• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Fungsi normal gigi Edentulous orang dg protesa

Umur (tahun) 12 100,0 0,0 0,0 15 100,0 0,0 9,5 18 100,0 0,0 0,0 35 – 44 98,1 0,1 2,0 65 + 48,0 10,9 10,7 Jenis kelamin Laki-laki 94,7 0,8 3,2 Perempuan 93,5 0,8 2,7 Tipe daerah Perkotaan 95,1 0,8 4,4 Perdesaan 93,7 0,8 2,1

Tingkat pengeluaran perkapita

Kuintil 1 93,4 1,1 3,8

Kuintil 2 93,9 1,0 0,0

Kuintil 3 94,1 0,7 3,0

Kuintil 4 94,6 0,4 2,4

Kuintil 5 94,3 0,8 5,3

Berdasarkan informasi yang disajikan pada tabel 3.5.4.16 dapat dilihat bahwa penurunan fungsi normal gigi sudah terjadi mulai umur 35 tahun, pada umur 65 tahun keatas fungsi normal gigi sudah sangat jauh menurun, yaitu sekitar <50%. Hanya 0,1% orang pada kelompok umur 35 – 44 tahun yang telah kehilangan gigi aslinya, meningkat tajam pada kelompok umur diatasnya (10,9%). Orang yang memakai protese juga paling banyak ditemukan pada kelompok umur 65 tahun keatas diikuti dengan kelompok umur 15 tahun.

Pada laki-laki dan penduduk yang tinggal di perkotaan lebih banyak yang masih memiliki gigi yang berfungsi normal dan menggunakan protesa dibandingkan dengan perempuan dan penduduk yang tinggal di perdesaan, tidak terdapat perbedaan jumlah berdasarkan jenis kelamin dan kriteria tipe daerah yang telah kehilangan gigi asli.

Tidak terdapat pola yang jelas antara tingkat pengeluaran perkapita perbulan dengan persentase jumlah fungsi gigi normal dan pemakaian protesa. Mayoritas penduduk di masing-masing kuintil masih memiliki fungsi normal gigi, sedangkan pemakaian protesa lebih banyak terjadi pada kelompok kuintil 5. Persentase penduduk yang telah kehilangan gigi asli berbanding terbalik dengan peningkatan pengeluaran perkapita perbulan.

3.6. Cedera dan Disabilitas

3.6.1. Cedera

Kasus cedera Riskesdas 2007 diperoleh berdasarkan wawancara. Cedera yang ditanyakan adalah yang dialami responden selama 12 bulan terakhir dan cedera yang dimaksud dalam Riskesdas 2007 adalah kecelakaan atau peristiwa yang sampai membuat kegiatan sehari-hari responden menjadi terganggu.

Tabel 3.6.1.1 memberikan gambaran bahwa prevalensi tertinggi penduduk yang mengalami cedera terdapat di Kabupaten Lebong (17,3%) sedangkan yang terendah terdapat pada Kabupaten Bengkulu Utara (2,1%). Apabila dibandingkan dengan angka prevalensi provinsi (9,0%), maka Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Lebong dan Kota Bengkulu mempunyai prevalensi cedera yang lebih tinggi dari prevalensi cedera propinsi. Sementara untuk urutan penyebab cedera terbanyak yaitu jatuh, kecelakaan transportasi darat dan terluka benda tajam/tumpul. Sedangkan untuk penyebab cedera yang lain bervariasi tetapi Persentasenya kecil atau sedikit. Persentase jatuh paling besar terdapat di Kabupaten Lebong (65,3%) dimana Persentasenya lebih besar dibanding angka propinsi (50,2%). Persentase kecelakaan transportasi darat terbanyak di Kabupaten Muko-muko (54,7%) menunjukkan Persentase yang jauh lebih besar dari angka propinsi (44,2%). Adapun untuk Persentase terluka benda tajam/tumpul paling tinggi terdapat di Kabupaten Seluma (37,9%) melebihi angka Persentase propinsi yaitu sebesar 15,0%. Sedangkan penduduk yang mengalami cedera karena kecelakaan transportasi di laut hanya ada di Kabupaten Muko-muko.

Pada tabel 3.6.1.2 menunjukkan bahwa pada kelompok umur 15 – 24 tahun merupakan kelompok umur paling tinggi prevalensi yang mengalami cedera (13,6%) dibandingkan dengan kelompok umur lainnya kemudian diikuti oleh kelompok umur 5-14 tahun dan 75 tahun keatas (masing-masing sebesar 8,8%). Adapun untuk penyebab cedera jatuh menunjukkan Persentase yang besar hampir disemua kelompok umur, kecuali pada umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun dan Persentase tertinggi terdapat pada kelompok umur < 1 tahun. Persentase penyebab cedera akibat kecelakaan transportasi darat yang tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun (73,1%). Penyebab cedera karena jatuh tampak didominasi oleh kelompok anak-anak dan orang lanjut umur. Persentase tertinggi karena terluka benda tajam/tumpul ada di kelompok umur 75 tahun keatas. Prevalensi cedera berdasarkan jenis kelamin, tampak bahwa pada laki-laki yang mengalami cedera (12,9%) lebih banyak daripada perempuan. Berdasarkan penyebabnya juga terlihat bahwa hampir semua penyebab cedera mempunyai Persentase yang lebih tinggi pada kelompok laki-laki dibandingkan dengan perempuan kecuali cedera karena jatuh, terluka benda tajam/tumpul dan terbakar/terkurung asap Pada penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SMA menduduki posisi pertama (11,2%) untuk prevalensi cedera dan terendah pada penduduk yang tidak sekolah dan tamat SD (8,3%). Penyebab cedera karena kecelakaan transportasi darat prevalensi tertinggi pada tingkat pendidikan tamat SMA (65,7%). Sedangkan yang mengalami kecelakan transportasi di udara hanya terjadi pada kelompok penduduk berpendidikan tamat SMA dan PT. Adapun untuk prevalensi penyebab cedera jatuh terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin kecil prevalensi penduduk yang jatuh. Penyebab cedera karena terluka benda tajam/tumpul lebih bahyak terjadi pada kelompok penduduk yang tidak tamat SD (22,9%).

Penduduk dengan pekerjaan sebagai pegawai (negeri/POLRI) memiliki persentase paling banyak yang mengalami cedera (11,9%) dibandingkan dengan penduduk yang bekerja selain sebagai pegawai atau penduduk yang masih sekolah. Pada kelompok penduduk dengan pekerjaan berwiraswasta mempunyai Persentase mengalami kecelakaan transportasi darat tertinggi (69,8%). Pada kelompok ibu rumah tangga mempunyai Persentase terbesar cedera karena jatuh (54,4%) sedangkan cedera karena

terluka benda tajam/tumpul lebih banyak terjadi pada penduduk yang bekerja sebagai petani/nelayan/buruh (26,7%).

Prevalensi penduduk di perkotaan lebih banyak yang mengalami cedera (12,9%) dibandingkan dengan penduduk di perdesaan. Persentase di perkotaan yang cedera karena kecelakaan transportasi di darat (50,4%) dan jatuh (54,5%) lebih banyak dibandingkan dengan Persentase penduduk di perdesaan, sedangkan yang terluka karena benda tajam/tumpul lebih bayak terjadi pada penduduk di perdesaan daripada di perkotaan.

Penduduk dengan tingkat pengeluaran perkapita perbulan berada pada kuintil 1 merupakan kelompok penduduk dengan Persentase erbanyak yang mengalami cedera (10,5%). Berdasarkan penyebab cedera karena kecelakaan transportasi di darat terlihat meningkat persentasenya seiring dengan bertambah tingginya tingkat pengeluaran perkapita perbulan, tetapi jika dilihat penyebab cedera karena terjatuh dan terluka benda tajam/tumpul berbanding terbalik dengan peningkatan tingkat pengeluaran perkapita perbulan.

Pembagian kategori bagian tubuh yang terkena cedera didasarkan pada klasifikasidari ICD-10 (The Tenth Revision of the International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems ) yang dikelompokkan ke dalam 10 kelompok yaitu bagian

kepala; leher; dada; perut dan sekitarnya (perut,punggung, panggul); bahu dan sekitarnya (bahu dan lengan atas); siku dan sekitarnya (siku dan lengan bawah); pergelangan tangan dan tangan; lutut dan tungkai bawah; tumit dan kaki. Responden pada umumnya mengalami cedera di beberapa bagian tubuh (multiple injury).

Tabel 3.6.1.3 menyajikan informasi mengenai bagian tubuh yang terkena cedera. Persentase bagian tubuh yang terkena cedera pada penduduk Provinsi Bengkulu paling tinggi adalah lutut dan tugkai bawah (36,6%), selanjutnya diikuti dengan bagian tubuh pergelangan tangan dan tanga (27,7%),, tumit dan kaki (25,8%); dan siku, lengan bawah (20,7%).

Cedera di bagian lutut dan tungkai bawah paling banyak terjadi pada penduduk di Kabupaten Kaur (50,0%), cedera pada bagian pergelangan tangan dan tangan tertinggi terjadi di Kabupaten Bengkulu Selatan (46,9%) dan cedera di bagian tumit dan kaki lebih banyak terjadi pada penduduk di Bengkulu Utara (33,1%).

Tabel 3.6.1.1

Prevalensi Cedera dan Persentase Penyebab Cedera menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu, Riskesdas 2007

Kabupaten/

Dokumen terkait