• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Distribusi Zakat Profes

Dalam dokumen Disertasi Siti mujiatun (Halaman 96-101)

ب Artinya: Dari Ibnu Abbas ia berkata, "Dahulu orang-orang jahiliyah biasa makan

F. Bentuk Distribusi Zakat Profes

Distribusi zakat harta dan termasuk zakat profesi ada dua bentuk : 1. Tradisional/ Konvensional

Distribusi dalam bentuk tradisional adalah distribusi Zakat kepada musta iq dengan secara langsung untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Misalnya,pemberian dalam bentuk uang dari zakat M l dan zakat profesi, atau pemberian beras pada zakat firtrah kepada fakir dan miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya. Pola ini dapat juga disebut dengan bentuk konsumtif, karena asal arti konsumtif adalah bergantung kepada produksi orang lain. 119Artinya; konsumtif adalah sesuatu yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Distribusi tradisional atau konsumtif ini merupakan program jangka pendek dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.120

2. Kreatif

Bentuk kreatif adalah mendistribusikan zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang dihadapi. Proses pengkonsumsian dalam bentuk lain dari barangnya semula.121 Misalnya,dana dari zakat M l/profesi diberikan dalam bentuk beasiswa, pelatihan keterampilan, kursus tentang disiplin ilmu tertentu yang kelak diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.Bentuk kreatif ini sesungguhnya dapat dikembangkan menjadi bentuk yang lebih kreatif yaitu bentuk produktif. 3. Bentuk produktif

119 W.J.S. PoerwaD rminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 1990),h.458.

120 Amiruddin, dkk. Anatomi Fiqh Zakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 3 121Ibid.

97

Distribusi produktif adalah hasil dari zakat M l dan termasuk zakat profesi diberikan kepada musta iq yang fakir atau miskin untuk mengembangkan usaha, baik dalam bentuk bisnis maupun pengembangbiakan hewan ternak yang sesuai dengan kondisi objektifnya. Misalnya, mengembangkan ternak kambing, sapi, kerbau, itik, ayam dan sebagainya. Namun demikian, distribusi yang produktif hendaklah dilakukan secara profesional, sebab terkait dengan pengembangan modal usaha. Menurut Didin Hafidhuddin distribusi zakat dalam bentuk produktif dapat disalurkan melalui BMT atau Lembaga yang memang mengelola distribusi zakat secara profesionalseperti Dompet Dhuafa. Berdasarkan ketentuan hadis Riwayat Tirmizi sesungguhnya zakat itu tidak halal kepada orang yang kaya atau orang yang sehat dan kuat. Namun demikian Didin Hafidhuddin menegaskan, jika mereka perlu dana tambahan untuk mengembangkan usahanya, boleh diberi pinjaman tanpa bunga dari harta zakat, dan harus dikembalikan. Jika dana infak dan sedekah masih banyak, mereka diberi dana bantuan dari dana tersebut tanpa harus dikembalikan lagi.122

Dari pengalaman bapak Agus Siregar dalam menjalankan program pengentasan kemiskinan, pengembalian uang pinjaman tanpa bunga dapat dikembangkan dengan sikap gemar berinfak. Dengan cara ini, dana yang ada bisa bertambah banyak dan akhirnya dapat untuk membantu fakir miskin lainnya. Motivasi ikhlas berinfak tersebut ternayata dapat melebihi hasilnya dengan sistem bunga. Jika dengan sistem bunga perbulannya terkumpul Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah), dengan sistem berinfak sukarela ternyata dapat terkumpul dana Rp 600.000 (enam ratus ribu rupiah).123Pengalaman dalam membina program pengentasan kemiskinan dr Rizali Nst, pengembalian uang pinjaman harus dilakukan dengan menanamkan rasa adil dan jujur kepada kelompok miskin. Selain daripada itu perlu adanya komunikasi yang intensif dan penuh dengan impati. Melalui cara itu, ternyata selama kurang lebih 26 tahun dalam membina

122 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat Infak Sedekah ,(Jakarta: Gema Insani; 1998),h.133-134.

123 Agus Siregar, Pendamping Kelompok distribusi Zakat Produktif Rumah Zakat Sumatera Utara, wawancara di Medan tanggal 18 Nopember 2016.

98

masyarakat miskin, hanya 0,18 % yang tidak mengembalikan pinjaman sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.124

Pengalaman dr. Rizali Nst dalam membina umat Islam yang miskin untuk meningkatkan status mereka perlu diteladani. Jika masing-masing individu yang berkemampuan, mempunyai niat dan berbuat untuk membantu masyarakat miskin melalui pemberdayaan ekonomi, niscaya umat Islam secara berangsur-angsur mampu hidup secara layak. Memang suatu hal yang tidak mudah, merobah keadaan miskin menjadi kaya, tetapi paling tidak dengan pemberdayaan ekonomi kemiskinan akan dapat diperkecil jumlahnya di kalangan umat Islam.

Berikut ini dapat digambarkan bentuk distribusi produktif versi MUI dan BAZ/ LAZ sebagai berikut ;

124 Rizali Nasution, Ketua Yayasan Humaniora, wawancara di Medan tanggal 22 Nopember 2016.

SELEKSI ASNAF USAHA

YANG PROSPEK TIF USAHA YANG HALAL STUDI KELAYAKAN PENETAPAN JENIS USAHA BAZ/LAZ

99

Sumber : MUI SUMUT 2016

Sektsa zakat produktif menurut Peneliti untuk pengentasan kemiskinan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

LEMBAGA AMIL ZAKAT

SELEKSI ASNAF MEMILIKI USAHA YG PROSPEKTIF USAHA YG HALAL INSTANSI PEMERINTAH/SWASTA

TIEM KHUSUS DISTRIBUSI ZAKAT PRODUKTIF BIMBINGAN DAN PENYULUHAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN & PENGAWASAN EVALUASI LAPORAN

100

Sumber : BAZNAS SUMUT 2016

Penjelasan :

1. Setiap Instansi Pemerintah dan Swasta harus membentuk LAZ

2. LAZ harus membentuk Tim Khusus yg mengelola Distribusi Produktif 3. Tim Khusus melakukan seleksi tentang usaha produktif yang prospektif

danhalal.

4. Tim Harus mengadakan studi Kelayakan

5. Penetapan jenis usaha dengan terlebih dahulu mendapat masukan dari tenagaProfesional

6. Sebelum mulai usaha para pengusaha yang akan diberi dana zakat profesi produktif mendapatkan bimbingan dari tenaga profesional dan tim khusus 7.Mulai dari menjalankan kegiatan bisnisnya tim khusus harus memantaunya

dengan cermat.

8. Tenaga profesional harus melakukan pengendalian dan pendampingan STUDI KELAYAKAN PENETAPAN JENIS USAHA BIMBINGAN & PENYULUHAN PENGAWASAN/ PENGENDALIAN EVALUASI PELAPORAN TENAGA PROFESIONAL

101

9. Tim Khusus harus melakukan evaluasi berkala; setiap minggu, bulan dan akhir kontraknya

10.Tim khusus harus membuat laporan kepada BAZ/LAZ yang ditembuskankepada instansi terkait.

Dengan sketsa di atas diyakini, dana zakat profesi dapat untuk mengentaskan kemiskinan para kaum ḍu’afā’yang selama ini termarginalkan.Lembaga Amil Zakat di masing-masing instansi Pemerintah maupun swasta harus membentuk tiem khusus yang menangani distribusi zakat profesi dalam bentuk produktif (pengembangan usaha). Tiem yang diangkat oleh LAZ harus diseleksi dan diangkat orang yang memiliki semangat jihād fī sabilillahdalam arti ikhlas karena Allah dalam menjalankan amanah. Orang-orangnya harus bekerja tanpa pamrih, disiplin, taat dalam menjalankan ibadah dan jujur serta optimistik.

Tahap selanjutnya, tiem harus bekerja sama dengan orang-orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing seperti orang yang sudah berhasil dalam pertanian, bisnis, keterampilan tertentu. Seleksi harus dilakukan untuk menjaring asnaf yang memiliki keterampilan tertentu, lalu diberi modal usaha agar dia dapat bangkit menjadi orang yang sukses, paling tidak statusnya tidak lagi miskin yang harus menerima dana daripada zakat profesi atau zakat M l lainnya. Sebelum menjalankan aktivitas bisnisnya, tiem khusus dan tenaga profesional harus memberikan arahan dan bimbingan tentang pengelolaan usaha, tanggung jawab moral dan hukum. Pendampingan, pengontrolan dan evaluasi terhadap usaha yang dijalankan harus menjadi perhatian tersendiri. Pembinaan keagamaan dan bisnis dapat dijalankan secara berbarengan atau simultan. Salat berjama’ah setiap waktu harus ditekankan semaksimal mungkin, agar dirinya lebih dekat kepada Allah, sebab kepasrahan dan ketundukan kepada-Nya merupakan kesadaran vertikal yang sangat urgen. Pembentukan kesalehan individual dengan taat beribadah diharapkan akan mampu mewujudkan kesalehan sosial.

Dalam dokumen Disertasi Siti mujiatun (Halaman 96-101)