• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Pengawasan Pelayanan Publik oleh Konco Ombudsman Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh konco Ombudsman yaitu

3.2 Hasil Networking Ombudsman Republik Indonesia dengan Konco Ombudsman

3.2.1 Bentuk Pengawasan Pelayanan Publik oleh Konco Ombudsman Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh konco Ombudsman yaitu

memberikan informasi-informasi mengenai temuan permasalahan pelayanan publik dan dugaan maladministrasi kepada Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah. Sharing informasi konco Ombudsman kepada Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah ini merupakan partisipasi konco Ombudsman selaku bagian dari masyarakat yang menjadi subyek dari penyelenggaraan pelayanan publik. Pelayanan publik di daerah sering kali tidak terpantau dan lepas dari pengawasan langsung Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah. Konco Ombudsman yang terdiri dari bermacam-macam unsur dan background yang berbeda yang berasal dari daerah-daerah di Jawa Tengah lebih memungkinkan untuk mengetahui dan menemukan informasi-informasi kejanggalan pelayanan publik di daerahnya. Pengawasan pelayanan publik yang dilakukan oleh konco Ombudsman ini akan sangat membantu Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan dalam menjalankan tugas fungsinya.

1. Peran Konco Media dalam Upaya Pengawasan dan Perbaikan Pelayanan Publik

Media merupakan saluran dari kegiatan pemberitaan termasuk pemberitaan tentang penyelenggara pelayaan publik dan segala hal lain yang terkait di dalamnya. Sesuai dengan salah satu fungsi

media yaitu menjalankan fungsi informasi bagi masyarakat, maka masalah penyelenggara pelayanan publik menjadi salah satu ranah paling strategis bagi media masa. Media massa, apapun bentuknya, eksis karena adanya kepentingan publik di dalamnya (Syah, 2015:70). Dalam pengawasan dan perbaikan pelayanan publik, media berperan cukup besar. Ada misi sosial yang diletakkan di pundak pers untuk perbaikan kualitas kehidupan masyarakat. Media berperan sebagai elemen eksternal untuk memantau dan mengontrol pelayanan publik. Sifat media yang responsif dan terbuka menjadi jalan pintas (shortcut) untuk mempercepat pengawasan dan perbaikan pelayanan publik.

Hidayat selaku Jurnalis dan Pemimpin Redaksi Media Warta Nasional mengungkapkan bahwa konco media yang terdiri dari jurnalis dan wartawan mempunyai kecenderungan untuk cepat memperoleh informasi dan berita mengenai kejanggalan pelayanan publik di daerah. Kecepatan media dalam memperoleh suatu informasi ini lah yang coba disinergikan oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah untuk bersama-sama mengawasi pelayanan publik. Konco media yang menemukan suatu dugaan maladministrasi atau ketidaksesuaian pelayanan publik tidak hanya melakukan publikasi tetapi juga menyampaikan informasi tersebut kepada Ombudsman Republik Indonesia

Perwakilan Jawa Tengah untuk mendapatkan tindak lanjut. Dalam wawancara dengan peneliti, Hidayat menyatakan:

“Kalau Konco Ombudsman di Jawa Tengah ini rata-rata dari kawan-kawan jurnalis. Mengapa kok jurnalis/wartawan? Karena jurnalis dan wartawan itu pasti akan mengerti ketika ada informasi semacam itu langsung tanggap, langsung respon karena kebiasaan jurnalis mencari berita, mencari infomasi kemudian wartawan itu juga tahu betul secara investigasi dalam mencari informasi-informasi yang dinilai janggal dan harus dibenahi sehingga pelayanan-pelayanan publik itu dapat maksimal. Maka dari itu dari kawan-kawan jurnalis itu bersinergi, bekerja sama dengan Ombudsman agar pelayanan publik di Jawa Tengah ini bisa maksimal”. (wawancara dengan Hidayat selaku Jurnalis dan Pemimpin Redaksi Media Warta Nasional, 12 Maret 2019).

Sependapat dengan Hidayat, Otok Indro Musliwanto selaku Kepala Bidang Penyiaran Radio Republik Indonesia (RRI) juga menyatakan bahwa setiap menemukan suatu isu kejanggalan pelayanan publik atau keluhan masyarakat yang masuk di Radio Republik Indonesia, RRI akan menyampaikan kepada Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah sebagai bentuk Radio Republik Indonesia menjalankan fungsi control sebagai pers. Otok Indro Musliwanto mengatakan:

“Kalau kita tidak mempunyai kewenangan untuk pengawasan secara langsung ya. Jadi seperti tadi yang kami sampaikan bentuk pengawasan kami sebagai media adalah pengawasan tidak langsung, apabila ada kita menemukan suatu isu kejanggalan pelayanan publik kita akan sampaikan kepada Ombudsman sebagai jejaring kami. Saya kira itu keterlibatan RRI dalam pengawasan publik, karena kita hanya mempunyai kewenangan untuk menyampaikan informasi tidak melakukan pengawasan langsung. Yang jelas RRI menajalankan fungsi

pers, fungsi kontrol, koreksi dan kritik.”(wawancara dengan Otok Indro Musliwanto selaku Kepala Bidang Penyiaran Radio Republik Indonesia, 13 Maret 2019).

Berdasarkan uraian diatas, maka konco media memiliki 3 peran dalam pengawasan dan perbaikan pelayanan pubik yaitu supply side, demand side, mediator.

a) Supply side artinya media menyampaikan informasi kepada sisi penyelenggara pelayanan publik. Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan dasar, maka pemerintah menetapkan standar, aturan, dan norma yang harus diikuti oleh para pelaksana pelayanan publik. Segala ketetapan dalam penyediaan pelayanan publik tersebut harus disosialisasikan secara luas kepada masyarakat. Namun jangkauan tangan pemerintah biasanya sangat terbatas. Dalam konteks ini, media berperan dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada masyarakat tentang pelayanan publik yang seharusnya masyarakat terima.

b) Demand side artinya media menyampaikan informasi dari sisi pengguna pelayanan publik. Media berperan penting dalam menyuarakan kebutuhan dan keluhan publik akan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Peran ini penting disampaikan dijalankan oleh media dikarenakan pemerintah tidak mungkin dapat menangkap semua kebutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi riil di lapangan. Masyarakat memerlukan saluran yang kredibel untuk

menyampaikan dan menyuarakan aspirasi serta keluhan tentang pelayanan publik.

c) Mediator bagi Penyedia dan Warga Pengguna Pelayanan Publik Media juga harus dapat menjembatani keinginan pengguna pelayanan publik dengan para penyelenggara pelayanan publik. Acara dialog interaktif merupakan salah satu acara yang menggambarkan peran media sebagai mediator. Media radio melakukan siaran dan membuka obrolan antara masyarakat selaku pengguna dengan pelayan publik. Disini bisa diketahui apa sebenarnya yang dikeluhkan oleh masyarakat dan bagaimana respon langsung dari para pelayan publik.

2. Peran Konco komunitas dan konco mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dalam upaya pengawasan dan perbaikan pelayanan publik.

Partisipasi konco Ombudsman dalam pengawasan pelayanan publik tidak hanya dilakukan oleh konco media. Konco komunitas dan konco mahasiswa yang merupakan representasi dari masyarakat tidak hanya memiliki hak atas pelayanan publik yang baik tetapi juga mempunyai kewajiban untuk terlibat dalam pengawasan pelayanan publik di Jawa Tengah. Memberikan masukan, saran, atau kritik kepada penyelenggara pelayanan publik juga merupakan salah satu bentuk partisipasi dari upaya pengawasan dan perbaikan

pelayanan publik yang dilakukan oleh konco Ombudsman. Masukan, saran atau kritik ini bisa disampaikan kepada penyelenggara pelayanan publik melalui kotak saran yang disediakan di instansi pelayanan tersebut. Dalam wawancara dengan narasumber, Sabarudin Hulu mengatakan bahwa:

“Peran partisipasi yang dilakukan oleh, tidak hanya konco Ombudsman tetapi juga masyarakat secara umum dalam pengawasan untuk perbaikan pelayanan publik di Jawa tengah ini biasanya berupa masukan atau kritik kepada penyelenggara pelayanan publik. Kritik atau masukan ini disampaikan dalam kotak saran yang disediakan oleh instansi terkait. Tujuannya tadi, agar masukan-masukan ini dapat diterima pelayanan yang diberikan dapat lebih baik”. (wawancara dengan Sabarudin Hulu selaku Plt. Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah, 18 Maret 2019).

Komunitas Sahabat Difabel juga beberapa kali memberikan informasi kepada Ombudsman Republik Indonesia mengenai kurang baiknya pelayanan publik di Kota Semarang terhadap kaum difabel. Didik Sugiyanto selaku Ketua Komunitas Sahabat Difabel mengatakan bahwa:

“Ketika kita dalam berkegiatan, berinteraksi di masyarakat menemui kendala-kendala itu ya kita sampaikan. Pernah kita jalan-jalan bersama anggota komunitas sahabat difabel, kita jalan menggunakan kursi roda di trotoar, ternyata trotoar tersebut berlubang yang lebar sekali yang cukup membahayakan dan itu tidak diberi tanda apapun, lalu kita share dan tag akun Ombudsman. Karena gini, seringkali pemerintah itu jika hanya kita yang mengingatkan ya mereka akan merespon lama, berbeda jika Ombudsman yang mengingatkan karena mereka mempunyai kewenangan di bidang tersebut maka respon dari pemerintah akan

cepat.”(wawancara dengan Didik Sugiyanto selaku Ketua Komunitas Sahabat Difabel, 23 Maret 2019).

Masyarakat tidak hanya berperan mengawasi penyelenggaran pelayanan publik tetapi juga berperan dalam proses pembuatan kebijakan publik. Suatu kebijakan pelayanan publik tidak hanya ditentukan oleh para pejabat pembuat keputusan tetapi dalam prosesnya juga harus melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Masyarakat berhak melakukan pengawasan sejak suatu kebijakan mengenai pelayanan publik dirumuskan hingga kebijakan tersebut direalisasikan. Konco Ombudsman dan masyarakat Jawa Tengah dapat mengawasi berjalannya kebijakan yang telah disetujui dalam bentuk standar pelayanan publik.

Dari pendapat diatas dapat diketahui bahwa konco Ombudsman dan masyarakat melakukan upaya pengawasan dan perbaikan pelayanan publik dalam 3 bentuk antara lain:

1. Memberikan masukan, kritik dan saran langsung kepada instansi penyedia pelayanan publik di Jawa Tengah.

2. Memberikan informasi dan laporan kepada Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah terkait permasalahan pelayanan publik dan dugaan maladministrasi. 3. Pengawasan terhadap kebijakan publik mulai dari perumusan

Dari banyak penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konco Ombudsman melakukan pengawasan eksternal dalam bentuk pengawasan masyarakat sesuai dengan apa yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Pengawasan masyarakat ini berupa laporan atau pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Meskipun kewenangan yang dimiliki Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah sebagai lembaga pengawas pelayanan publik dianggap membawa dampak nyata bagi perbaikan pelayanan publik, akan tetapi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah tetap memerlukan rekan yang dapat berbagi informasi mengenai isu permasalahan pelayanan publik karena keterbatasan Ombudsman Republik Indonesia untuk dapat mengawasi dan meng-cover semua pelayanan publik yang ada di Jawa Tengah

3.2.2 Keuntungan Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah

Dokumen terkait