• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian Tentang Media Massa 1. Pengertian Media Massa

2. Bentuk-bentuk Media Massa

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (internet). Berikut bentuk-bentuk media massa cetak dan media elektronik yaitu sebagai berikut:

a. Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainya. Sejarah telah

54

mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukaanya mesin cetak oleh Johann Guternberg di Jerman. Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan san awal kemerdekaan, serta zaman orde lama dan orde baru.

Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Karenanya sebagian besar rubrik surat kabar terdiri dari berbagai jenis berita. Namun demikian fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan, Feature (laporan perjalanan, laporan tentang profil seseorang yang unik), rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita bersambung. Begitu pula dengan fungsinya mendidik dan mempengaruhi akan ditemui pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubrik opini, Fungsi pers, khususnya surat kabar pada perkembangannya bertambah yakni sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif. (Ardianto, 2007:105-111)

55

b. Majalah

Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika.

Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai menjelang dan pada awal kemerdekaan Indonesia. Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa. Bisa juga sasaran pembacanya kalangan profesi tertentu, seperti pelaku bisnis, atau pembaca dengan hobi tertentu, seperti bertani, bertenak dan memasak.

Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainya. Majalah berita seperti Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian Trubus fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara

56

bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya mungkin informasi (Ardianto, 2007:114-120).

c. Radio Siaran

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes. Selama hampir satu abad lebih keberadaanya, radio siaran telah berhasil mengatasi persaingan keras dengan bioskop, rekaman kaset, televisi, televisi kabel, electronic games dan personal casset players. Keunggulan radio siaran adalah beradda dimana saja, di tempat tidur, (ketika orang akan tidur atau bangun tidur), di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalanan, di pantai dan berbagai tempat lainya. Radio memiliki kemampuan menjual baggi pengiklanan yang produknya dirancang khusus untuk khalayak tertentu.

Perkembangan radio siaran di Indonesia dimualai dari masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman Orde Baru. Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau fifth estate. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi sosial seperti surat kabar, di samping empat fungsi lainya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi. Kekuatan radio siaran dalam memengaruhi khalayak sudah dibuktikan dari masa ke masa di berbagai negara.

57

d. Televisi

Sebagai mana radio siaran, penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuan akhir abd ke 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Televsi sebagai pesawat transmisi dimuali pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1939 Presiden Fanklin D.Rossevelt tampil dilayar televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 september 1940.

Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tangal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkanya pembukaan pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

58

e. Film

Film atau mention pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip potografi dan proyektor. Dari catatan sejarah perfilman di Indonesia, Film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Pada tahun 1927/1928 Krueger Corporation memproduksi Film Eulis Atjih, dan sampai tahun 1930 masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film tersebut merupakan film bisu dan diusahakan oleh orang-orang Belanda dan Cina.

Pada tanggal 6 Oktober lahirlah film Beritm Film, Indonesia atau BFI. Bersamaan dengan dengan pindahnya Pemerintah RI dari Yogyakarta, BFI pun pindah dan bergabung dengan perusahaan Film Negara, yang pada Akhirnya berganti nama menjadi perusahaan Film Nasioanal.(Ardianto, 2007:143-145)

C. Kajian Tentang Televisi dan Program