• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

B. Meditasi

3. Bentuk dan Proses Meditasi

Manusia tidak terlepas dari jiwa dan tubuh. Di dalam jiwa terhimpun berbagai macam kekuatan seperti pikiran, perasaan, kemauan, dan semangat untuk hidup. Semuanya itu menyatu menjadi suatu kekuatan yang menjadikan individu menjadi lebih baik. Individu akan berada dalam kondisi sehat jiwa

dan raga jika individu tersebut mampu menjaga keseimbangan seluruh potensi yang ada dalam diri. Namun untuk menjaga keseimbangan tersebut tidaklah mudah. Seringkali pikiran tidak terfokus. Begitu pikiran mendapat tekanan yang melampaui batas, individu akan mengalami perubahan fisik dan emosi sehingga tubuh menjadi sakit, emosi tidak terkendali, suasana hati tidak tenteram, dll. Dalam kondisi demikian, dalam tubuh individu akan terjadi reaksi hormon kortisol dan adrenalin. Reaksi ini akan memaksa jantung memompa darah lima kali lebih cepat dari kecepatan normal sehingga syaraf akan menegang. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang digunakan adalah dengan melakukan meditasi.

Pada dasarnya ada 2 bentuk meditasi yaitu meditasi konsentrasi dan

meditasi merasakan proses (mindfulness). Untuk meditasi konsentrasi, perhatian dipusatkan dengan membatasi perhatian hanya pada satu objek yang datang berulang seperti suara, kata, doa, ungkapan, pernapasan atau objek visual. Pada saat yang sama sikap pasif dipertahankan. Aktivitas mental lainnya dirasakan sebagai gangguan dari objek konsentrasi. Jika pada saat itu pikiran menyimpang, meditator secara pasif mengabaikan gangguan dan kemudian bila tiba-tiba ia menyadari gangguan itu maka pemusatan perhatian diulang kembali pada rangsangan meditatif. Jika ia mampu mengembangkan meditasi, maka peningkatan perasaan terjadi yaitu dari relaksasi meningkat ke dalam perubahan emosional dan kognitif yang jelas. Keadaan ini disebut sebagai kesadaran berubah (altered states of consciouness). Meditasi ini

mempunyai tujuan untuk melatih kemampuan seseorang dalam memusatkan perhatian/konsentrasi sehingga pada akhirnya dapat mencapai keadaan rileks.

Sedangkan meditasi merasakan proses (mindfulness) merupakan suatu bentuk meditasi yang mencoba menyadari keadaan secara menyeluruh dengan merasakan proses keadaan itu (Suryani, 1996). Dalam meditasi merasakan proses, orang akan merasakan jalannya cara kerja pikiran, perasaan dan kemauan, merasakan agresi dalam tubuh, atau merasakan proses penyatuan energi dari luar tubuh dan dari dalam tubuhnya. Cara ini bertujuan untuk melatih kemampuan orang dalam memusatkan perhatian pada proses yang sedang berlangsung hingga nanti hasilnya akan mencapai keadaan rileks. Oleh karena itu dalam memahami kehidupan menurut bentuk meditasi ini diperlukan latihan untuk memusatkan perhatian pada beberapa objek tanpa mengubah kemampuan pemusatan ini (Suryani,1996).

Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa meditasi konsentrasi dan meditasi merasakan proses mempunyai tujuan yang sama yaitu melatih kemampuan seseorang dalam memusatkan perhatian atau konsentrasi sehingga pada akhirnya mencapai keadaan rileks.

Untuk mencapai keadaan rileks, meditator mengalami suatu proses yang terjadi di dalam otaknya. Otak yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia terdiri dari bermiliar-miliar sel syaraf yang mengalirkan aliran energi listrik, memancarkan gelombang otak atau gelombang elektromagnetik yang frekuensinya selalu berubah sesuai dengan tingkat kesadaran manusia. Dari gelombang betha yang merupakan ritme yang cepat

dan tidak beraturan menuju gelombang alpha yang berperan besar ketika manusia dalam keadaan rileks, tenang dan santai selanjutnya menuju gelombang theta yang berperan pada saat manusia tidur ringan dan akhirnya menuju gelombang delta ketika seseorang tertidur lelap (Pinel, 1990). Dinamika gelombang otak inilah yang memberi pengaruh pada meditator, baik secara fisik maupun pengaruh psikologis.

Meditator mengalami gelombang Alpha, gelombang Theta sampai gelombang Delta, mereka dapat menyadari dan merasakan dinamika yang terjadi dalam dirinya. Pada saat tubuh manusia mengalami keadaan istirahat yang dalam dan sangat rileks, frekuensi gelombang otak berada pada daerah yang disebut gelombang delta, suatu keadaan yang biasa diperoleh pada saat tidur nyenyak. Keadaan ini memberikan kesempatan pada syaraf-syaraf otak untuk mengendur dan menata dirinya kembali. Susunan syaraf menjadi normal kembali sehingga mempengaruhi seluruh sistem yang berada di dalam tubuh seperti metabolisme tubuh yang menurun, denyut jantung yang menurun demikian juga pernapasan (Soegoro, 2002). Selain itu dalam keadaan ini kelenjar pineal dalam otak mulai aktif dan mengeluarkan melatonine yang dapat membuat seseorang menjadi sangat rileks (Krishna dan Setiawan, 2002).

Dengan keadaan istirahat yang dalam dan sangat rileks yang dialami seseorang ketika melakukan aktivitas meditasi, memberikan kesempatan pada syaraf otak untuk mengendur dan menata dirinya kembali. Susunan syaraf yang menjadi normal kembali mempengaruhi seluruh sistem yang berada di dalam tubuh (Soegoro, 2002). Oleh karena itu, meditator akan mengalami apa

yang disebut sebagai keadaan meditatif. Dalam keadaan meditatif seseorang dapat melihat dengan cara baru, cara yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Misalnya pada keadaan biasa, ketika sedang sibuk seseorang pasti akan tergesa-gesa dan tegang. Akan tetapi dalam keadaan meditatif seseorang menjadi lebih tenang, lebih santai, seolah-olah segala sesuatu berjalan tanpa tekanan apapun (Soegoro, 2002). Dengan keadaan tenang dan santai akan memudahkan meditator berkonsentrasi. Konsentrasi membuat pikiran seorang meditator menjadi lebih tajam, terang dan terfokus dengan baik. Selain itu meditator juga akan berusaha mengenali proses mental yang muncul yang akan mengganggu konsentrasi seperti perasaan gelisah, cemas, marah, senang, gembira, dll. Dengan demikian akan membawa meditator pada kebiasaan baik yaitu mengenal bentuk emosi/proses mental yang muncul sehingga akan timbul pemahaman yang mendalam terhadap sesama dan seseorang akan menjadi lebih toleran dan tidak cepat tersinggung. Di sini tampak bahwa seseorang akan memiliki kontrol diri yang meningkat.

Respon relaksasi saat latihan meditasi juga dapat meningkatkan keseimbangan sistem hormon kekebalan dalam tubuh sehingga menjadikan seseorang mempunyai daya tahan tubuh yang kuat. Respon relaksasi adalah sebuah integrasi respon mindbody yaitu menurunnya pemakaian oksigen, denyut jantung, pernafasan, tekanan darah, kadar asam laktat dalam serum, resistensi kulit meningkat dan terjadi perubahan aliran darah (Suryani, 1999).

Dokumen terkait