• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Restrukturisasi Pembiayaan dan Penyelesaian Pembiayaan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang

Syariah Solo dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah

Penyelamatan pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Direksi Bank Indonesia nomor 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang pada prinsipnya menjelaskan fasilitas atau kebijakan yang dapat digunakan dalam melakukan penyelamatan pembiayaan melalui restrukturisasi.

Dari semua kebijakan restrukturisasi yang dapat digunakan sesuai keputusan Direksi Bank Indonesia diatas, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Syariah Solo menggunakan kebijakan resrukturisasi khususnya untuk KPR sebagai berikut :

1. Penjadwalan Ulang (PUL) a. Pengertian

Penetapan kembali jangka waktu pembiayaan dan jumlah angsuran bulanan atas sisa pembiayaan dan/atau penetapan pembayaran angsuran atas tunggakan angsuran yang ada dari pembiayaan bermasalah dan/atau mempunyai potensi bermasalah, yang meliputi penjadwalan ulang sisa pinjaman (PUSP) dan penjadwalan ulang sisa tunggakan (PUST).

b. Tujuan

Nasabah dapat memenuhi kewajibannya kepada bank secara rutin dan tepat waktu sesuai dengan perjanjian pembiayaan berikut addendumnya.

c. Kebijakan

Jenis Penjadwalan Ulang (PUL) :

1) Penjadwalan Ulang Sisa Pinjaman (PUSP)

adalah menjadwalkan kembali masa angsuran atas sisa pokok pembiayaan.

a) PUSP I : Masa angsuran tetap sama maka angsuran menjadi lebih besar atau angsuran bertambah.

b) PUSP II : Masa angsuran ditambah maka angsuran tetap atau lebih kecil.

2) Penjadwalan Ulang Sisa Tunggakan (PUST)

Adalah menjadwalkan pembayaran tunggakan angsuran (pokok atau margin), sehingga debitur mempunyai dua angsuran yaitu reguler dan tunggakan.

d. Kriteria

1) Mempunyai itikad baik, namun belum mempunyai kemampuan melunasi seluruh kewajiban pembiayaan.

2) Masih mempunyai kemampuan membayar kewajiban pembiayaan.

e. Syarat

1) Debitur mengajukan permohonan restrukturisasi pembiayaan secara tertulis.

2) Total jangka waktu PUL maksimal 20 tahun.

4) Jatuh tempo legalitas agunan minimal sampai dengan jatuh tempo PUL.

5) Cover jangka waktu asuransi harus dapat mengcover jangka waktu PUL.

6) Debitur membayar provisi sebesar 0,5 % dari total kewajiban di PUL

Bank dalam melakukan penyelamatan pembiayaan yang tidak dapat diupayakan dengan restrukturisasi pembiayaan, dapat dilakukan dengan

legal action melalui Penyerahan Pengurus Piutang kepada Direktorat

Jenderal Kekayaan Negara – Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (DJKN-KPKNL). Proses ini dapat meminimalkan risiko yang terjadi akibat pembiayaan bermasalah. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Syariah Solo dalam melakukan upaya penyelesaian pembiayaan dengan bentuk sebagai berikut:

1. Litigasi

Litigasi adalah proses penyelamatan pembiayaan melalui lembaga hukum seperti pengadilan, kantor lelang yang tujuannya adalah mengeksekusi (menjual) agunan/jaminan. Hasil penjualan agunan digunakan untuk melunasi semua hutang. Ini disebut sebagai langkah

second way out, memutus hubungan pembiayaan antara bank dengan

nasabah. Proses litigasi ini terpaksa dilakukan karena langkah first way

out seperti restrukturisasi pembiayaan tidak bisa dilakukan lagi.

dengan nasabah diputus. Langkah selanjutnya adalah menjual agunan yang ada. Langkah litigasi meliputi berbagai cara yaitu :

a. Melalui somasi (peringatan) melalui Pengadilan

Langkah ini mengajukan permohonan somasi kepada Pengadilan Negeri tujuannya agar pengadilan men-somasi/memperingatkan debitur agar membayar hutangnya. Kalau debitur setelah di somasi tidak membayar somasi tidak memiliki kekuatan eksekutorial. Somasi sebatas sebagai alat bukti somasi saja

b. Gugatan perdata kepada debitur

1) Diajukan gugatan karena pihak bank hanya punya bukti Perjanjian Kredit (PK) saja, tidak ada Hak Tanggungan (HT) dan Sertifikat Hak Tanggungan (SHT).

2) Tujuan gugatan itu mencari putusan pengadilan yang tetap. Keputusan Pengadilan itu sebagai dasar eksekusi harta kekayaan debitur atau jaminan debitur.

3) Melalui gugatan kepada debitur ini tidak efsien, karena perlu waktu lama, biaya mahal. Waktu lama karena gugatan itu perlu disidangkan dengan prosedur baku.

Untuk menghindari waktu yang lama dalam melakukan gugatan perdata dalam eksekusi agunan jika hanya punya Perjanjian Kredit (PK) maka bank perlu membuat Pengakuan Hutang (PH) karena:

1) Akta PH harus dibuat oleh dan dihadapan Notaris oleh hukum Acara Perdata sehingga mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti keputusan pengadilan yang tetap. Jadi PH

memiliki kekuatan eksekutorial artinya jika debitur macet/cidera janji dengan memiliki PH bank langsung dapat mengeksekusi/menjual agunan dan tidak perlu menggugat perdata kepada nasabah lagi.

2) Akta atau dokumen lainnya yang oleh Undang-Undang diberikan kekuatan eksekutorial artinya sama dengan keputusan pengadilan yang tetap antara Sertipikat Hak Tanggungan (SHT), Pernyataan Bersama (PB).

3) Eksekusi agunan kredit berdasarkan PH, SHT, PB merupakan pengecualian dari cara penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan cara mengajukan gugatan kepada nasabah melalui Pengadilan Negeri (PN) yang butuh waktu, biaya dan tenaga yang besar.

c. Penjualan Agunan Melalui Lelang Hak Tanggungan (HT)

1) Langsung mengajukan permohonan lelang HT kepada Kantor Lelang/KPKNL sebagaimana pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan jo pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan. Eksekusi HT berdasarkan pasal 6 UUHT:

a) Memberikan hak kepada kreditor pemegang HT pertama untuk menjual obyek HT atas kuasa sendiri apabila debitor pemberi HT cidera janji (wanprestasi).

b) Penjualan Obyek HT tersebut pada dasarnya dilakukan dengan cara lelang dan tidak perlu fiat eksekusi dari pengadilan.

c) Bertindak sebagai pemohon lelang adalah kreditor pemegang HT tingkat pertama.

d) Pengumuman lelang mengikuti tata cara pengumuman lelang eksekusi.

e) Tidak diperlukan persetujuan debitur untuk pelaksanaan lelang.

f) Pelaksanaan lelang melalui Pejabat Lelang Kelas I KPKNL.

g) Nilai limit sedapat mungkin ditentukan oleh Penilai (Appraisal).

h) Dapat melibatkan Balai Lelang pada jasa pra lelang. 2) Atau terlebih dahulu mengajukan fiat kepada Pengadilan

Negeri sebagaimana pasal 14 Undang-Undang Hak Tanggungan jo pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan. Eksekusi HT berdasarkan pasal 14 ayat 2 UUHT:

a) Bertidak sebagaimana pemohon lelang adalah Pengadilan Negeri.

b) Pengumuman lelang mengikuti tata cara pengumuman lelang eksekusi.

c) Tidak diperlukan persetujuan debitur untuk pelaksanaan lelang.

d) Pelaksanaan lelang melalui Pejabat Lelang Kelas I KPKNL.

e) Nilai limit sedapat mungkin ditentukan oleh Penilai (Appraisal).

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, Kantor Cabang Syariah Solo berusaha mengupayakan agar pembiayaan bermasalah dapat diselesaikan terlebih dahulu dengan restrukturisasi daripada melalui penyelesaian pembiayaan karena restrukturisasi dinilai lebih menguntungkan bank. Dengan dilakukan restrukturisasi pembiayaan, diharapkan mampu meningkatkan kolektibilitas pembiayaan.

3. Prosedur Restrukturisasi yang Dilakukan PT. Bank Tabungan Negara