• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORCAM Kedungkandang

A. Bentuk pembangunan masyarakat Berbasis Modal Sosial

ZIS (Zakat Infaq dan Shadaqah) adalah instrumen yang menempati posisi cukup fundamental dalam bangun tegaknya agama islam. melihat posisi zakat --sebagai wajah dari urusan kehidupan sosial masyarakat-- menempati posisi ketiga dalam rukun158 islam, menandakan bahwa islam bukan agama yang hanya mementingkan urusan ritual individualistik melainkan juga mementingkan urusan komunal (sosial). Memposisikan shalat, puasa, dan zakat sebagai pilar tegaknya agama islam menadakan bahwa islam menggariskan urusan ritual individualistik (Shalat) sama pentingnya dengan urusan kehidupan sosial masyarakat (Zakat dan Puasa). Namun zakat bukan satu-satunya dimensi sosial masyarakat yang sangat diperhatikan di dalam islam, Melainkan ada bentuk-bentuk lain seperti Infaq, Shadaqah, hadiah dan Waqaf.

Ditinjau dari aspek bahasa, zakat memiliki arti Barakatu (keberkahan), Al-Namaa (pertumbuhan dan perkembangan), At-Thaharatu (Kesucian) dan As-Shalahu (keberesan)159. Maka tujuan disyari‘atkan zakat adalah untuk meningkatkan kapasitas hidupa 8 golongan mustahiq untuk menjadi lebih baik. Zakat sebagai keberkahan, sebagai sarana pertumbuhan dan perkembangan, dan aspek keberesannya adalah dengan terlesesaikan masalah yang dihadapi oleh mustahiq.

Zakat, infaq dan shadaqah tidak hanya memiliki dimensi ubudiyah, tetapi juga memiliki dimensi sosial dan ekonomi. Lagi-lagi kenyataan ini semakin

158

Kata rukun berasal dari bahasa arab, yakni al-rukun yang berarti pilar. Yang juga berarti, tanpa pilar pada sebuah bangunan maka bangunan itu akanruntuh.

159 Muhammad, Yunus, Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta : Yayasan penyelenggara penerjemah

121

memperjelas bahwa islam adalah agama yanng multidimensional. Memahami arti penting dan besar kebermanfaatn zakat infaq dan shadaqah sebagai sarana pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka tidak salah apabila ZIS dipahami sebagai salah satu instrumen yang cukup efektif dalam pelaksanaan pembangunan.

Dalam pradigma teori pembangunan berkelanjutan, maka terdapat tiga dimensi utama yang sangat dipertimbangankan sekaligus menjadi sasaran dari program pembangunan tersebut. Yakni dimensi sosial (Pendidikan, kesehatan, dan budaya) dimana manusia menjadi objek sekaligus subjek dalam pembangunan, dimensi ekonomi, dan lingkungan.

Lazismu Kota Malang, dalam pendayagunaan ZIS untuk kepentingan ummat, yang coba dipadukan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, kemudian merumuskan bentuk-bentuk pembangunan yang diupayakan melalui beberpa program kerja. Yakni program pembangunan sekotr sisial dan pembangunan sektor ekonomi.

Pembangunan dalam hal ini terbagi kedalam dua kelompok besar, yakni pembangunan dalam sektor sosial, dan pembangunan dalam sektor ekonomi. Pembangunan masyarakat sektor sosial meliputi masalah-masalah pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Sementara pembangunan dalam sektor ekonomi adalah dalam bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin di sekitar masjid yang terwujud dalam program bantuan usaha produktif. Implementasi pembangunan masyarakat dalam sektor Sosial yang diupayakan oleh Lazsimu Kota Malang diejawantahkan dalam beberapa program, seperti Bimbingan belajar gratis,

122

beasiswa yatim dan du‘afa, pengajian orang tua, santunan guru, program filantropi cilik dan Mobil layanan sosail.

1. Bimbingan Belajar Gratis

Konsep pembangunan di indonesia sebagaimana yang diamanahi baik di dalam UUD 1945 maupun yang lebih spesifik yakni di dalam UU No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah konsep yang mengkristal pada satu titik sentral yakni pembangunan yang memiliki keberpihakan penuh terhadap rakyat. Ginandjar Kartasasmita mendefinisikan pembangunan nasional Indonesia sebagai ―paradigma pembangunan yang terbangun atas pengalaman pancasila yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedomannya‖.160

Satu-satunya upaya pembangunan masyarakat, yakni membangun manusia seutuhnya dengan mengenali segala potensi yang dimiliki sebagai manusia (Human Capital), serta memanfaatkannya, adalah dengan memberikan pemenuhan terhadap hak mendapatkan pendidikan. Salah satu upaya pembangunan manusia seutuhnya yang diupayakan lazismu adalah dengan menyediakan sarana-sarana pendidikan dan menfasilitasi masyarakat untuk mengakses hal tersebut. Terutama masyarakat kurang mampu, yang dalam terminologi zakat di sebut sebagai asnaf. Tidak hanya terhadap anak-anak usia sekolah, tetapi juga terhadap terhadap para orang tua yang tidak lagi duduk di bangku pendidikan.

123

Berkaitan dengan itu, wujud pembangunan khsusnya dalam upaya pemenuhan hak mendapatkan pendidikan kepada anak-anak dan orang dewasa, Lazismu memberikan beasiswa kepada anak yatim dan du‘afa dan menyediakan bimbingan belajar gratis. Sementara untuk membekali para orang tua dalam mendapatkan pendidikan seperti yang dibutuhkan, para orang tua difasilitasi untuk mengikuti pengajian khusus orang tua--misalkan saja parenting dan ilmu agama lainnya yang bersifat praktis--Lazismu Kota Malang juga menfasilitasi hal tersebut.

2. Beasiswa Yatim dan Du‘afa

Program Pemberian bantuan biaya pendidikan (beasiswa) kepda yatim dan Du‘afa adalah salah satu bentuk pendayagunaan dana Zakat Infaq dan Shadaqah oleh lazismu untuk membantu mustahiq dalam mengenyam bangku pendidikan. Program ini menyasar pada Yatim dan Du‘afa yang berada di kota malang secara umum. Tujuannya tidak lain, adalah agar supaya kelompok mustahiq ini (yatim dan du‘afa) bisa merasakan bangku pendidikan sebagaimana mestinya.

Skema pemberian bantuan biaya pendidikan kepada yatim dan du‘fa ini diberikan melalui rekomendasi dari PRM (Pengurus Ranting Muhmmadiyah) dan Koordinator kecamatan (Korcam Lazismu) tiap-tiap kecamatan yang melaporkan kepada pihak Lazismu kota Malang. Selalin melalui pengurus ranting Muhammadiyah, dan korcam, rekomendasi pun datang dari guru-guru yang mengetahui kondisi siswanya. Sejauh ini, program ini telah berhasil menyantuni kurang lebih sekitar 62 anak yatim dan du‘afa.

124 3. Insentif Guru

Tidak hanya menfalisilitasi lembaga-lembaga pendidikan alternatif seperti Pengajian orang tua, TPQ dan Bimbel. Lazismu juga berupaya untuk menghargai jasa dan upaya para guru tersebut –baik guru bimbel, guru sekolah, maupun guru TPQ—dengan memberikan santunan atau insentif sebagai bentuk penghargaan dan ucapan terima kasih. Pemberian tunjangan kepada para pengajar merupakan sebuah upaya yang cukup memberikan pengaruh, baik dalam hal meningkatkan semangat, atau untuk menunjang perekonomian sehari-hari yang secara umum selama ini hanya dihargai dengan ucapan terima kasih.

4. Filantropi Cilik/Kaleng 3S

Masih dalam sektor pendidikan, salah satu program pembangunan manusia yang diupayakan oleh Lazsimu Kota Malang adalah program Filantropi Cilik/3S. Program ini menyasar pada anak-anak usia sekolah, baik Taman kanak-kanak (TK) sampai sekolah menengah. Tidak jrang juga diikuti oleh mahasiswa dan orang dewasa. Sebagai sebuah program yang sifatnya edukatif, yakni untuk menanamkan nilai-nilai filntropisme dan centa akan kemanusiaan kepada anak-anak usia sekolah. Program ini diwujudkan dalam bentuk menyisihkan sebagian dari uang jajan untuk ditabung yang pada ujungnya, tabungan tersebut akan dikumpulkan oleh Lazismu dan didayagunakan sebagaimana mestinya. Baik dikelola untuk mewujudkan program pembangunan yang lain, atau di salurkan kepada yang membutuhkan dalam bentuk santunan langsung.

Pananaman nilai-nilai kepedulian terhadap sesama dan cinta pada kemanusiaan melalui program ini adalah upaya yang sangat baik terhadap

anak-125

anak. Mengingat, pembiasaaan sedari kecil akan melekat sebagai kebiasaan, dan pada tingkat yang paling tinggi, kepeduian untuk berbagi dan cinta pada kemanusiaan akan mewujud sebagai kebuthan yang ketika tidak dipenuhi makan perasaan bersalah sebagai beban moral akan menghantuimya. Segala bentuk program kerja seperti yang diupayakan dalam sektor pendidikan seperti disebutkan diatas adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Disisi lain, program filantropi cilik atau kaleng 3 S ini menempati peran yang cukup efektif dalam meningkatkan pemasukan Lazismu Kota Malang pada sektor Infaq dan Shadaqah. Melalui asupan dana yang cukup kuat dalam sektor Infaq dan Shdaqah ini, Lazsimu mampu mewujudkan sebuah program yang berkaitan dengan proses pelayanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebut saja Mobil Layanan Sosial atau Ambulance.

5. Mobil Layanan Sosial/Ambulance

Program yang dianggap sebagai bentuk pembangunan sektor sosial dibidang kesehatan ini, merupakan wujud dari akumulasi dana Infaq dan Shadaqah yang didayagunakan untuk kepentingan umat. Khususnya dalam hal memudahkan masyarakat kurang mampu untuk mengakses ke rumah sakit. Mobil Grand Max yang dibeli tunai oleh Lazismu Kota Malang dan dijadikan sebagai Ambulance tersebut semata-mata disiapkan untuk masyarakat umum ang dapat diakses secara cuma-cuma atau gratis. Sekaipun mobil layanan sosial/ Ambulance ini adalah milik Lazismu Kota Malang, tetapi wilayah kerjanya meliputi seluruh daerah di malang raya, meliputi Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang.

126

Terlepas dari pembangunan masyarakat pada sektor sosial (pendidikan dan kesehatan) seperti yang telah dipaparkan diatas, Lazismu juga mewujudkan program pembangunan pada sektor ekonomi, yakni program bantuan usaha produktif. Sebagai upaya untuk mewujudkan lingkungan sekitar masjid yang sejahtera, dan bebas darikemiskinan, lazismu memberikan modal usaha kepada mustahiq yang memiliki potensi. Modal usaha ini diberikan dalam bentuk barang apa saja yang dibutuhhkan dalam menjalankan usaha, bukan dalam bentuk uang tunai.

Skema pemberian bantuan usaha produktif kepada para mustahiq dimulai dengan penyuluhan atau sosialisasi secara kultural. Masyarakat disekitar masjid diberikan sosialisasi bahwa lazismu memiliki program bantuan usaha produktif bagi para mustahiq yang membutuhkan dan memiliki potensi. Untuk para mustahiq yang ingin mendapatkan bantuan usaha produktif tersebut harus menyelesaikan persyaratan sebagai beikut.

a) Peserta adalah benar-benar seorang mustahiq

b) Mustahiq mengajukan surat permohonan kepada pihak lazismu atau mendapat rekomendasi dari pihak PRM

c) Menyerahkan foto copy KTP

d) Menyerahkan rincian usaha yang akan dibuat, meliputi bentuk, bahan untuk usaha .

e) Pihak lazismu melakukan pengecekan

Setelah pihak lazismu melakukan pengecekan dan memutuskan untuk memberikan bantuan usaha prduktif, maka tahap berikutnya adalah pihak pengaju

127

dan pihak lazismu membuat kesepakatan terkait bentuk pengembalian modal usaha. Kenapa harus dikembalikan? Karena dana tersebut adalah dana ummat, atau dana bergilir. Bentuk kesepakatan pengembalian modal diajukan seseuai komitmen dan kemampuan pengaju, misalkan saja, sebulan Rp. 100.000, atau bisa lebih atau bisa juga kurang.

Sistem pengembaliannya, pihak lazismu tidak meminta, melainkan pihak pengaju/pengusaha sendiri yang harus datang ke kantor lazismu untuk menyetorkan kembali pinjaman sebagaimana komitmen dan kesepakatan di awal. Namun apabila ada pihak yang tidak mengembalikan, pun pihak lazismu tidak pernah menuntut pengembaliannya, sebab bagaimanapun dana tersebut adalah haq mereka sebagai mustahiq. Fungsi dari perjanjian komitmen tersebut adalah hanya untuk melatih dan memberikan dorongan agar supaya mustahiq tersebut menjadi lebih giat berusaha, sehingga dikemudian hari, mustahiq tersebut memiliki kesadaran, dan mampu menjadi muzakki atau mushaddiq.

Tidak hanya memiliki dampak secara ekonomi terhadap mustahiq, program ini juga memiki nilai edukatif yang tidak bisa dilepas pisahkan. Selain untuk meningkatkan perekonomian para mustahq, program ini pada hakikatnya bertujuan untuk mendidik para mustahiq agar bisa menjadi musaddiq atau muzakki. Nilai edukatif yang ditanamkan dalam program ini memberi dampak terhadap terciptanya kehidupan sosial yang latruistik. Artinya, para mustahiq sebelum mengikuti program adalah orang-orang yang menerima dana ZIS, setelah mengikuti program meraka harus menjadi orang-orang yang mengeluarkan dana ZIS (memberi). Sebab mustahiq yang mengikut program ini sengaja dibentuk

128

untuk menjadi mushaddik atau donatur, yang mana dana tersebut nantinya akan dipergunakan untuk kepentingan ummat lainnya. Perhatikan skema berikut ini.

Gambar. 5.1 Skema Pembangunan Masyarakat

Lazismu kota Malang, dalam mengelola dana ZIS untuk tujuan pembangunan, diorientasikan kedalam 3 bantuk. Yang pertama adalah dalam bentuk santunan, yang kedua adalah dalam bentuk semi pendayagunaan dan yang ketiga adalah dalam bentuk penayagunaan. Perhatikan tabel berikut.

Tabel 5.1 Orientasi Pendayagunaan dan ZIS

Bentuk Program Dana Orientasi

Santunan Murni Santunan Tunai, Sembako, dan BPJS Langsung habis Sampanya dana/haq pada mustahiq Semi pendayagunaan Beasiswa Yatim

dan Du‘afa, Insentif Guru TPQ, Guru Sekolah, dan Guru Bimbel, Mobil Layanan Sosial dan Bimbel Gratis. Mustahik merasakan manfaat dari program

Pendayagunaan Bantuan Usaha Produktif Bergulir/tidak langsung habis Peningkatan kondisi ekonommi Mustahiq

Skema pembangunan masyarakat yang dilakukan oleh lazismu kota malang melalui serangkain program kerja sebagaimana telah dipaparkan di atas, pada hakikatnya dapat dibaca seperti satu pola terstruktur yang bergerak dan berputar

Mustahiq

(Penerima) Peserta

Mushaddiq

(Pemberi)

129

dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. dimulai dari upaya pengumpulan dana ZIS yang dilakukan oleh Lazsimu Kota Malang, hingga pengembaliannya dalam bentuk program kerja.

Perwujudan modal sosial dalam upaya pembangunan yang dilakukan oleh Lazismu Kota Malang dapat dilihat dari peletakkan kepercayaan masyarakat, baik masyarakat Muhammadiyah maupun masyarakat diluar Muhammadiyah (simpatisan) terhadap program kerja Lazismu itu sendiri. selain itu, nilai dan norma dari disyari‘atkannya pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah, di dalam islam menempati posisi yang sangat fundamental dan memiliki cakupan dan ikatan yang sangat luas. Pada bagian ketiga, modal sosial pada pembangunan yang dilakukan oleh Lazismu Kota Malang terlihat pada pemanfaatan jaringan komunitas masyarakat muhammadiyah untuk mewujudkan program pembangunan tersebut.

Bagan. 5. 1 Skema Modal sosial

Memahami Muhammadiyah sebagai sebuah komunitas masyarakat yang memiliki struktur serta jaringan yang besar dan kokoh menjadi poin utama dalam Lazismu Kota Malang, dan Program Pembangunan

 Keperayaan

 Nilai dan Norma

 Jaringan

 Rasa

Kekeluargaan

 Identitas (Masyarakat)

Modal sosial Penyaluran dana Zakat Infaq dan Shadaqah

Pembangunan Masyarakat

130

menganalisis bentuk kapiital sosial di dalamnya. Sebab Muhammadiyah itu sendiri adalah modal sosial yang telah mewujud dalam bentuk organisasi masyarakat. Sejalan denga itu, Robert Putnam memberikan defenisi yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat luas. Putnam menganggap modal sosial sebagai seperangkat hubungan horisontal antara orang-orang dalam lingkungan masyarakat. Menurut Putnam ―modal sosial adalah bagian dari organisasi-organisasi seperti kepercayaan, norma, dan jaringan sosial yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi‖161

Bentuk rasa saling percaya, nilai dan norma, serta jaringan sosial dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat melalui pendayagunaan dana zakat, infaq, dan shadaqah oleh lazismu adalah kombinasi yang kuat sekaligus mencitrakan modal sosial sebagai modal pembangunan. Modal sosial menurut fukuyama adalah kapabilitas yang muncul dari kepercyaan umum di dalam suatu masyrakat atau di bagian-bagian tertentu darinya. Modal sosial bisa dilembagakan dalam kelompok sosial yang paling kecil dan paling mendasar, demikian juga kelompok-kelompok masyarakat yang paling besar, negara, dan dalam seluruh kelompok lain yang ada di antaranya.162

Pada konteks ini, Lazsimu memanfaatan Jaringan dan Organisasi Masyarakat Muhammadiyah baik secara struktural maupun kultural sebagai donatur tetap dalam pengumpulan dan ZIS, yang pada saatnya nanti diwujudkan dalam bentuk

161

Robert M. Z. Lawang, Modal sosial dalam Prespektif Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : UI PRESS, 2005) hlm 212

162 Francis Fukuyama, Trust :Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran, Terj., Ruslani (Yogyakarta: CV QALAM, 2002), 37

131

pembangunan masyarakat. Pemanfaatan ini mendapatkan hasil yang sangat signifikan, sebab ikatan emosional atas kesamaan latar belakang ormas ini menjadikan para donatur terikat didalamnya untuk menyalurkan dana ZIS kepada Lazismu Kota Malang.

Sejauh temuan peneliti terhadap pemanfaatn struktur organisasi serta jaringan masyarakat Muhammadiyah dalam pengumpulan dana ZIS ini oleh Lazismu kota Malang. Hal tersebut berjalan begitu masif, terlihat pada seluruh efent yang dilakukan oleh Muhammadiyah, baik efen lokal, regional, sampai nasional sekalipun turut melibatkan Lazsimu didalamnya. Tugas Lazismu dalam setiap efent tersebut tidak lain kecuali mensosialisasikan serta mencari dan mengikat donatur tetap yang hadir pada efent tersebut.

Modal sosial memiliki keuntungan yang jauh melampaui wilayah ekonomi. Selain mampu menciptakan kesejahteraan sosial dari sisi ekonomi, modal sosial sangat penting bagi terciptanya kesehatan sosial. Yakni mempersempit celah konfil horisontal di dalam masyarakat antara wilayah kelompok dan asosiasasi yang ada diantara keluarga dan negara. Modal sosial menurut Fukuyama, mampu menjadikan kelompok-kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat yang kompleks untuk saling bekerja sama demi membela kepentingan mereka yang mungkin diabaikan oleh negara.163

132

B. Evaluasi Hasil Pembangunan Masyarakat Berbasis Modal Sosial