• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Kata Ulang Bahasa Jawa Pada Anak Usia Lima Tahun Dwipurwa

4.1 Pemerolehan Bentuk Kata Ulang Bahasa Jawa Anak Usia Lima Tahun Dalam proses perkembangan, semua anak yang normal sudah pasti akan

4.1.1 Bentuk Kata Ulang Bahasa Jawa Pada Anak Usia Lima Tahun Dwipurwa

Dwipurwa adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi suku pertama dari kata dasar (KI VI) dalam bahasa Jawa vokal pertama /o/ atau /u/ kemudian diubah menjadi vokal /e/ (pepet). Setelah peneliti melakukan penelitian, penelitian tentang pemerolehan morfologi bahasa Jawa khususnya bentuk kata ulang dwipurwa anak usia lima tahun di Desa Sialang Pamoran tidak ditemukan.

4.1.2 Dwilingga

Dwilingga adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi seluruh kata dasar tanpa mengalami perubahan. Dalam penelitian pemerolehan bahasa Jawa anak usia lima tahun ditemukan beberapa kata ulang sebagai berikut:

1). Devi: Mega, wingi rame eram lah wong tuku mercon? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mega semalam rame kali orang beli petasan ‘Mega, semalam rame sekali orang membeli petasan?’ Mega : tuku nandi Dev?

↓ ↓ ↓ Beli dimana Dev ‘

2). Devi : tuku ning pingger-pingger dalan! ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ‘Beli di pinggir-pinggir jalan!’

Mega : aku wis duwe kok Dev tuku wingi, mercon karo kembang api. ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

Aku sudah punya kok Dev beli semalam, petasan sama bunga api ‘saya sudah membeli semalam yaitu petasan dan bunga api?’ Dari percakapan ( 1- 2) di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga (keseluruhan) dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang ’pingger-pingger’ ’pinggir-pinggir’ termasuk kata ulang keseluruhan yaitu mengulang bentuk dasar tanpa mengalami perubahan. Kata ulang ’pingger-pingger’ ’pinggir-pingger’ termasuk kata ulang dwilingga yang berbentuk nomina karena mengulang seluruh bentuk dasar.

3). Devi : Mega, mengko sore aku arep dalan-dalan kok Ga? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mega, nanti sore aku mau jalan jalan kok Ga

‘Nanti sore saya akan jalan-jalan, Mega?’

Mega : Karo sopo Dev? ↓ ↓ ↓ Sama siapa Dev ‘bersama siapa devi?’ 4). Devi : Karo adek-adekku.

↓ ↓ ↓ Sama adik adikku ‘bersama adik-adiku.’

Dari data percakapan (2-4) di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga (keseluruhan) dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang dalan-dalan ‘jalan-jalan’ termasuk kata ulang dwilingga yang berbentuk verba, sedangkan kata ulang adek-adek ‘adik-adik’ termasuk kata ulang dwilingga atau keseluruhan berbentuk nomina pula. Tetapi kata ulang ‘adek-adek’ ‘adik-adik’ juga mengalami penambahan afiks sehingga kata ulang ‘adek-adek’ ‘adik-adik’ menjadi ‘adek-adekku’ ‘adik-adikku’. Kata ulang adek-adekku ’adik-adikku’ mendapat penambahan afiks karena anak-anak usia lima tahun sudah pandai berinteraksi dengan orang dewasa sehingga kata-kata yang diserapnya diingat dan diikutinya. Sesuai dengan Soenjono (2000: 191) reduplikasi atau kata ulang berbentuk verba ini telah pula digabungkan dengan afiks lain sehingga kata ulang adek-adekku ‘adik-adikku’ termasuk dalam kata ulang dwilingga berbentuk nomina.

5). Peneliti : Uwes mandi dek?

↓ ↓ ↓

sudah mandi dik

‘Apakan kamu sudah mandi dik?’ Dilla : Uwes.

↓ Sudah ‘sudah’

6). Peneliti : Kapan? ↓ Kapan ‘Kapan’

Dilla : mau isuk-isuk. ↓ ↓ ↓ tadi pagi pagi ‘tadi pagi.’ 7). Peneliti : isuk. ↓ Pagi ‘pagi’ Dilla : yo, ↓ Ia ‘ia’

8). Peneliti : mengko sore enggak mandi meneh? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ nanti sore tidak mandi lagi

‘Apakan nanti sore kamu tidak mandi lagi?’ Dilla : mandi.

↓ Mandi ‘mandi.’

9). Peneliti : kambek sopo? ↓ ↓ sama siapa ‘bersama siapa?’

Dilla : kambek dulor-dulorku. ↓ ↓ ↓ sama saudara-sadaraku ‘bersama saudara-saudaraku’ 10). Peneliti : oh, enak yo?

↓ ↓ ↓ oh enak ya ‘enaka sekali ya?’

Dari data percakapan (5-10) di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga (keseluruhan) dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang isuk-isuk ‘pagi-pagi’ termasuk kata ulang dwilingga yang berbentuk adjektiva, sedangkan kata ulang dulor-dulor ‘saudara-saudara’ termasuk kata ulang dwilingga atau keseluruhan berbentuk nomina pula. Tetapi kata ulang ‘dulor-dulor’ ‘saudara-saudara’ juga mengalami penambahan afiks (ku) sehingga kata ulang ‘dulor-dulor’ ‘saudara-saudara’ menjadi ‘dulor-dulorku’ ‘saudara-saudaraku’. Kata ulang ’dulor-dulorku’ mendapat penambahan afiks (ku) karena anak-anak usia lima tahun sudah pandai berinteraksi dengan orang dewasa sehingga kata-kata yang diserapnya diingat dan diikutinya. Sesuai dengan Soenjono (2000: 191) reduplikasi atau kata ulang berbentuk nomina ini telah pula digabungkan dengan

afiks lain sehingga kata ulang dulor-dulorku ‘saidara-saudaraku’ termasuk dalam kata ulang dwilingga berbentuk nomina.

11). Elmi : Dilla-dilla tangih, turu-turu wae, wis awan iki. ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Dilla Dilla bangun tidur tidur saja sudah siang ini ‘Dilla-Dilla bangun, tidur-tidur saja sudah siang ini.’ 12). Dilla : yo-yo pak!

ya ya pak

‘ia-ia pak.’

Dari percakapan (11-12) di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang dwilingga (keseluruhan) dalam bahasa Jawa. Dengan demikian kata ulang Dilla-Dilla menyatakan nama orang. Kata ulang Dilla – Dilla merupakan bentuk kata ulang dwilingga yang berbentuk nomina, sedangkan kata ulang yo-yo ’ya-ya’ merupakan kata ulang dwilingga atau keseluruhan.

4.1.3 Dwilingga Salin Suara

Dwilingga salin suara adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi seluruh kata dasar, tetapi dalam dwilingga salin suara ini terjadi perubahan pada salah satu atau seluruh vokal dari kata dasar tersebut. Sesuai dengan Soenjono (2000: 191) pada anak usia lima tahun kata ulang dwingga salin suara masih jarang ditemukan. Karena anak usia lima tahun belum pandai

menyusun kalimat dengan benar. Dalam penelitian ini di temukan kata ulang salin suara sebagai berikut:

13. Tika : Ti, wingi kakangmu nggoleki oponya koq mbolak-mbalek wae? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Ti semalam abangmu nyariin apanya kok bolak balik saja

Asti : Kapan se Tik? ↓ ↓ ↓ ‘kapan nya Tik?’

14. Tika : wing lo, bar mageref... ↓ ↓ ↓ ↓

‘semalem la, selesai magfib...’ Asti : ooh, duwete kakangku ilang. ↓ ↓ ↓ ↓

’ohh, uangnya abangku hilang..’

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan, bahwa anak usia lima tahun sudah sampai pada bentuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa. Dengan demikian pembentukan jenis kata ulang mbolak-mbalik ’bolak-balik’ di atas termasuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa. Kata ulang mbolak-mbalik ’bolak-balik’ termasuk kata ulang dwilingga salin suara karen ka tulang tersebut terjadi perubahan pada salah satu seluruh vokal dari kata dasar. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo (1979: 215).

15. Intan : oponya yuk, koq delokno wae? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ apanya kak kok lihatin saja ’Ada apa kak melihat saja?’ Peneliti : ora popo, Intan cantik.

↓ ↓ ↓ ↓

tidak apa-apa Intan cantik ’Tidak apa-apa, Intan cantik.’

16. Sasa : seh, cengar-cengir diyomong cantik.. ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ sih senyam-senyum dibilang cantik (mendadak senyum)

‘Senyum-senyum di bilang cantik.’ Intan : orak lo yuk.

↓ ↓ ↓ tidak lho kak ‘Tidak kak.’

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan, bahwa anak usia lima tahun sudah sampai pada bentuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa. Kata ulang cengar-cengir’ ’senyam-senyum ( mendadak senyum)’ di atas termasuk kata ulang dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa. Kata ulang cengar-cengir ’senyam-senyum( mendadak senyum)’ termasuk kata ulang dwilingga salin suara karena kata ulang tersebut terjadi perubahan pada salah satu seluruh vokal dari kata dasar. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo (1979:

215). Dengan demikian disimpulkan bahwa anak usia lima tahun sudah memasuki tahap kata ulang tau reduplikasi dwilingga salin suara dalam bahasa Jawa.

4.1.4 Perulangan Berimbuhan

Perulangan berimbuhan berupa dwipurwa, dwilingga ataupun dwilingga salin suara yang disertai tambahan awalan, sisipan atau akhiran. Pada anak-anak usia lima tahun jenis perulangan berimbuhan ini banyak ditemukan bentuk kata ulang berimbuhan, seperti imbuhan (an).

17. Peneliti : dolanan opo dek? ↓ ↓ ↓ main-main apa dik

‘Sedang bermain apa dik?’ Mega : omah-omahan!

↓ ↓ Rumah rumahan ‘ Rumah-rumahan!’

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang berimbuhan dalam bahasa Jawa. Kata dasar omah ’rumah’ merupakan kata dasar dari omah-omahan ’rumah-rumahan’. Kata dasar omah-omah ’rumah-rumah’ mendapat akhiran ’an’ sehingga menjadi omah-omahan ’rumah-rumahan’. Dalam percakapan di atas sudah terlihat adanya kata ulang atau reduplikasi yang muncul pada anak usia lima tahun. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo (1979: 208).

18. Peneliti : Dilla nek sekolah pas meae-maen ngopoin? ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Dilla kalau sekolah waktu istirahat ngapai ’Dilla kalau di sekolah waktu istirahat ngapai?’ Dilla : kejer-kejeran, maen singkong, ayunan.

↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Kejarkejaran main singkong ayunan ’Kejar-kejaran, min singkong, dan ayunan.

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang berimbuhan dalam bahasa Jawa. Kata dasar kejer ’kejar’ merupakan kata dasar dari kata ulang kejer-kejeran ’kejar-kejaran’ kata ulang kejer-kejer ’kejar-kejar’ mendapat akhiran ’an’ sehingga menjadi kejer-kejeran ’kejar-kejaran’. Dalam percakapan di atas sudah terlihat adanya kata ulang atau reduplikasi yang muncul pada ana usia lima tahun. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo (1979: 208).

19. peneliti : masak opo? ↓ ↓ Masak opa

‘apakah yang sedang kamu masak?’ Mega : urung masak, bapake isik tuku sayur ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓

belum masak bapaknya masih beli sayur ‘Belum masak, bapak sedang membeli sayur.’

20. Elmi : mak-mak aku wis bali, iki tukuh lawuh ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ Mak mak aku sudah pulang ini beli lauk tukuh iwak iwakan.

↓ ↓ ↓

Beli ikan ikanan (lauk pauk)

‘Mak-mak aku sudah pulang, membeli lauk ikan-ikanan (laukpauk).’

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang berimbuhan dalam bahasa Jawa. Kata dasar iwak ’ikan’ merupakan kata dasar dari kata ulang iwak-iwakan ’ikan-ikanan’ kata ulang iwak-iwak ’ikan-ikan’ mendapat akhiran ’an’ sehingga menjadi iwak-iwakan ’ikan-ikanan’. Dalam percakapan di atas sudah terlihat adanya kata ulang atau reduplikasi yang muncul pada ana usia lima tahun. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo (1979: 208).

21. Dinda : ecek-ecek’e Dilla turu yo, men tak guguh! ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ ↓ pura-puranya Dilla tidur ya, biyar aku banguni ‘Pura-pura dilla tidur ya. Biyar aku banguni.’

Dari percakapan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk kata ulang yang diperoleh anak-anak usia lima tahun adalah kata ulang berimbuhan dalam bahasa Jawa. Kata dasar ecek ’pura’ merupakan kata dasar dari kata ulang ecek-ecek’e ’pura-puranya’ kata ulang ecek-ecek ’pura-pura’ mendapat akhiran ’e’ akhiran

dalam bahasa Indonesia berarti ‘nya’ sehingga menjadi ecek-ecek’e ’pura-puranya’. Dalam percakapan di atas sudah terlihat adanya kata ulang atau reduplikasi yang muncul pada ana usia lima tahun. Hal ini sesuai pendapat Poedjosuedarmo (1979: 208).

4.1.5 Dwiwasana (pengulangan suku akhir)

Dwiwasana adalah proses pengulangan yang dibentuk dengan mengulangi suku akhir pada kata dasar. Setelah peneliti melakukan penelitian tentang pemerolehan morfologi bahasa Jawa khususnya kata ulang atau reduplikasi pada anak usia lima tahun tidak ditemukan adanya kata ulang dwiwasana pada penelitian pemerolehan morfologi anak usia lima tahun

4.2 Arti Proses Perulangan Bahasa Jawa Anak Usia Lima Tahun

Dokumen terkait