• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN DALAM

2. Bentuk-bentuk Perusahaan

Bentuk-bentuk perusahaan atau badan usaha yang dapat dijumpai di Indonesia sekarang ini beragam jumlahnya, sebagian besar bentuk badan usahanya merupakan peninggalan masa pemerintahan Hindia Belanda dengan mengganti namanya dalam bahasa Indonesia dan ada pula yang masih menggunakan nama aslinya. Bila diklasifikasikn dari beberapa pengertian tentang perusahaan, bentuk-bentuk usaha itu dapat digolongkan menjadi :

1. Ditinjau dari jumlah pemiliknya, perusahaan diklasifikasikan menjadi :

a. Perusahaan perseorangan, yaitu perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh satu orang pengusaha. Bentuk hukum perusahaan perseorangan belum daitur dalam undang-undang, tetapi eksistensinya diakui oleh pemerintah dalam praktik perusahaan. Pengakuan tersebut dapat dibuktikan dengan identitas yang digunakan, yaitu:

i. Nama perusahaan menggunakan nama tertentu

ii. Legalitas perusahaan yaitu akta pendirian, surat izin usaha, surat izin tempat usaha (jika diperlukan), dan pendaftaran perusahaan.60

b. Perusahaan persekutuan, yaitu perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha yang bekerja sama dalam satu persekutuan (maatschap).

59

Mulhadi, Op.cit, hal.21.

60

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung:Citra Aditya Bakti,2010), hal.85.

2. Ditinjau dari segi himpunan, badan usaha di bagi menjadi dua yaitu :61

a. Himpunan orang (persoonen associate /nirlaba). Himpunan ini memiliki ciri-ciri antara lain pengaruh asosiasi terhadap anggotanya sangat besar, anggotanya sedikit atau terbatas, anggotanya tidak mudah keluar masuk (tertutup). Contohnya IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia), IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia, HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia).

b. Himpunan modal (capital associate/laba). Contohnya Firma, CV, PT. 3. Dilihat dari bentuk hukumnya, perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Perusahaan badan hukum

Perusahaan badan hukum ada yang dimiliki oleh pihak swasta, seperti perseroan terbatas (PT) dan koperasi, dan ada pula yang dimiliki oleh negara, seperti perusahaan umum (perum) dan perusahaan perseroan (persero). Perusahaan badan hukum perseroan terbatas dan koperasi selalu berupa persekutuan.

b. perusahaan bukan badan hukum

perusahaan bukan badan hukum dapat berupa perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan, dan hanya dimiliki oleh pihak swasta.

4. Dilihat dari status pemiliknya, perusahaan diklasifikasikan menjadi :

a. Perusahaan swasta, yaitu perusahaan yang dimiliki oleh pihak swasta. Bentuk hukum perusaahaan swasta yang sudah diatur dalam perundang-undangan adalah :

i. Firma (fa) dan persekutuan komanditer (CV) diatur dalam KUHDagang.

ii. Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995

iii. Badan usaha koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992

b. Perusahaan negara, yaitu perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh negara, yang lazim disebut badan usaha milik negara (BUMN).

bentuk perusahaan negara (BUMN) yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969 diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni :

i. Perusahaan jawatan (perjan) diatur dalam Indonesische Berdrijvenwet (Stb. No 419 tahun 1927),

ii. Perusahaan umum (perum) diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960,

iii. Perusahaan perseroan (persero) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1969. 62

Badan usaha berbadan hukum dan bukan berbadan hukum sepintas tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Namun, jika dilihat dari perspektif hukum perusahaan, ada perbedaan yang mendasar diantara keduanya yaitu mengenai pertanggung jawaban. Undang-undang tidak menjelaskan defenisi badan hukum, istilah badan hukum selama ini diadopsi dari istilah Belanda

rechtpersoon”, atau istilah dalam bahasa Inggris “legal person”. Kriteria badan

usaha atau perusahaan yang dikelompokkan sebagai badan hukum harus memiliki unsur yaitu adanya pemisahan harta kekayaan antara perusahaan dan harta pribadi, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai kepentingan sendiri, adanya organisasi yang teratur, adanya pengakuan oleh peraturan perundang-undangan, dan adanya pengesahan dari pemerintah. Jika tidak memenuhi unsur tersebut, suatu badan usaha atau perusahaan tidak dapat dikelompokkan kedalam badan usaha berbadan hukum.

2.1 PERUSAHAAN BUKAN BADAN HUKUM

Perusahaan bukan badan hukum adalah perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara kerja sama. Bentuk hukum perusahaan dapat diketahui melalui anggaran dasar perusahaan yang disusun oleh pengusaha, yang dituangkan dalam akta pendirian perusahaan yang dibuat di muka notaris. Dalam akta pendrian tersebut dinyatakan dengan tegas identitas dan bentuk hukum perusahaan dan jangka waktu legalitas berdirinya perusahaan.

62

Perusahaan persekutuan bukan badan hukum karena didirikan oleh lebih dari satu orang, maka perlu diadakan perjanjian lebih dahulu antara para sekutu pendiri yang ketentuannya sesuai dengan syarat sahnya perjanjian dalam pasal 1320 KUH perdata. Jika sudah tercapai persetujuan mengenai isi perjanjian tersebut, dibuat rancangan anggaran dasar yang memuat isi perjanjian tersebut yang kemudian dituangkan dalam akta pendirian yang dibuat di hadapan notaris.

USAHA DAGANG

Usaha dagang (UD) merupakan perusahaan perseorangan yang biasanya dijalankan oleh satu orang pengusaha dan modal perusahaan perseorangan dimiliki oleh satu orang. Pengusaha langsung bertindak sebagai pengelola yang dibantu oleh beberapa orang pekerja yang berstatus bukan sebagai pemilik tetapi sebagai pembantu pengusaha dalam mengelola perusahannya berdasarkan perjanjian kerja atau pemberian kuasa. Perusahaan perseorangan ini biasa disebut dengan one man corporation atau een manszaak. Kedudukan hukum dari usaha dagang tidak tegas, karena tidak dapat dikategorikan sebagai Maatschap, Firma dan CV yang diatur dalam KUHDagang.

KUHDagang sendiri tidak mengatur tentang usaha dagang secara khusus, namun eksistensinya diakui sebagai bentuk badan usaha. Pemerintah berupaya melegalisasinya dengan cara mngeluarkan Undang-Undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, khususnya pada pasal 6 ayat (1.b) dan ayat (2). Pengaturan usaha dagang/PD selanjutnya ditemukan dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998, tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan. Dalam pasal 1 butir 3 KEP MPP yang menyebutkan bahwa lembaga perdagangan adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha.

Perusahaan dalam bentuk usaha dagang ini sendiri mempunyai kelemahan dan kelebihan, diantaranya yaitu :63

63

Kelemahan :

- tanggung jawab pemilik tidak terbatas,

- sumber keuangan perusahaan terbatas sehingga kemampuan investasi terbatas,

- status hukum perusahaan bukan berbadan hukum, - kelangsungan hidup perusahaan kurang terjamin,

- seluruh aktivitas manajemen dilakukan sendiri, sehingga pengelolaan manajemen menjadi kompleks

- kemampuan manajerial biasanya terbatas,

- bila pemilik perusahaan meninggal atau sakit dalam waktu lama, aktivitas perusahaan juga ikut terhenti

Kelebihan :

- aktivitas relative lebih sedikit dan sederhana sehingga organisasinya mudah dan biaya organisasi nya rendah,

- pemilik bebas mengambil keputusan,

- seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak milik perusahaan, - rahasia perusahaan terjamin

- pendirian dan pembubarannya mudah karena tidak memerlukan formalitas

FIRMA (VENNOOTSCHAP ONDER FIRMA)

Dalam pasal 16 KUHDagang menyebutkan bahwa “ Persekutuan Firma

adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan prusahaan dengan nama bersama. Persekutuan perdata dalam pasal 1618 KUH Perdata adalah perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk menyetorkan sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan.

Dengan menggabungkan pengertian dalam pasal 16 KUHDagang dan pasal 18 WvK, Molengraaf memberikan pengertian bahwa Firma adalah suatu perkumpulan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan di bawah nama

bersama dimana tanggung jawab anggota-anggotanya tidak terbatas pada perikatan firma dengan pihak ketiga.

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat dinyatakan bahwa persekutuan firma mengandung unsur-unsur :

a. persekutuan perdata (pasal 1618 KUH Perdata) b. menjalankan perusahaan (pasal 16 KUHDagang)

c. Firma harus menjalankan perusahaan dalam rangka mencari laba atau keuntungan, bersifat terus-menerus, tetap dan harus memelihara pembukuan.

d. dengan nama bersama atau firma (pasal 16 KUHDagang),

Firma artinya nama bersama, yaitu nama orang (sekutu) yang dipergunakan menjadi nama perusahaan. Para sekutu bebas untuk menetapkan nama dari persekutuan firma, tetapi tidak boleh menyerupai nama firma yang sudah ada sebelumnya sehingga menyebabkan kebingunan pihak ketiga.

e. tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (pasal 18 KUHDagang).

Berdasarkan pasal 26 ayat (2) dan pasal 29 KUHDagang, dikenal dua jenis firma, yaitu firma umum dan firma khusus. Firma umum, yakni firma yang didirikan tetapi tidak di daftarkan serta tidak di umumkan, jangka waktu menjalankan urusan tidak terbatas, dan masing-masing sekutu tanpa dikecualikan berhak bertindak untuk dan atas nama firma. Sedangkan firma khusus, yakni firma yang didirikan, didaftarkan, memiliki jangka waktu menjalankan tujuan perusahaan, dan tidak semua sekutu berhak bertindak untuk dan atas nama firma.

Firma didirikan dengan akta otentik yang dibuat di hadapan notaris sesuai ketentuan pasal 22 KUHDagang. Akta pendirian tersebut harus memuat anggaran dasar firma, yaitu :

a. nama lengkap, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu, b. penetapan nama firma,

c. firma bersifat umum atau khusus terbatas pada menjalankan perusahaan bidang tertentu,

d. nama-nama sekutu yang tidak di beri kuasa untuk menandatangani surat perjanjian bagi firma.

Kedudukan akta pendirian dalam firma sebagai alat bukti utama terhadap pihak ketiga mengenai adanya persekutuan firma. Mengenai bubarnya firma, berlaku ketentuan yang sama dengan persekutuan perdata (maatschap) karena firma merupakan persekutuan perdata. Menurut pasal 1646 KUH Perdata, alasan bubarnya persekutuan firma yaitu :

a. lampaunya waktu untuk nama persekutuan perdata didirikan.

b. Musnahnya barang atau telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok persekutuan perdata tersebut.

c. Kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu.

d. Salah seorang sekutu meninggal dunia atau di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

Pasal 31 KUH Dagang mengatur syarat bubarnya firma, yaitu :

Ayat (1) : membubarkan firma sebelum waktu yang ditentukan dalam perjanjian pendirian atau sebagai akibat pengunduran diri atau pemberhentian, begitu juga memperpanjang waktu sehabis waktu yang telah ditentukan, dan mengadakan perubahan-perubahan dalam perjanjian semula yang penting bagi pihak ketiga, semua itu harus dilakukan dengan akta otentik, didaftarkan seperti tersebut di atas dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

Ayat (2) : kelalaian dalam pendaftaran dan pengumuman tersebut, berakibat tidak berlakunya pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian atau perubahan tadi terhadap pihak ketiga

Ayat (3) : bila kelalaian itu mengenai “perpanjangan waktu”, maka berlakulah

ketentuan-ketentuan pasal 29 KUHDagang, yaitu pihak ketiga dapat menganggap bahwa persekutuan itu berlaku untuk jangka waktu yang

tidak ditentukan, mengenai semua jenis usaha perniagaan, dan tidak ada sekutu yang dikeluarkan dari kewenangan untuk bertindak keluar.

PERSEKUTUAN KOMANDITER (COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP) Menurut pasal 19 KUHDagang, persekutuan komanditer (CV), adalah persekutuan yang didirikan oleh satu orang atau lebih yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab seluruhnya pada pihak pertama (sekutu komplementer), dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (sekutu komanditer) pada pihak lain. Sekutu komanditer adalah sekutu yang tidak bertanggung jawab pada pengurusan persekutuan, sekutu ini hanya menempatkan modal (uang atau barang) pada persekutuan dan mempunyai hak mengambil bagian dalam aset persekutuan bila ada untung sebesat nilai konstribusinya. Sekutu komplementer adalah sekutu pengurus yang bertanggung jawab atas jalannya persekutuan, bukan pertanggungjawabannya sampai kepada harta pribadinya.64

Persekutuan komanditer tidak diatur secara khusus oleh undang-undang, baik di dalam KUHPerdata maupun KUHDagang, tetapi pengaturannya mengacu pada ketentuan-ketentuan Maatschap dalam KUHPerdata dan persekutuan Firma, antara lain pasal 19, 20, 21, 30 ayat (2) dan pasal 32 KUHDagang. Persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah firma, sehingga cara pembubaran firma berlaku juga pada CV, yaitu :

a. Berakhirnya jangka waktu CV yang ditetapkan dalam anggaran dasar. b. Akibat pengunduran diri atau pemberhentian sekutu.

c. Akibat perubahan anggaran dasar.

64

2.2PERUSAHAAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS (PT)

KUHDagang tidak mengatur rumusan defenisi atau pengertian tentang Perseroan Terbatas (PT) secara lengkap, akan tetapi pengertiannya dapat dilihat dalam ketentuan umum Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas (Undang-Undang Perseroan Terbatas) 1995 dan (Undang-Undang-(Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007. Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995 menyebutkan bahwa perseroaon terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar terbagi dalam saham seluruhnya, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang. Kemudian defenisi perseroan terbatas mengalami penyempurnaan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007, dalam hal penambahan istilah persekutuan modal.

Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas 2007 menyebutkan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang di bagi seluruhnya dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang dijalankan dalam undang-undang. Sama halnya dengan manusia, Perseroan Terbatas mempunyai organ perseroan untuk menjalankan perseroan, yaitu :

1) Rapat Umum Pemegang Saham

RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang eksekutif yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris sesuai batasan yang diberikan dalam undang-undang dan anggaran dasar. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 1995, RUPS merupakan organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala kewenangan yang sudah diserahkan kepada Direksi atau Dewan Komisaris.

2) Direksi

Dalam pasal 1 butir 5 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007, bahwa Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksuid dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

3) Dewan Komisaris

Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta member nasihat kepada direksi. Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan dalam hal kebijakan pengurusan dan jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan. Dewan komisaris diatur dalam ketentuan pasal 1 ayat (6) sampai pasal 121 Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007.

KOPERASI

Koperasi berasal dari bahasa Latin, yaitu Cum, yang artinya bersama, dan Aperari, yang artinya bekerja. Sedangkan dalam Bahasa Belanda disebut dengan istilah Cooperative Vereneging, yang artinya bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.65 Landasan yuridis koperasi sebagai badan usaha terdapat dalam ketentuan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 ayat (1), yang

mengemukakan bahwa “perekonomian disusun sebagai badan usaha bersama atas

asas kekeluargaan. Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa tujuan koperasi Indonesia untuk memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta ikut dalam pembangunan perkeonomian nasional.

Menurut pasal 21 Undang-Undang Perkoperasian, perangkat organisasi koperasi terdiri atas rapat anggota, pengurus dan pengawas. Modal koperasi menurut ketentuan pasal 41 Undang-Undang Perkoperasian terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri adalah modal yang menanggung

65

resiko atau disebut modal ekuiti. Mengenai pembubaran koperasi dapat dilakukan sesai keuptusa rapat anggota dan keputusan pemerintah. Keputusan pembubaran oleh pemerintah dalam pasal 46 huruf B dilakukan apabila terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan undang-undang, kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan, dan kelangsungan hidupnya tidak dapat diharapkan lagi.

Dokumen terkait