• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Arsitektur Nusantara mengkini

2.3.1 Bentuk dan rupa

Bentuk adalah seluruh informasi geometris yang akan tidak berubah ketika parameter lokasi, skala, dan rotasinya diubah. Bentuk sederhana dapat diterangkan lagi oleh teori benda geometri dasar (dua dimensi) misalnya titik, garis, kurva, bidang (misal, persegi atau lingkaran), atau bisa pula diterangkan oleh benda padat (tiga dimensi) seperti kubus, atau bola (Kendall, 1984). Pemahaman bentuk tersebut

17

didefenisikan kembali sebagai bangun yaitu benda-benda geometri dalam keadaannya sebagai benda trimatra/wujud 3 dimensi (Grillo, 1960). Dalam hal ini, geometri dimengerti sebagai penghadiran sebuah bangun 3 dimensi yang terbentuk dari proses penggabungan bangun 2 dimensi sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh.

Bentuk dasar rumah Niang tersusun dari bentuk kerucut dengan penampang berupa lingkaran. Semakin keatas, penampang berupa lantai semakin mengecil mengikuti bentuk kerucut tersebut. Bentuk dasar rumah Niang dapat dipahami sebagai satu kesatuan antara bentuk atap/badan Niang dengan bentuk penampang lantai yang berbentuk lingkaran dan bertingkat. Bentuk kerucut tersebut dikonfigurasi dengan kaki-kaki niang yang berbentuk balok vertikal lurus dan menyiku.

Sejalan dengan pemahaman bentuk tersebut, Steadman (1983) menjelaskan bahwa keberadaan suatu bentuk terwujud menurut ketertiban geometrinya, ini berarti bahwa konfigurasi dari elemen-elemen geometri dari suatu benda akan menentukan suatu bentuk, begitu juga pada kondisi-kondisi pada pertemuan elemen-elemennya. Untuk menghasilkan ekspresi yang baik maka peran teknik pengkomposisiannya harus dapat menerjemahkan bentukan geometri tersebut sesuai konsep yang berperan sebagai pemberi batas terhadap kecenderungan berekspresi yang diluar konsep tersebut. Merujuk pada pernyataan Steadman tersebut, bentuk dan rupa rumah Niang yang baru, akan dipahami sebagai Niang, jika teknik pengkomposisiannya terarah menuju suatu ketertiban geometri pembentuknya yang disandingkan dengan konsep yang tepat dengan konfigurasi maupun pertemuan elemen-elemen yang sesuai dengan wujud signifiernya.

Arsitektur rumah Niang memiliki beberapa bangun geometri sebagai perwujudan elemen dasar pembentuknya , antara lain ;

- Atap/ badan : kerucut

- Kaki : balok

- Kolom/tiang : silinder

- Pintu : persegi panjang

- Jendela : persegi

18

Dengan merujuk pada pernyataan Prijotomo (1995) yang menjelaskan bahwa bentuk dan ruang arsitektur merupakan substansi dasar pengadaan yang dapat dijadikan bahan dalam melakukan olah kreativitas terhadap penghadiran sebuah karya arsitektur, maka dalam proses penggubahannya, bentuk dasar rumah Niang digunakan sebagai bahan dalam bereksplorasi untuk menemukan varian yang baru namun tetap dalam konsep yang ikonis. Penetapan bentuk dasar dilakukan terlebih dahulu karena pengubahan menyangkut dua kesatuan yang berbeda yaitu sebagai pengubahan bentuk arsitektur dan pengubahan ruang arsitektur.

Rupa memiliki 3 pengertian dasar, antara lain : keadaan tampak luar, roman/paras/tampang, dan wujud (apa yang kelihatannya). Menurut Grillo (1960), rupa adalah benda-benda geometri dalam keadaannya sebagai benda dwimatra / wujud 2 dimensi.

Unsur rupa pada rumah Niang terwujud dari antara lain ; - Outline bangunannya.

- Tekstur materialnya. - Warna

Sosok bangunan rumah Niang tergambar oleh bentuknya yang kerucut, memiliki skala proporsi tubuh yang ideal dan anggun. Karakter ini tercipta, bukan saja dari bentuk dan skalanya, tetapi juga outline bentuk bangunannya, komposisi dan tekstur pada fasadnya.

Rupa rumah Niang dipahami sebagai identitas wajah Nusantara yang berasal dari daerah Manggarai. Identitas inilah yang membuatnya tampak berbeda dari bentuk rumah Nusantara lainnya. Dalam proses pengubahannya, rupa rumah Niang akan dipakai sebagai salah satu karakteristik yang perlu dipertahankan, namun dengan konteks yang mengkini.

19 Gambar 2. 6 Rupa rumah Niang

Sumber : http://rumah adat di Indonesia.blogspot.com/2014 2.3.2 Stuktur Rumah Niang

Konstruksi rumah Niang terbangun menggunakan konstruksi ikat pada bangunan setinggi 5 lantai dengan struktur sendi yang merupakan ciri bangunan Nusantara. Dengan menggunakan konstruksi ikat, struktur bangunan menjadi tidak kaku sebagaimana yang terjadi pada konstruksi dengan menggunakan paku (Prijotomo, 2010). Menurut beliau, konstruksi ikat tersebut telah terbukti kekuatannya tanpa pengenalan terhadap perhitungan mekanika dan uji laboratoris melainkan dengan pemanjatan bangunan disertai naik turun pekerja yang terlibat untuk memeriksa kualitas konstruksi tersebut.

Metode konstruksi ikat pun sudah dikenal masyarakat Nusantara jauh sebelum mereka mengenal sistem sambungan dengan menggunakan paku. Hal itu dapat dilihat dari teknik memasang dan mengikat kayu dan bambu yang diwarisi secara turun temurun antar generasi hingga saat ini.

Selain konstruksi ikat, dalam pembangunan rumah Niang juga terdapat konstruksi goyang dimana seluruh konstruksi dengan menggunakan ikatan sebagai sistem perakitannya akan ikut bergoyang bilamana terjadi gempa bumi. Konstruksi goyang tersebut berbeda dengan konstruksi yang dirakit dengan menggunakan paku maupun beton yang mengandalkan kekakuan dan kekuatan, tetap diam, tidak bergerak dan beringsut. Konstruksi goyang pada bangunan Nusantara, dalam hal ini pada rumah Niang, merupakan konstruksi yang tanggap terhadap gempa dan goyangan pada bumi (Prijotomo, 2010).

20 a. Tiang utama (hiri mehe)

Rumah Niang tersusun oleh sistem rangka yang disokong oleh 9 hiri mehe (tiang utama). Tiang-tiang tersebut ditata dalam 3 deret dengan jarak yang sama (simetris), dan masing-masing deretnya terdiri dari 3 tiang (Jeraman, 2000). Secara struktural rumah Niang tersusun antara lain :

- Salah satu tiang yang merupakan poros bangunan atau tiang tengah adalah hiri bongkok. Tiang ini disebut tiang suci karena fungsinya sebagai poros dari bangunan ini. hiri bongkok dipilih dari kayu jenis tertentu dengan ketinggian ± 4.00 m – 4.50 m.

Gambar 2. 7 Hiri bongkok sebagai kolom utama

- Hiri leles merupakan tiang penunjang yang secara khusus memikul tepi atap bagian bawah yang mengelilingi bangunan.

Gambar 2. 8 Hiri leles sebagai tiang penopang wahe leles

- Hiri ngaung merupakan kolong atau ruang bagian bawah bangunan. Disitu terdapat tiang pemikul beban lantai bangunan pada bagian wase leles (rangka