• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Badan Hukum

Dalam dokumen ASPEK HUKUM DALAM BISNIS (Halaman 33-0)

BAB 3 BENTUK BADAN HUKUM

B. Bentuk-Bentuk Badan Hukum

1. Koperasi (Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992) English : Cooperatif, Belanda : Cooperatie

Artinya kerja sama yang terjadi antara beberapa orang untuk mencapai tujuan yang sama, yang sulit dicapai secara perorangan.

Tujuan yang sama itu ialah kepentingan ekonomi untuk meningkatan kesejahteraan bersama. Kerjasama itu misalnya : kegiatan bidang produksi, konsumsi, jasa, perkreditan.

Ciri-ciri Koperasi jika ditinjau dari 2 segi yaitu :

SEGI EKONOMI SEGI HUKUM ber-sama-sama atau individu adalah memajukan

kesejahteraan bersama den-gan tindakan bersama secara kekeluargaan

Apabila perkumpulan yang memiliki ciri khusus tersebut didaftarkan, seh-ingga memperoleh penga-kuan sah dari pemerintah berdasarkan Undang-Un-dang RI Perkoperasian

3

Alat untuk mencapai tujuan itu adalah badan usaha yang dimiliki, dibiayai, dike-lola, bersama

Koperasi adalah badan hu-kum. Hal ini diatur dalam Undang-Undang RI ps. 9 Dasar Hukum Koperasi adalah Pasal 33 : 1 Undang-Undang RI Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas azas kekeluargaan.

Penjelasan pasal 33 mencantumkan dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh dan untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat. Penjabaran lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang RI Dasar Negara Republik Indonesia 1945 No. 25/1992 LN Tahun. 1992 No. 116, 21 Oktober 1992 Undang-Undang RI tentang Koperasi.

Landasan Koperasi adalah Pancasila dan Undang-Undang RI Dasar Negara Republik Indonesia 1945 berdasarkan atas asas kekeluargaan (pasal 2).

Tujuan Koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang RI Dasar Negara Republik Indonesia 19451945 (pasal 3).

Asas Koperasi menempatkan eksistensinya yang memiliki karak-teristik tersendiri. Beberapa prinsip dasar yang harus dipatuhi anggota (pasal 5 : 1) antara lain :

a) Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka b) Pengelolaan koperasi dilakukan secara demokratis

c) Pembagian SHU dilakukan adil dan sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggota

d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

Macam koperasi ada 2 yaitu :

a) Koperasi Primer. Didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang, dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang.

b) Koperasi Sekunder. Didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi, dibentuk sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi.

Syarat Pendirian Koperasi :

a) Rapat pembentukan Koperasi b) Surat permohonan pengesahan

c) Pengesahan akta pendirian oleh pejabat d) Pendaftaran akta pendirian

e) Pengiriman akta pendirian kepada pendiri f) Pengumuman dalam Berita Negara

Setiap akta pendirian yang sudah disahkan itu diumumkan oleh Pejabat dengan menempatkan dalam Berita Negara. tetapi pengesahan sebagai badan hukum sejak pengesahan akta pendirian, bukan sejak diumumkan dalam Berita Negara.

2. Yayasan (Undang-Undang RI RI No. 16 tahun 2001)

Sebelum dimuat pada Undang-Undang RI , yayasan hanya berdasarkan atas kebiasaan dan yurisprudensi Mahkamah Agung.

Yayasan yang ada saat ini merupakan peninggalan pemerintah Belanda. Di Belanda disebut Stichting yang bersifat sosial dan bertujuan idealis.

Menurut Undang-Undang RI : Yayasan adalah badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota

a) Organisasi Yayasan terdiri dari Pembina, Pengurus dan Pengawas.

b) Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian yayasan sebagaimana dimaksud, memperoleh pengesahan dari menteri.

c) Pengesahan dimaksud ditujukan oleh pendiri atau kuasanya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada menteri.

d) Pengesahan dimaksud diberikan paling lambat 30 hari, terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

e) Anggaran Dasar Yayasan ‘dapat diubah’ kecuali mengenai maksud dan tujuan yayasan.

f) Perubahannya hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan rapat ‘Pembina’ .

g) Laporan pengurus yayasan paling lambat 5 bulan setelah tahun buku ditutup.

Dalam hal diperlukan pertimbangan sebagaimana dimaksud, pengesahan diberikan atau tidak diberikan dalam jangka waktu :

a. Paling lambat 14 hari sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan diterima dari instansi terkait.

b. Setelah lewat 30 hari sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan kepada instansi terkait tidak diterima.

Pemeriksaan terhadap yayasan perlu segera dilaksanakan dalam rangka untuk mendapatkan data atau keterangan jika terdapat dugaan sebagai berikut :

a. Bahwa organ yayasan melakukan perbuatan melawan hukum atau bertentangan dengan Anggaran Dasar.

b. Lalai dalam melaksanakan tugansya

c. Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan atau pihak ketiga

d. Melakukan perbuatan yang merugikan negara

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud di atas hanya dapat dilakukan berdasarkan Penetapan Pengadilan atas permohonan tertulis pihak ketiga yang berkepentingan disertai alasan. Namun Pengadilan dapat menolak atau mengabulkan permohonan sebagaimana dimaksud di atas. Perbuatan hukum penggabungan yayasan dapat dilakukan atas usul pengurus kepada pembina.

Penggabungan dimaksudkan adalah penggabungan dengan yayasan lain atau lebih yang mengakibatkan yayasan yang menggabungkan diri menjadi bubar.

Penggabungan yayasan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan rapat pembina yang dihadiri oleh panitia sedikit ¾ dari jumlah anggota pembina dan disetujui paling sedikit oleh ¾ jumlah pembina yang hadir.

Bubarnya yayasan dikarenakan :

1) Jangka waktu yang ada dalam yayasan telah berakhir;

2) Tujuan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai;

3) Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan ;

a) Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;

b) Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit;

c) Harta kekayaan yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah pernyataan pailit dicabut.

Fenomena ditahun 2009 yang menarik adalah dengan diundangkannya oleh Pemerintah yaitu undang- Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Terjadi polarisasi antara tugas pokok dan fungsi yayasan yang selama ini telah menjamur di negeri ini khususnya yayasan yang mengelola pendidikan.

Semangat bahwa yayasan merupakan sekumpulan orang yang ingin mengimplementasikan sebagian dananya untuk kegiatan sosial kadangkala berbanding terbalik dengan praktek dilapangan yang justru menjadikan yayasan sebagai alat untuk memperkaya perseorangan melalui badan usaha yayasan. Disisi lain semangat penyelamatan atas dunia pendidikan membawa sebuah desain baru yakni memisahkan secara tegas antara eksistensi Badan Hukum Pendidikan serta yayasan.

3. Perseroan Terbatas (PT) dalam Undang-Undang RI RI No.1/1995 jo 40/2007)

Ketentuan Umum :

1 Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah Badan Hukum yang didirikan

2) Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi & Komisaris

3) RUPS adalah organ Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi & Komisaris.

4) RUPS adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

5) Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasehat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.

6) Perseroan Terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan peraturan perUndang-Undang RI an di bidang pasar modal.

7) Menteri adalah menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Cara Mendirikan Perseroan terbatas :

1) PT didirikan oleh 2 orang atau lebih dengan akta pendirian dibuat dimuka Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

2) PT. Memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian dibuat oleh Notaris, kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman.

Unsur-unsur dalam Anggaran Dasar (AD) Perseroan Terbatas (Pasal 12, Undang-Undang RI RI Nomor 1 Tahun 1995).

1) Nama dan tempat kedudukan perseroan

2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan 3) Jangka waktu berdirinya perseroan

4) Besarnya jumlah modal, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor.

5) Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham (bila ada), hak-hak yang melekat pada setiap saham dan nilai nominal pada setiap saham dan nilai nominal pada setiap saham.

6) Susunan, jumlah dan nama anggota Direksi dan Komisaris 7) Penetapan tempat dan tata cara penetapan RUPS.

8) Tata cara pemilihan, pengangkatan penggantian dan

9) Tata cara penggunaan laba an pembagian deviden

10) Ketentuan-ketentuan lain menurut Undang-Undang RI Wajib Daftar PT dalam Daftar Perusahaan

1) Akta Pendirian beserta surat pengesahan Menteri Ke-hakiman.

2) Akta Perubahan AD beserta surat persetujuan Menteri kehakiman atau Akta Perubahan AD beserta laporan kepada menteri Kehakiman.

Selain didaftarkan, PT wajib mengumumkan dalam Tambahan Berita Acara Negara Republik Indonesia menurut Undang-Undang RI Perseroan Terbatas (UUPT). Permohonan pengumuman dilakukan oleh Direksi dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.

Modal Dasar Perseroan

a) Modal Dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Saham dapat dikeluarkan atas nama dan atau atas tunjuk.

b) Saham atas nama adalah saham yang mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya.

c) Saham atas tunjuk adalah saham yang tidak mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya.

Besar Modal Dasar PT :

a) Modal Dasar perseroan paling sedikit Rp. 20.000.000,-b) Modal yang ditempatkan / disanggupi, sekurang-kurangnya

25% dari Modal Dasar

c) Modal yang disetor paling sedikit 50% dari Modal yang ditempatkan.

Saham

Saham dalam bahasa Indonesia disebut Andil. Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak kepemilikan kepada pemegangnya (pasal 54 : 1, Undang-Undang RI RI No.1 Tahun 1995). Kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya. Hak tersebut dapat dipertahankan terhadap setiap orang.

Penyetor atas saham dapat dalam bentuk lain, dengan penilaian harta ditetapkan oleh ahli yang tidak terikat pada perseroan.

Penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak harus diumumkan dalam 2 surat kabar harian.

Penjelasan tentang nilai nominal saham :

a. Nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata uang RI.

b. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan c. Saham atas tunjuk hanya dapat dikeluarkan apabila nilai

nominal saham atau nilai yang di perjanjian disetor penuh.

Pemegang saham : berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke Pengadilan Negeri.

Isi gugatan pada dasarnya permohonan untuk :

a. Agar perseroan menghentikan tindakan yang merugikan tersebut.

b. Perseroan mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengatasi akibat yang sudah timbul

c. Perseroan mengambil langkah-langkah untuk mencegah tindakan serupa dikemudian hari.

Laporan Tahunan dan Penggunaan Laba

Direksi mengajukan Laporan Tahunan kepada RUPS dalam waktu 5 bulan setelah tahun buku perseroan ditutup. Isi laporan Tahunan antara lain :

a. Perhitungan Tahunan : Neraca Akhir, Laba Rugi dan penjelasannya. Dibuat sesuai Standart Akuntansi keuangan (SAK).

b. Neraca Gabungan dan Neraca masing-masing perseroan c. Laporan keadaan, jalannya perseroan serta hasil yang dicapai

d. Kegiatan utama perseroan dan perusahaan selama tahun buku

e. Rincian masalah selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan perseroan

f. Nama anggota Direksi dan Komisaris

g. Gaji dan Tunjangan lain untuk Direksi dan Komisaris Laporan tahunan ditandatangani oleh semua Direksi dan Komisaris

Rapat umum pemegang saham sebagai organ perseroan yang memiliki kekuatan tertinggi, dapat dilangsungkan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mewakili lebih ½ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah, kecuali UUPT atau Anggaran Dasar menentukan lain.

Direksi dan Komisaris

Direksi dalam PT diatur pada pasal 1 butir 4 jo Pasal 79 : 1 UUPT, “Kepengurusan perseroan dilakukan oleh Direksi”. Secara singkat tugas Direksi PT adalah :

a. Wakil PT di dalam dan di luar pengadilan b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tujuan PT

c. Wajib membuat Daftar pemegang saham

Perseroan memiliki Komisaris yang berwenang dan kewajibannya ditetapkan dalam AD (Pasal 94 ayat (1) UUPT). Komisaris bertugas mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada Direksi (67 UUPT). Selanjutnya Pasal 98 UUPT menyatakan:

(1) Komisaris wajib dengan itikad baik dan tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha persoalan (2) Atas nama perseroan, pemegang saham mewakili paling

sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri (PN) terhadap Komisaris karena kesalahannya atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.

Kapan Bubarnya Perseroan Terbatas ? a) Keputusan RUPS

b) Jangka waktu berdirinya PT ditetapkan dalam AD sudah habis c) Penetapan pengadilan

Jika jangka waktu PT sudah habis maka Direksi dapat mengajukan permohonan ke Menteri Kehakiman RI untuk memperpanjang jangka waktu berdirinya PT. Jika PT bubar karena tidak diperpanjang waktunya, maka harus membentuk tim likuidasi untuk membereskan utang-piutangnya. Pengadilan Negeri “Dapat”

membubarkan PT Karena permohonan dari :

a. Kejaksaan berdasarkan alasan yang kuat bahwa PT telah melanggar kepentingan umum.

b. Seorang pemegang saham atau lebih yang mewakili 10% bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah.

c. Kreditor dengan alasan.

2. Harta kekayaan Perseorangan terbatas tidak cukup untuk melunasi seluruh hutangnya setelah pernyataan pailit dicabut;

3. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan adanya alasan adanya cacat hukum dalam pendirian perseroan.

Dalam hal terjadi penggabungan atau peleburan maka perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Pembubaran perseroan km penggabungan atau peleburan dapat dilakukan dengan atau tanpa terlebih dahulu mengadakan likuiditas. Pembubaran tanpa didahului likuidasi maka :

a. Aktivitas dan pasiva perseroan yang digabungkan beralih km hukum kepada perseroan saham perseroan hasil penggabungan, dan

b. Pemegang saham perseroan yang digabungkan menjadi pemegang saham perseroan hasil penggabungan

Perbuatan Hukum Penggabungan, Peleburan dan Pengam-bilan perseroan harus memperhatikan :

a) Kepentingan perseroan, pemegang saham minoritas dan karyawan perseroan

b) Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Perseroan dinyatakan Pailit oleh PN atas permohonan Direksi berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Apabila hal kepailitan terjadi atas kesalahan atau kelalaian Direksi maka cara menutup kerugian perseroan adalah dibebankan kepada Direksi secara tanggung renteng. Namun bila Direksi dapat membuktikan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, maka Direksi tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut.

Sehubungan dengan kepailitan, pemerintah telah mengeluarkan Perpu No. 1/1998, 22.04.1998 tentang “perubahan atas Udang-Undang tentang Kepailitan”. Keberadaan Perpu No. 1/1998 mendorong perwujudan penyelesaian masalah utang piutang secara cepat, adil, terbuka dan efektif.

JUAL BELI PERUSAHAAN

A. PRINSIP DASAR JUAL BELI PERUSAHAAN Jual beli perusahaan ditandai dengan :

a) Perbuatan perusahaan

b) Para pihaknya pengusaha (salah satu/atau keduanya) c) Barang yang diperjual belikan biasanya barang dagangan d) Memerlukan pengangkutan darat/laut

e) Disertai syarat-syarat (bedding)

Definisi KUHPdt Pasal 1457 : jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.

KUHPdt Pasal 613 : ”Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan dengan mana hak-hak atas kebenaran itu dilimpahkan kepada orang lain ”. Jadi penyerahan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan pengumuman akta yang bersangkutan.

B. HAK REKLAME

Reklame adalah hak yang diberikan kepada penjual untuk menuntut pengembalian barang jualan yang masih ada di tangan pembeli (1145

BAB 4

KUH Pdt). Hak ini diberikan kepada pihak penjual yang mengadakan perjanjian jual beli mengenai barang bergerak dan penjual sudah menyerahkan benda itu kepada pembeli, tetapi pembeli belum atau baru sebagian membayar harga benda itu.

Kewajiban utama penjual ada 2 yaitu : a) Menyerahkan benda

b) Menjamin keamanan benda dari gugatan pihak ketiga serta menjamin tidak adanya cacat tersebunyi.

Kewajiban utama pembeli ialah membayar harga benda yang dibeli (1513 KUHPdt) Dimana Hak Reklame diatur?

a) Hak reklame diluar kepailitan : 1145, 1146, 1146a b) Hak reklame dalam kepailitan : 230 s.d. 239 KUHD.

Beberapa Pendapat tentang Sifat Hukum Hak Reklame :

1) Hak reklame adalah suatu upaya pemecahan perjanjian timbal balik secara sepihak km dengan berhasilnya penjual melaksanakan hak reklamenya maka pecahlah perjanjian jual beli yang bersifat timbal balik itu dengan sendirinya.

Menurut : DORHOUTMES.

2) Pendapat Dorhout Mess ditambah dengan sifat kebendaan pada Hak reklame. Sehingga penjual dapat meminta kepada Hakim penyitaan revindikator pada benda yang direklamir itu dan karenanya hak milik benda tersebut lalu beralih kepada penjual.

Menurut : MOLLENGRAAFF.

3) Sifat kebendaan tidak melekat pada hak reklame. Karena ketika penjual menyerahkan kepada pembeli, hak milik atas benda itu sudah beralih kepada pembali.

4) Hak reklame sebagai upaya khusus yang oleh Undang-Undang RI diberikan kepada penjual untuk mendapatkan kembali hak milik atas benda bergerak yang karena penyertaan hak milik itu sudah beralih kepada pembeli.

Menurut : Prof. R. SOEKARDONO, SH.

C. GOODWILL

Goodwill adalah salah satu unsur dari urusan perusahaan, termasuk dalam kelompok benda bergerak tak bertubuh atau benda yang bersifat immaterial. Goodwill itu baru ada pada perusahaan yang berkembang baik, sehingga mendapat banyak laba. Perusahaan yang disebut mempunyai “goodwill” Mr. S.J. Fockema Andrea.

Good will itu menampakkan dirinya dalam balans sebagai laba atau keuntungan dan bukan kerugian. Goodwill adalah pengertian tentang kemajuan perusahaan dan bukan kemunduran perusahaan. Goodwill dapat digambarkan sebagai “nilai lebih” (meerwaarde) perusahaan sebagai satu kebulatan hasil kegiatan usaha, bila dibandingkan dengan jumlah nilai seluruh benda yang merupakan urusan perusahaan.

Akibat yang dapat ditimbulkan atas Goodwill perusahaan adalah : a) Laba dalam balans

b) Meningkatkan harga saham di atas harga nominal di bursa perniagaan

Goodwill merupakan Hak subyektif yang senyawa dengan urusan perusahaan, jadi tidak dapat dipindah-tangankan secara tersendiri, terpisah dengan urusan perusahaan. Bila orang mau menjual goodwill, urusan perusahannya pun harus dijual pula kepada pembeli yang sama.

Goodwill hanya ada pada perusahaan yang mendapat laba.

Perusahaan yang baru didirikan atau perusahaan yang tidak mendapat untung atau rugi, maka goodwill tidak ada pada perusahaan itu.

D. PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF

Pranata penyelesaian sengketa alternative, termasuk di dalamnya pranata arbitrase telah diatur dalam suatu peraturan perundang- undangan tersendiri, yaitu Undang- Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian Sengketa. Dalam Undang-Undang RI tersebut, terdapat 6 macam Tata Cara Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan, yaitu :

a) Konsultasi;

b) Negosiasi;

c) Mediasi;

d) Konsiliasi;

e) Pemberian pendapat hukum;

f) Arbitrase.

Jika negosiasi melibatkan para pihak yang bersengketa secara langsung, konsultasi dan pemberian pendapat hukum dapat dilakukan secara bersama- sama antara para pihak yang bersengketa dengan pihak yang memberikan konsultasi atau pendapat hukum, maupun secara sendiri-sendiri oleh masing-masing pihak yang bersengketa dengan konsultan atau ahli hukumnya sendiri.

Selanjutnya mediasi dan konsiliasi melibatkan pihak ketiga yang berfungsi menghubungkan kedua belah pihak yang bersengketa, dimana dalam mediasi fungsi pihak ketiga dibatasi hanya sebagai penyambung lidah, sedangkan dalam konsiliasi, pihak ketiga terlibat secara aktif dalam memberikan usulan solusi atas sengketa yang terjadi.

Sedangkan arbitrase merupakan suatu bentuk peradilan swasta, dengan arbiter sebagai hakim swasta, yang memutus untuk kepentingan kedua belah pihak yang bersengketa. Selanjutnya akan diuraikan lebih dalam terkait 6 macam tata cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan

1. Konsultasi

Tidak ada suatu rumusan yang diberikan dalam Undang-Undang RI RI Nomor 30/1999 mengenai makna maupun arti dari konsultasi.

Black’s Law Dictionary yang dimaksud dengan konsultasi (consultation) adalah : act of consulting or conferring; e.g. patient with doctor, client with lawyer. Deliberation of persons on some subject.

Jadi pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan kliennya tersebut. Dalam konsultasi sebagai suatu bentuk pranata alternative penyelesaian sengketa, peran konsultan dalam menyelesaikan perselisihan atau sengketa yang ada tidaklah dominan sama sekali, konsultan hanyalah memberikan pendapat (hukum), sebagaimana diminta oleh kliennya, yang untuk selanjutnya keputusan mengenai penyelesaian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak, meskipun adakalanya pihak konsultan juga diberikan kesempatan untuk merumuskan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa tersebut.

2. Negosiasi dan Perdamaian

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang RI RI Nomor 30 Tahun 1999, disana dikatakan bahwa pada dasarnya para pihak dapat dan berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul diantara mereka. Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh para pihak. Rumusan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang RI RI No.30 Tahun 1999 memiliki makna dan obyektif yang hampir sama

dengan Pasal 1851 KUHPdt, hanya negosiasi menurut rumusan Pasal 6 ayat (2)

Undang-Undang RI RI No.30 Tahun 1999 adalah : 1) diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari, dan 2) penyelesaian sengketa tersebut harus dilakukan dalam bentuk pertemuan langsung oleh dan antara para pihak yang bersengketa.

3. Mediasi

Pengaturan mengenai mediasi dapat kita temukan dalam Pasal 6 ayat (3) bahwa mediasi merupakan suatu proses kegiatan sebagai kelanjutan dari gagalnya negosiasi yang dilakukan oleh para pihak.

Pengaturan mediasi lebih lanjut dapat ditemukan dalam Pasal 6 ayat (4) dan Pasal 6 ayat (5) Undang-Undang RI No.30 Tahun 1999. Jika kita ikuti ketentuan Pasal 6 ayat (4) Undang-Undang RI No.30 Tahun 1999, dapat kita katakana bahwa Undang- Undang membedakan mediator ke dalam:

1) Mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para pihak (Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang RI No.30 Tahun 1999; dan 2) Mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga

alternative penyelesaian sengketa yang ditunjuk oleh para pihak (Pasal 6 ayat (4) Undang-Undang RI No.30 Tahun 1999).

Meskipun diberikan suatu time-frame yang jelas, kedua ketentuan tersebut terkesan memperpanjang jangka waktu alternative penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Tidak ada suatu kejelasan apakah ketentuan tersebut bersifat memaksa atau dapat disimpangi oleh para pihak.

4. Konsiliasi

Perkataan konsiliasi sebagai salah satu lembaga alternative penyelesaian sengketa dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal

RI No.30 Tahun 1999 tersebut. Dalam Black’s Law Dictionary disebutkan penjelasan konsiliasi adalah : conciliation is the adjustment

RI No.30 Tahun 1999 tersebut. Dalam Black’s Law Dictionary disebutkan penjelasan konsiliasi adalah : conciliation is the adjustment

Dalam dokumen ASPEK HUKUM DALAM BISNIS (Halaman 33-0)