• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Rumah Tradisional Aceh

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur Tradisional Aceh

2. Bentuk Rumah Tradisional Aceh

Bentuk menurut (Ching,1987) merupakan gabungan antara teknik dengan keindahan. Bentuk pada sebuah bangunan dapat dilihat dari penampilan luar yang dapat dilihat melalui struktur formal, tata susun, komposisi yang menghasilkan gambaran nyata, massa 3 dimensi, wujud, penampilan dan konfigurasi. Unsur-unsur utama timbulnya suatu bentuk bangunan adalah adanya titik, garis, bidang dan ruang. Wujud dasar dari bentuk bangunan adalah berbentuk lengkungan. bentuk lingkaran, bentuk segitiga, dan bentuk bujur sangkar. Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan, melalui variasi-variasi yang timbul.

a. Denah Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.6. Denah Rumah Tradisional Aceh dengan 24 tiang (Sumber : Analisi penulis, 2015 berdasarkan tulisan Sabila dkk, 2014)

Gambar 2.7. Denah Rumah Tradisional Aceh dengan 16 tiang

(Sumber : Analisis penulis, 2015 berdasarkan pengamatan rumah Aceh di Kota Banda Aceh)

Denah rumah tradisional Aceh berbentuk persegi dan juga persegi panjang dan terdiri dari tiga jalur lantai memanjang sejajar dengan bubungan atapnya. jalur lantai yang tengah sengaja ditinggikan 25 sampai 40 cm. Denah Rumah Aceh terdiri dari tiga atau lima ruang, rumah dengan tiga ruang memiliki 16 kolom/tiang, sedangkan rumah dengan lima ruang memiliki 24 tiang/kolom seperti gambar diatas. Jalur lantai terdepan dipakai sebagai serambi suami untuk menerima tamu-tamu laki-laki, sedangkan jalur lantai belakang adalah untuk ibu dan keluarga dan bersifat pribadi (skaral). Keduanya diantarai oleh dinding seketeng, yang maksudnya untuk memisahkan serambi depan yang bersifat umum dengan serambi belakang yang bersifat pribadi (Hadjad dkk, 1984).

b. Tampak Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.8. Tampak Depan Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar 2.9. Tampak Samping Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)

Gambar 2.10. Tampak Belakang Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi pribadi, 2015)

Rumah tradisional Aceh merupakan rumah panggung, biasanya memiliki ketinggian sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah. Rumah tradisional Aceh didirikan di atas tiang-tiang kayu atau bambu dengan maksud untuk menghindarkan diri dari serangan binatang buas dan banjir.

Tampak pada bangunan biasanya terdiri dari beberapa elemen yaitu :  Atap Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.11. Atap Rumah Tradisional Aceh

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015)

Atap pada rumah tradisional Aceh berbentuk atap pelana yang hanya menggunakan satu bubungan dan menggunakan bahan penutup berbahan rumbia yang memiliki andil besar dalam memperingan beban bangunan sehingga saat gempa tidak mudah roboh. Fungsi yang lain pun rumbia juga menambah kesejukan ruangan. Keburukan sifat rumbiah yang mudah terbakar pun juga sudah ada solusinya dalam rumah tradisional Aceh. Ketika rumbiah terbakar, pemotongan tali ijuk di dekat balok memanjang pada bagian atas dinding mempercepat runtuhnya seluruh kap rumbiah ke samping bawah sehingga tidak merembet ke elemen bangunan lainnya (Hadjad dkk, 1984).

Proporsi Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.12. Proporsi Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Analisis Penulis, 2015)

Rumah tradisional Aceh merupakan rumah panggung yang memiliki proporsi ketinggian beragam, biasanya memiliki ketinggian tiang kolom sekitar 2,5-3 meter dari atas tanah sedengakan proporsi dinding memiliki tinggi yang lebih rendah yaitu berukurana 1,5 – 2 meter. Rumah tradisional Aceh memiliki tinggi pintu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke rumah tradisional Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan (Hadjad dkk, 1984).

Dinding Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.13. Dinding Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pibadi, 2015)

Dinding rumah tradisional Aceh terbuat dari papan kayu atau bilah bambu, penggunaan material tersebut mempengaruhi penghawan udara yang sangat baik karena udara dapat pengalir melalui selah selah antara atap dan dinding. Pada bagian dinding rumah tradisional Aceh terdapat tempelan tempelan ornamen yang mempengaruhi unsur tradisional Aceh (Hadjad dkk,1984).

Pintu & Jendela Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.14. Pintu Rumah Tradisional Aceh

(Sumber : Dokumentasi Pibadi, 2015 dan Analisis Penulis berdasarkan buku Arsitektur Tradisonal Aceh oleh Hadjad dkk, 1984)

Pada dinding sebelah depan yang menghadap ke halaman rumah terdapat pintu masuk yang disebut pinto rumah, yang berukuran lebih kurang lebar 0,8 meter, dan tingginya 1.8 meter. Pintu masuk ini kadang-kadang terdapat pada dinding sebelah kanan ruangan serambi depan (Hadjad dkk,1984).

Gambar 2.15. Jendela Rumah Tradisional Aceh

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 dan Analisis Penulis, 2015 berdasarkan buku Arsitektur Tradisonal Aceh oleh Hadjad dkk, 1984)

Pada dinding sebelah samping kanan dan kiri terdapat jendela yang berukuran lebih kurang lebar 0.6 meter dan tingginya 1 meter yang disebut tingkap. Kadang-kadang jendela terdapat juga pada dinding sisi depan. Jendela-jendela tersebut terdapat pada rumah yang berdinding papan, sedangkan pada rumah yang berdinding tepas/bamboo pada umumnya tidak memakai jendela (Hadjad dkk : 1984).

Warna Rumah Tradisional Aceh

Gambar 2.16. Warna Dinding Rumah Tradisional Aceh (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 dan onlyaceh.blogspot.com )

Warna pada rumah tradisional Aceh umumnya memakai warna kuning, krem dan merah, orange, hitam yang kadang kadang di kombinasikan dengan warna putih. Jika terdapat warna warna lain itu merupakan akibat pengaruh masa kini ( Hadjad dkk, 1984).

Tabel 2.1. Kesan Warna Pada Rumah Tradisional Aceh (Hadjad dkk, 1984)

Warna Kesan

Merah Emosi yang berubah-ubah, naik turun, hidup menggairahkan dan menyenangkan, menumbuhkan semangat.

Kuning Memiliki karakter kuat, hangat, dan memberi nuansa cerah. Menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.

Putih Bersifat netral, tanpa perasaan dan memliki kesan suci.

Orange Menunjukkan kehangatan, kesehatan pikiran dan kegembiraan.

Hitam Melambangkan perlindungan.

Ragam Hias ( Ornamen) Rumah TradisionalAceh

Pada bangunan tradisional Aceh banyak dijumpai ukiran- ukiran, karena masyarakat Aceh pada hakekatnya termasuk suku bangsa yang berjiwa seni. Ukiran-ukiran itu terutama dijumpai pada bangunan- bangunan rumah tempat tinggal dan bangunan-bangunan rumah ibadat seperti pada Meuseujid (mesjid) dan meunasah (surau). Ukiran-ukiran yang terdapat pada bangunan tradisional seperti tersebut di atas mempunyai berbagai motif atau ragam hias. Motif-motif tersebut adalah motif yang berhubungan dengan lingkungan alam seperti : flora, fauna, awan, bintang dan bulan. Fungsi utama dari berbagai jenis motif dan ragam hias itu adalah sebagai hiasan semata-mata, sehingga dari ukirin tersebut tidak mengandung arti dak maksud-maksud tertentu, kecuali motif bintang dan bulan, yang menunjukkan simbul ke-Islaman, motif awan berarak (AWAN meucanek) yang menunjukkan lambang kesuburan, dan motif tali berpintal (taloe meuputa) yang menunjukkan ikatan persaudaraan yang kuat bagi masyarakat Aceh ( Hadjad dkk, 1984).

Pada rumah tradisional Aceh, ada beberapa motif hiasan ornamen yang dipakai, yaitu: (Hadjad dkk,1984)

(1) Motif keagamaan. Hiasan Rumah Aceh yang bercorak keagamaan merupakan ukiran-ukiran yang diambil dari ayat-ayat al-Quran;

Gambar 2.17. Motif ornamen keagamaan (Sumber : Hadjad dkk, 1984)

(2) Motif flora. Motif flora yang digunakan adalah stelirisasi tumbuh-tumbuhan baik berbentuk daun, akar, batang, ataupun bunga-bungaan. Ukiran berbentuk stilirisasi tumbuh-tumbuhan ini tidak diberi warna, jikapun ada, warna yang digunakan adalah Merah dan Hitam. Ragam hias ini biasanya terdapat pada rinyeuen (tangga), dinding, tulak angen, kindang, balok pada bagian kap, dan jendela rumah;

Gambar 2.18. Motif Ornamen Flora (Sumber : Hadjad dkk, 1984)

(3) Motif fauna. Motif binatang yang biasanya digunakan adalah binatang-binatang yang sering dilihat dan disukai, umumnya bermotifknan binatang unggas seperti merpati, balam, perkutut.

Gambar 2.19. Motif ornamen Fauna (Sumber : Hadjad dkk, 1984)

(4) Motif alam. Motif alam yang digunakan oleh masyarakat Aceh di antaranya adalah: langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang dan laut; dan

(5) Motif lainnya, seperti rantee, lidah, dan lain sebagainya.

Dokumen terkait