pengembalian belanja.
Uang yang dimaksud pada angka 2 dan angka 3 di atas tidak dapat digunakan untuk keperluan apapun dan dengan alasan apapun. Bendahara Pengeluaran KPU RI, KPU Provinsi/KIP Aceh, dan KPU/KIP Kabupaten/Kota menyetorkan uang yang dimaksud pada poin 2 dan 3 di atas kepada Kas Negara selambat – lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya.
Atas pelaksanaan pembayaran, Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Pada akhir tahun anggaran Bendahara Pengeluaran wajib menyetorkan seluruh sisa UP/TUP kepada Kas Negara dengan menggunakan SSBP.
Penggunaan/pencairan UP/TUP yang dikelola oleh BP dan BPP dilakukan atas perintah dari PPK dan tidak diperkenankan dilakukan atas perintah pejabat siapapun (KPA/Komisioner).
Pencairan UP/TUP dilakukan dengan menggunakan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang diterbitkan oleh PPK. Dalam rangka pembayaran oleh bendahara atas SPBy dimaksud dilampiri dengan bukti pengeluaran yang sah sesuai ketentuan.
Dalam hal pembayaran yang dilakukan oleh BP merupakan uang muka kerja maka SPBy yang diterbitkan harus dilengkapi dengan daftar nominatif yang berisi rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran, rincian kebutuhan dana dan batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja yang ditandatangani oleh PPK.
BP berhak menolak perintah bayar dari PPK bila tidak dapat memenuhi kelengkapan atau persyaratan yang telah diatur.
Pertanggungjawaban atas penerbitan SPBy uang muka kerja dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pelaksanaan kegiatan/pembayaran dilakukan.
BP wajib menyampaikan pemberitahuan kepada PPK dengan disertai tembusan kepada KPA, bila sampai dengan batas waktu yang telah disepakati PPK belum mempertanggungjawabkan uang muka kerja yang telah diterima.
MEKANISME PENCAIRAN UANG DI BP/BPP
1 PENCAIRAN SPBy/UMK
2 PENCAIRAN LS/GUP/PTUP
C. Pembukaan dan Penutupan Rekening Pemerintah (Bendahara