KERANGKA TEORI
C. Bentuk Kebahasaan Negasi
2. Bentuk Kebahasaan Negasi Berupa Morfem Bebas
2. Bentuk Kebahasaan Negasi Berupa Morfem Bebas
Sudaryono (1993 : 33) menyatakan bahwa negasi yang berupa morfem bebas dalam bahasa Indonesia dibagi dalam dua kategori, yaitu konstituen yang secara formal hanya mengungkapkan negasi saja yang kemudian disebut negasi formal bebas dan konstituen-konstituen lain yang di samping berfungsi sebagai pengungkap negasi juga mendukung fungsi lain seperti imperatif dan kesertaan yang kemudian disebut negasi non- formal bebas.
a. Bentuk Kebahasaan Negasi Formal Bebas
Bentuk kebahasaan negasi formal bebas kerap dipadankan dengan bentuk negasi standar. Negasi standar adalah negasi yang dapat diwujudkan pada kalimat dasar atau kalimat yang paling minimal, misalnya pada kalimat yang berklausa tunggal atau yang berpredikat tunggal (Payne via Sudaryono, 1993: 38)
Konsep negasi standar berhubungan erat dengan fungsi dasar negasi seperti yang ditunjukkan Givon dan Greenberg (via Sudaryono, 1993: 38) yang menyatakan secara universal fungsi dasar negasi ialah menegasi verba dan / atau konstituen lain yang mengikutinya. Fungsi seperti itu disebut negasi standar (Givon : neutral negation)
Dalam Bahasa Indonesia, negasi standar sebagai bentuk kebahasaan negasi formal diwujudkan dengan menempatkan negasi di sebelah kiri verba atau konstituen lain yang berfungsi sebagai predikat. Terdapat tiga jenis bentuk kebahasaan negasi formal yang ada dalam bahasa Indonesia yaitu, bentuk tidak, tak dan bukan. Namun, bentuk negasi tak sebagai bagian dari negasi standar dirasakan hanya merupakan variasi dari bentuk asal negasi tidak.
22
Konstituen negasi utama dalam negasi standar ialah tidak dan bukan. Pada konteks tertentu, kedua konstituen tersebut dapat dipakai bergantian (distributif pararel) namun keduanya mempunyai perilaku yang berbeda.
Secara sintaksis, konstituen negasi tidak dan bukan mempunyai perbedaan dalam valensinya. Bukan dapat digabungkan dengan nomina dan numeralia sedangkan tidak tidak dapat digabungkan dengan nomina atau numeralia seperti pada contoh berikut.
contoh. 1. :
a. Saya bukan kepala sekolah
b. Saya tidak kepala sekolah *
Penggunaan bentuk konstituen negasi tidak dalam contoh (b) tidak dapat diterima dalam bahasa Indonesia. Hal ini menyatakan penggunaan negasi standar berupa kata tidak tidak dapat digunakan untuk menegasi bentuk nomina.
Terdapat juga kesamaan valensi antara tidak dan bukan yaitu dapat bergabung dengan bentuk verba dalam bahasa Indonesia dan sifatnya distributif pararel.
contoh. 2. :
a. Saya tidak membeli buku b. Saya bukan membeli buku
Kedua kalimat di atas dapat diterima dalam bahasa Indonesia. Namun, pada contoh 2.b. dibutuhkan keterangan konteks lain guna mendukung bentuk bukan sebagai penanda negasi dalam kalimat tersebut. Konteks yang dimaksud adalah dengan menggunakan kata melainkan sebagai penanda. sehingga menjadi kalimat yang utuh yaitu: Saya bukan membeli buku, melainkan membeli berbagai alat tulis lainnya.
23
b. Bentuk Kebahasaan Negasi Nonformal Bebas
Konstituen negatif berupa bentuk non-formal dalam bahasa Indonesia terdiri dari takkan, tiada, jangan, belum, dan tanpa (Sudaryono, 1993: 34). Khusus mengenai bentuk takkan dan tiada merupakan perpaduan antara tak + akan dan tidak + ada. Tak pada takkan sebagai penanda negasi dan –kan berfungsi sebagai pemarkah futur. Penggunaan ti- pada tiada berfungsi sebagai pemarkah negasi dan –ada berfungsi sebagai pemarkah eksistensialitas. Jangan mengandung unsur negasi dan imperatif, oleh karena itu jangan berparafrasa dengan bentuk negatif tidak boleh.
Pada konstituen negasi belum mengandung pemarkah negasi dan inkoatif. Namun, bentuk negatif tidak sudah sebagai parafrasa dari bentuk belum tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Sementara, dalam pada konstituen negasi tanpa mengandung pemarkah negasi dan kesertaan. Hal tersebut dapat dilihat dari parafrasa tanpa yaitu tidak dengan. Penjelasan di atas menyatakan bahwa bentuk negasi berupa takkan, tiada, jangan, belum, dan tanpa merupakan perpaduan antara konstituen negasi dan konstituen yang mengandung fungsi lain.
Guna memudahkan pemahaman mengenai bentuk kebahasaan negasi non-formal bebas disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut ini.
24
Tabel.1. Perpaduan Pembentuk Konstituen Negasi Nonformal Bebas Bentuk Negasi Perpaduan Pembentuk
Negasi
Perpaduan Makna
takkan tak + akan negasi + futur
tiada tidak + ada negasi + eksistensial
jangan tidak boleh negasi + imperatif belum tidak sudah * negasi + inkoatif
tanpa tidak dengan negasi + kesertaan
kadang tidak sering negasi + intensitas
* tidak diterima dalam Bahasa Indonesia D. Tujuan Penggunaan Negasi
Terdapat berbagai tujuan dalam penggunaan negasi dalam percakapan bentuk sehari-hari. Terdapat lima klasifikasi tujuan penggunaan negasi dalam bahasa Indonesia. Tujuan tersebut adalah membantah tuturan yang diucapan lawan tutur sebelumnya, menegasi tuturan yang diucapkan oleh penutur, serta memberikan makna lain selain makna negasi. Makna lain selain memberi makna negasi yaitu adalah memberi makna interogatif, memberi makna imperatif dan memberi makna prediktif pada sebuah tuturan.
Terdapat hubungan yang erat mengenai bentuk formalitas negasi dan tujuan yang diberikan. Bentuk negasi formal hanya dapat memberikan makna negasi membantah pada tuturan yang diucapkan lawan tutur, serta menegasi tuturan yang diucapkan oleh penutur itu sendiri. Sementara itu, bentuk negasi non-formal dapat memberikan makna lain selain makna negasi yaitu makna interogatif, imperatif dan prediktif.
25
Tujuan yang pertama adalah sebagai bentuk pembantahan terhadap tuturan dari lawan tutur. Penggunaan negasi yang bertujuan membantah mempunyai kecenderungan penggunaan pada awal tuturan. Cakupan penegasian yang diberikan adalah pada seluruh tuturan yang diucapkan lawan tutur sebelumnya.
Tujuan yang kedua adalah sebagai bentuk penegasian terhadap tuturan yang dituturkan oleh penutur sendiri. Seluruh bentuk negasi dapat digunakan dalam tujuan menegasi tuturan yang diucapkan oleh penutur itu sendiri. Penggunaan negasi bertujuan untuk menegasi digunakan pada tengah atau akhir tuturan. Cakupan penegasian yang diberikan adalah pada tuturan yang diucapkan oleh penutur itu sendiri tanpa terjadi berganti tuturan dengan lawan tutur.
Tujuan penggunaan negasi dalam percakapan selain memberi makna negasi juga dapat memberikan lain makna yaitu merupakan bentuk pengungkapan bentuk interogatif terhadap lawan tutur. Kalimat interogatif adalah kalimat yang ditandai dengan hadirnya kata tanya dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas dan diakhiri dengan tanda tanya (?) (Hasan, dkk. 2003: 357).
Terdapat berbagai variasi penggunaan negasi dengan tujuan memberi makna interogatif. Variasi terjadi pada bentuk kebahasaan, bentuk formalitas serta cakupan yang dihasilkan. Hal tersebut bergantung pada bentuk serta letak penggunaan dalam tuturan. Namun penggunaan negasi dengan tujuan ini mempunyai klasifikasi yang utama, yaitu penggunaannya dalam kalimat interogatf yang diakhiri dengan tanda tanya (?).
Tujuan penggunaan yang selanjutnya adalah bentuk penggunaan negasi sebagai pengungkapan bentuk imperatif terhadap lawan tutur. Cakupan
26
penegasian negasi dengan tujuan pengungkapan bentuk imperatif adalah pada tuturan maupun tindakan yang diucapkan atau dilakukan oleh lawan tutur setelah penggunaan negasi.
Bentuk tujuan penggunaan konstituen negasi yang terakhir adalah sebagai bentuk predikatif terhadap lawan tutur yang seringkali diungkapkan dengan menggunakan bentuk kalimat prediktif.
Guna memudahkan pemahaman mengenai variasi tujuan penggunaan negasi, akan dipaparkan dalam bentuk variasi tujuan negasi serta indikator yang melekat pada negasi tersebut, seperti yang dipaparkan berikut:
1. Tujuan penggunaan negasi: Membantah Indikator:
negasi yang digunakan berupa bentuk kata asal: tidak, bukan, enggak, dan ndak,
negasi yang digunakan hanya berupa bentuk negasi formal, penggunaan negasi hanya digunakan pada awal tuturan,
cakupan penegasian pada tuturan yang diucapkan lawan tutur sebelumnya.
2. Tujuan penggunaan negasi: Menegasi Indikator:
negasi yang digunakan berupa bentuk kata asal,
variasi bentuk negasi yang digunakan adalah tidak, bukan, enggak, ndak, belum, tanpa dan kadang,
27
negasi yang digunakan dapat berupa bentuk negasi formal maupun bentuk negasi non-formal,
negasi digunakan pada awal tuturan dan tengah tuturan, tidak pada akhir tuturan,
cakupan penegasian hanya pada tuturan yang diucapkan oleh penutur itu sendiri.
3. Tujuan penggunaan negasi: Memberi Makna Interogatif Indikator:
negasi yang digunakan berupa bentuk formal baik bentuk asal maupun bentuk jadian,
variasi bentuk negasi yang digunakan adalah bentuk negasi tidak, bukan, enggak, ndak dan bukankah,
digunakan pada awal tuturan, tengah tuturan dan akhir tuturan
cakupan penegasian yang diberikan adalah pada tuturan yang diucapkan setelah tuturan.
4. Tujuan penggunaan negasi: Memberi Makna Imperatif Indikator:
negasi yang digunakan berupa bentuk kata asal, hanya terdapat satu variasi penggunaan negasi yaitu bentuk negasi jangan,
bentuk negasi jangan dapat digunakan pada awal tuturan maupun tengah tuturan,
cakupan penegasian yang diberikan adalah pada tuturan yang diucapkan setelah tuturan.
28
5. Tujuan penggunaan negasi: Memberi Makna Prediktif Indikator:
negasi yang digunakan berupa bentuk jadian non-formal, hanya terdapat satu variasi penggunaan negasi yaitu bentuk jangan-jangan, bentuk negasi jangan-jangan dapat digunakan pada awal tuturan
maupun tengah tuturan,
cakupan penegasian yanga diberikan adalah pada tuturan yang diucapkan setelah tuturan.