KAJIAN TEORI
B. Disiplin Kinerja Guru
2. Bentuk dan Macam Disiplin
jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.26
Dengan makna „guru‟ sebagai orang yang melakukan pengajaran dan bertanggung jawab terhadap bimbingan dan pembinaan anak didik baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka „disiplin kinerja guru‟ diartikan sebagai tata tertib dan aturan kerja yang diberikan kepada guru sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap terjadinya proses pengajaran dan pembinaan terhadap anak didik, aturan ini berlaku baik di sekolah maupun di luar sekolah, tata tertib ini sepenuhnya ditujukan untuk membantu guru dalam pengajaran dan pembinaan anak didik.
2. Bentuk dan Macam Disiplin
Pelaksanaan disiplin di berbagai organisasi seperti sekolah, berbeda bentuk dan macamnya, Piet A. Sahertian membagi disiplin kepada tiga bentuk seperti dibawah ini:27
a. Disiplin tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.
b. Disiplin modern, pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan dirinya.
c. Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 32
27
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, h. 127
25
Macam disiplin juga disampaikan oleh Anwar Prabu Mangkunegara, ia membagi disiplin dalam dua macam disiplin kerja, yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif.28
a. Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri. Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-peraturan perusahaan.
b. Disiplin Korektif adalah suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan yang mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai denga pedoman yang berlaku pada perusahaan.
Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran bagi pelanggar.
Kedua macam disiplin baik preventif dan korektif adalah disiplin diri guna melatih dan membentuk pribadi guru, murid dan staf agar bertanggung jawab terhadap kerja dan patuh kepada aturan (kebijakan) sekolah. Preventif ditujukan untuk mendorong para guru, murid dan staf mengikuti atau mematuhi norma-norma dan aturan-aturan sekolah sehingga pelanggaran tidak terjadi. Disiplin korektif ditujukan untuk memperkecil kemungkinan pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut dengan diberikan sanksi yang tepat pada setiap pelanggaran yang terjadi.
28
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 129.
26
Khusus pada disiplin korektif, Keith Devis menambahkan pendapatnya bahwa untuk melaksanakan disiplin ini perlu langkah dan proses yang benar, sehingga pada tahap selanjutnya benar-benar membuktikan keterlibatan yang bersangkutan (yang melanggar). Proses tersebut Pertama, suatu prangsangka yang tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran. Jika ketiga proses ini dilakukan dengan baik, maka kemungkinan salah hukuman terhadap pelanggaran akan terhindarkan dan manfaat dari sebuah sanksi untuk menimbulkan efek jera dan menumbuhkan kesadaran kepada guru lain akan tercapai.
Kepala sekolah sebagai pemimpin di sebuah institusi pendidikan harus mampu mengkombinasikan semua potensi yang dimiliki untuk menerapkan disiplin kerja guru di sekolah. Dengan kompetensi yang dimiliki, kepala sekolah dapat memberikan kenyamanan bagi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang telah ditetapkan, sehingga disiplin kerja dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya perasaan dipaksa atau takut karena hukuman.
3. Pendekatan Disiplin Kinerja
„Pendekatan disiplin kinerja‟ dimaksudkan untuk mengetahui dengan cara apa disiplin kerja dilaksanakan dalam sebuah organsasi (sekolah), Anwar Prabu Mangkunegara membaginya kepada tiga bagian yaitu pendekatan disiplin modern, pendekatan disiplin dengan tradisi dan terakhir yaitu pendekatan disiplin bertujuan.29
29
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 130.
27
a. Pendekatan disiplin modern dilaksanakan dengan cara mempertemukan sejumlah keperluan atau kebutuhan baru di luar hukuman. Jadi hukuman fisik sepenuhnya dihindari, penyuluhan akan lebih baik, diberikan kesempatan untuk menemukan fakta-fakta baru sebagai bukti tidak bersalah sehingga bebas dari hukuman.
b. Pendekatan disiplin dengan tradisi dilaksanakan dengan cara memberikan hukuman. Pendekatan ini sepenuhnya bermaksud untuk memberikan hukuman pada setiap pelanggaran yang terjadi. Sehingga pelanggaran yang lebih keras akan diberikan hukuman yang lebih keras, demikian seterusnya.
c. Pendekatan disiplin bertujuan dimaksudkan untuk memberikan kesadaran kepada guru, murid dan staf bahwa disiplin dirancang dan diberikan bukan hanya formalitas untuk dilanggar dan diberikan hukuman. Tetapi disiplin kerja dibuat agar terjadi pembentukan perilaku dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Cara yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam menerapkan disiplin bertujuan adalah dengan pemberian penyuluhan di awal tentang tujuan dan maksud diterapkannya disiplin kerja di sekolah, lalu dilakukan evaluasi dan laporan pengawasan terhadap tindakan disiplin yang dilakukan guru.
Pendekatan penerapan disiplin kerja guru di atas memberikan informasi bagaimana seharusnya disiplin kerja guru diterapkan. Disiplin kerja guru dapat diterapkan dengan cara penyuluhan, pemberian hukuman
28
dan penyadaran. Jika terpaksa diberikan hukuman, maka perlu diperhatikan beberapa hal penting di bawah ini:30
Pertama, pemberian peringatan terlebih dahulu (surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga) agar indispliner menyadari pelanggaran yang telah dilakukan. Kedua, pemberian sanksi harus segera. Tujuannya, agar diketahui peraturan yang berlaku dan tidak ada peluang untuk mengabaikan disiplin yang ada. Ketiga, pemberian sanksi harus konsisten. Tujuannya agar pegawai menghargai dan tidak terjadi diskriminasi. Keempat, pemberian sanksi harus impersonal (semua golongan). Tujuannya agar diketahui pegawai bahwa peraturan berlaku untuk semua golongan sesuai dengan aturan yang berlaku.
4. Peran dan Tugas Guru
Peran guru akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegaiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi perannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak mencurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan interaksi dengan siswanya.
James W. Brown mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: “menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa”.31
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran
30
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 131.
31
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1990, h. 142
29
penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perkembangan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa pada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.32
Secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Informatory
Sebagai pelaksana cara mengajar informative, laboraturium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. b. Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator
Peran guru sebagi motivator ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
d. Pengarah atau director
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang
32
Moh. Uzer Usman, menjadi guru professional, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, h. 7
30
mencontohkan oleh anak didiknya. Inilah yang harus dilakukan oleh seorang guru.
f. Transmitter
Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator
Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses mengajar sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.
h. Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator
Peran sebagai evaluator guru mempunyai otoriter untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.33
Guru memegang peran penting dan strategis terutama dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut, peran guru sulit digantikan oleh orang lain. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peran guru dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus bagi proses pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.
33
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, CV. Rajawali, Jakarta 1990, h. 142-144
31
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang berkaitan oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Bila dipahami, maka tugas guru sebagai seorang pendidik professional sesungguhnya sangat banyak, tidak terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja, guru juga bertugas sebagai evaluator, administrator, konselor dan sebagainya.
Guru yang mampu akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang memuaskan.
Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. “Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik, dan guru juga bertugas melatih mengembangkan keterampilan serta dapat menerapkan dalam kehidupan demi masa depan anak didik”.34
Tugas guru sebenarnya bukan hanya di sekolah saja tetapi bisa dikatakan di mana saja mereka berada. Di rumah, guru sebagai orang tua atau ayah-ibu adalah pendidik bagi putera putrinya. Di dalam masyarakat sekitar yaitu masyarakat kampung, desa tempat tinggalnya guru seringkali terpandang sebagai tokoh suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya, baik dalam sikap dan perbuatannya misalnya cara dia berpakaian, berbicara, dan bergaul, maupun pandangan-pandangannya, pendapatnya atau buah pikirannya sering kali menjadi ukuran atau pedoman kebenaran
34
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, H. 37
32
bagi orang-orang di sekitarnya karena dianggap guru memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang berbagai hal.
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, mebimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan peserta didik.
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru menurut Nana Sudjana dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, mengutip pendapat Peters ada tiga tugas dan tanggung jawab guru sebagai administrator kelas.35
1. Guru sebagai pengajar lebih menekankan pada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam hal ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan ketentuan teknis mengajar. Di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan
2. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas. Memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tugas guru bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut perkembangan kepribadian dan pembentuk nilai-nilai para siswa.
3. Guru sebagai administrator di kelas pada hakikatnya merupakan jalinan ketatalaksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru.
Lain halnya dengan pendapat Oemar Hamallik dalam buku “Proses Belajar Mengajar” mengemukakan tanggung jawab guru sebagai berikut:
35
33
a. Guru harus menuntut murid-murid belajar b. Turut serta membina kurikulum sekolah
c. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah)
d. Memberikan bimbingan kepada murid
e. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar
f. Menyelenggarakan penelitian
g. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif
h. Menghayati, mengamalkan dan mengamankan pancasila
i. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia
j. Turut menyukseskan pembangunan
k. Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru.36
Berkaitan dengan tugas dan peran sebagai seorang pendidik, yang mampu melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus memiliki kemampuan professional akan lebih cakap menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang memuaskan.
Ada empat macam tugas atau peran guru dalam proses belajar mengajar yaitu:
1) Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
36
34
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuan dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
3) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. 4) Guru sebagai evaluator
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, akan kita ketahui bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk penidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan orang
35
selalu mengadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pihak pendidik.
Demikian pula dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Kegaitan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegaiatan evaluasi atau penilaian.37
Hal lain yang dikemukakan oleh Moh. Uzer Usman yang menjadi tugas dan tanggung jawab guru adalah:
1. Keterampilan menyusun rencana pengajaran
a. Kemampuan merencanakan pengelolaan kegaiatan belajar mengajar
b. Kemampuan merencanakan pengelolaan pengorganisasian bahan pengajaran
c. Kemampuan merencanakan pengelolaan kelas
d. Kemampuan menggunakan alat dan media pengajaran 2. Keterampilan melaksanakan prosedur mengajar
a. Kemampuan memulai pengajaran b. Kemampuan mengelola KBM
c. Kemampuan mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas belajar
d. Kemampuan menilai proses dan hasil mengajar e. Kemampuan mengakhiri pelajaran
37
36
3. Keterampilan berkomunikasi antar pribadi
a. Kemampuan untuk mengembangkan sikap positif pada diri murid
b. Kemampuan untuk bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa atau orang tua
c. Kemampuan menunjukkan kegaiarahan dan kesungguhan dalam mengajar
d. Kemampuan mengelola interaksi perilaku di dalam kelas.38
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas guru bukan hanya mengajarkan ilmu yang dimiliki, tetapi juga sebagai fasilitator yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar, sebagai pembimbing yang membantu siswa kesulitan dalam proses pembelajaran, sebagai manajer yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja Guru
Agar seseorang dapat melaksanakan disiplin maka pemimpin harus memperhatikan beberapa faktor. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja adalah:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi mempengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku bila ia merasa mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dari jerih payahnya yang telah dikontribusikan bagi sekolah.
2. Ada tidaknya keteladanan kepemimpinan dalam perusahaan
38
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), edisi kedua, h. 120-135
37
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan. 3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
Bila ada karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dibuatnya.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi mereka juga membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri.39
39
38
Usaha peningkatan disiplin kerja guru, dapat dilakukan dengan cara memberikan kompensasi yang sesuai dengan jerih payah, kebutuhan atau biaya hidup sekarang. Selain itu kepala sekolah menjadi dapat meningkatkan disiplin kerja guru dengan memberikan teladan kepada guru, mengawasi kegiatan yang dilaksanakan guru, membuat peraturan sekolah, mengambil tindakan atau keputusan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh guru dan memberikan perhatian kepada guru sebagai motivasi dalam meningkatkan disiplin kerja.
Upaya peningkatan disiplin diri guru sebagai komitmen perlu dilaksanakan karena faktor-faktor berikut:40
1) Dengan disiplin semua kegiatan yang diselenggarakan guru dalam proses kerja akan terarah, tertib dan teratur, sehingga tujuan yang diharapkan tercapai secara optimal.
2) Dengan disiplin kreativitas guru terpusat ke satu arah dan tujuan yang tepat
3) Dengan disiplin menjadikan hal yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang berguna
4) Dengan disiplin semua kegiatan guru akan lebih meningkatkan kualitasnya, karena guru tersebut akan lebih peka terhadap pengaruh hal-hal yang sifatnya negatif
5) Dengan disiplin semua kegiatan dalam bekerja bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien
6) Dengan disiplin semua kegiatan guru dalam proses kerja yang sedang berlangsung dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan merangsang aktivitas
40
A. Tabrani Rusyan dan Wasmin, Etos Kerja: Dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja Guru, (Tangerang: Intimedia, 2008), h. 34
39
7) Suasana dan situasi kerja yang diselenggarakan secara berdisiplin mudah mengarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai.
Disiplin kerja guru disekolah seperti dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yaitu dengan membuat perencanaan sebelum mengajar, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif. Selain itu disiplin mempunyai dampak positif bagi suasana kerja dengan menularkan hal positif kepada guru yang mempunyai tingkat disiplin kerja yang rendah.
Rendahnya produktivitas tenaga kependidikan disekolah baik dalam mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam melakukan pekerjaannya sangat erat kaitannya dengan masalah disiplin. Oleh karena itu, dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan disekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya disekolah.41
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja guru adalah faktor kepemimpinan seperti faktor kepribadian, harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas bawahan, iklim kebijakan organisasi, harapan dan perilaku peran