• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KETENTUAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

C. Bentuk dan Sifat Wasiat

Syarat-syarat wasiat rahasia ini diatur dalam Pasal 940 dan 941 KUH Perdata (BW) wasiat rahasia ini ditulis sendiri oleh si pewaris atau menyuruh orang lain untuk menulisnya. Jadi harus ditulis sendiri dan ditanda tangani sendiri.

Tulisan ini ditutup dalam sampul dan sampulnya disegel, diserahkan kepada notaris atau penutupan dan penyegelan itu boleh dilakukan di muka notaris dengan empat orang saksi. Kemudian si peninggal warisan membuat suatu keterangan di muka notaris dan saksi-saksi, bahwa yang termuat dalam sampul itu adalah wasiatnya atau testamentnya dan ditulis sendiri atau menyuruh orang lain untuk menulisnya dan ditandatangani sendiri.

Kemudian notaris membuat akta superscripsi yaitu untuk membuatkan keterangan itu, akta mana dapat ditulis sendiri dalam surat yang memuat keterangan itu sendiri atau pada sampulnya. Akta superscripsi ini harus ditanda tangani oleh notaris. Jika si pewaris tidak dapat menanda tangani, maka hal tersebut harus disebut dalam akta superscripsi itu. Wasiat atau testament rahasia

19

ini harus disimpan oleh notaris bersama-sama dengan aslinya dari akta-akta notaris lain.

Dalam hal si pewaris adalah orang bisu, tetapi dapat menulis maka wasiat atau testament tetap harus ditulis, diberi tanggal dan ditanda tangani oleh pewasiat. Kemudian wasiat atau testament harus ditulis si pewaris di muka notaris dan para saksi, bahwa tulisan yang diserahkan itu adalah wasiatnya. Untuk ini notaris membuat kata superscripsi dan menyebutkan didalamnya bahwa keterangan dari si pewaris itu ditulis di hadapan notaris dan saksi-saksi.

Untuk ini notaris berkewajiban untuk memberitahukan adanya wasiat itu kepada orang yang berkewajiban, apabila si pewaris itu telah meninggal dunia.

Suatu wasiat atau testament tidak boleh dibuat oleh dua orang, baik seorang kedua maupun seorang ketiga maupun saling menguntungkan. Dasar larangan ini ialah untuk mempersulit penarikan kembali dari wasiat atau testament itu.

2. Wasiat Umum (Openbaar)

Pasal 938 BW (KUH Perdata) menentukan bahwa wasiat atau testament umum atau wasiat tak rahasia ini harus dibuat di muka seorang notaris yang dihadiri oleh dua orang saksi. Si pewaris menyatakan kemauannya kepada notaris secara secukupnya, maka notaris harus menulis atau menyuruh menulis pernyataan itu dalam kata-kata yang terang.

Pernyataan yang dibuat dalam pasal BW adalah untuk menegaskan bahwa notaris tidak perlu menulis semua kata-kata yang diucapkan si pewaris, cukup hanya yang perlu saja menurut notaris, agar yang ditulis itu menjadi terang

maksudnya. Pendapat lain yang menyatakan itu harus secara lisan bukanlah merupakan syarat mutlak. Menurut R. Subekti yang perlu mengenai pernyataan ini adalah bahwa notaris ini mengerti apa yang dinyatakan oleh si pewaris.

Wasiat atau testament ini lazim disebut wasiat atau testament lisan juga, sebagaimana orang yang sakit tetapi dapat bicara ingin membuat wasiat, maka kemauannya tersebut dapat ditulis di kertas. Kemudian tulisan ini di baca notaris dengan suara keras dan setelah mendengarkannya, si pewaris menganggukkan kepalanya, maka pernyataan dengan cara ini pun sudah cukup terang dan juga sah. Syarat untuk menjadi seorang saksi sama halnya dengan wasiat atau

testament rahasia. Ditambah pula dengan ketentuan siapa-siapa yang tidak boleh

menjadi saksi, yaitu :

1. Para ahli waris atau orang-orang yang dihibah barang-barang, sanak keluarga mereka sampai tingkat keempat.

2. Anak-anak, cucu-cucu serta anak menantu notaris atau cucu, menantu notaris.

3. Pembantu notaris.

Pernyataan si pewaris ini dapat dilakukan kepada notaris di luar hadirnya para saksi, kemudian ditulis pula oleh notaris. Sebelum tulisan notaris itu dibacakan lebih dahulu si pewaris harus menyatakan lagi kemauannya secara singkat di muka para saksi. Barulah tulisan notaris itu dapat dibacakan dan kepada si pewaris ditanyakan, apakah sudah betul yang dibacakan itu kemauannya yang terakhir.

Kemudian akta itu ditanda tangani notaris, para saksi dan oleh si pewaris tidak dapat atau berhalangan untuk menandatangani maka harus disebut dalam akta notaris dan harus disebutkan bahwa acara selengkapnya harus dilakukan.

Bentuk wasiat atau testament umum inilah yang sering atau paling banyak dipakai, karena notaris dapat mengawasi isinya sehingga notaris dapat menasehatkan supaya wasiat atau testament itu tidak bertentangan dengan Undang-Undang.

3. Wasiat ditulis sendiri (Olografis)

Menurut Pasal 932 BW (KUH Perdata) bahwa wasiat ini seluruhnya harus ditulis dan ditandatangani oleh orang yang akan meninggalkan warisan itu sendiri

(eigenhanding), kemudian diserahkan sendiri kepada seorang notaris untuk

disimpan (gedeponered). Penyerahan tersebut harus pula dihadiri oleh dua orang saksi.20

Penyerahan itu mungkin tidak tertutup, jadi tidak rahasia, maka akta penerimaan untuk disimpan tadi oleh notaris ditulis pada wasiat atau testamentnya

Pada waktu penyerahan wasiat atau testament itu kepada notaris untuk disimpan, mungkin wasiat atau testament sudah tertutup dalam satu sampul yang disegel. Dalam hal ini si pewaris di muka notaris dan para saksi mencatat pada sampul yang menyatakan bahwa dalam sampul dan wasiatnya, dan catatan itu harus ditanda tangani oleh si pewaris. Dan notaris sendiri harus membuat akta tersendiri dalam hal menerima wasiat atau testament untuk disimpan, akta mana harus ditanda tangani oleh notaris, para saksi dan si pewaris.

20

di bawah tulisan si pewaris yang mengandung kemauan terakhir. Kemudian notaris, para saksi dan si pewaris menandatangani wasiat atau testamentnya, jika berhalangan untuk menanda tangani sampul atau akta penerimaan yang dibuat notaris, maka dalam hal ini notaris harus mencatat hal ini serta sebab-sebabnya dia berhalangan.

Kekuatan wasiat atau testament ini sama dengan kekuatan wasiat atau

testament rahasia yang dibuat di muka notaris, dan tanggal ditulis dalam wasiat itu

sendiri tidak diperhatikan. Jika terbukti bahwa wasiat atau testament itu ditulis dan ditanda tangani oleh si pewaris, maka hal demikian dianggap benar sampai dibuktikan sebaliknya.

Maka dengan ini terhindarlah cekcok di muka hakim mengenai pembagian kewajiban membuktikan hal sesuatu untuk pertanggung jawaban notaris, maka permintaan kembali itu harus dinyatakan dalam suatu akta otentik, biasanya dengan akta notaris. Dengan demikian wasiat atau testament olografis ini harus dianggap seperti ditarik kembali.

Apabila wasiat atau testament olografis itu diserahkan kepada notaris dengan sampul yang disegel, maka notaris tidak berhak membuka segel itu, kecuali jika si pewaris wafat atau meninggal dunia, notaris menyerahkan kepada Balai Harta Peninggalan (Weeskamer) untuk dibuka seperti wasiat atau testament rahasia, yaitu dengan membuat proses verbal dari pembukaan itu dan wasiat atau

4. Codicil

Di samping tiga macam wasiat atau testament tersebut undang-undang mengenal yang dinamakan “codicil”. Sebagaimana diketahui cidikal ialah suatu akta dibawah tangan (jadi bukan akta notaris), diberi tanggal dan ditandai tangani oleh pewasiat sendiri.21

Hal ini diatur dalam Pasal 946, 947, 948 BW (KUH Perdata), Semuanya wasiat atau testament yang diatur menurut Pasal 946, 947 dan pasal 948 BW tersebut diatas harus ditandatangani oleh si pewaris dan sekurang-kurangnya

Orang yang akan meninggalkan warisan itu menetapkan hal-hal yang tidak termasuk pemberian atau pembagian warisan. Misalnya: Membuat pesanan-pesanan tentang penguburan mayatnya, juga pengangkatan seorang Executeur

Testamentair, pemesanan tentang pakaian-pakaian dan perhiasan.

Penarikan kembali kemauan terakhir ini dapat dilakukan dengan akta di bawah tangan. Surat wasiat ini boleh disimpan sendiri atau ke pihak yang dipercayai. Surat wasiat yang demikian ini hanya sah dengan isi terbatas. Jika yang hendak dihadiahkan itu perhiasan atau permata, harus dicantumkan dengan jelas satu persatu barang-barang apa saja yang akan diberi. Akan tetapi jika yang diwasiatkan itu sendiri dari sejumlah uang, bagaimanapun kecilnya uang itu tidak boleh dimasukkan ke dalam codicil. Penarikan kembali codicil ini sederhana saja yaitu dengan jalan memusnahkannya. Penarikan kembali atau mengubah isi codicil yang baru atau dengan akta wasiat atau akta testament.

5. Wasiat Darurat

21

seorang saksi, kalau mereka tidak menulis maka hal ini harus disebutkan dalam wasiat atau testament itu.22

Erfstelling adalah penentuan dalam testament yang maksudnya bahwa

seorang tertentu ditunjuk oleh si pewaris untuk menerima seluruh harta warisan atau sebahagian tertentu. Orang yang ditunjuk tersebut dinamakan “testamentaire Wasiat atau testament luar biasa atau darurat menurut pasal-pasal tersebut di atas tidak berlaku setelah lampau waktu enam bulan sesudah hal yang menyebabkan hal yang luar biasa tadi berhenti. Tenggang waktu enam bulan ini terhitung dari sejak pembuatan akta. Dalam keadaan luar biasa wasiat atau

testament dapat dibuat dengan akta di bawah tangan, asal ditulis, diberi tanggal

dan ditandatangani oleh si pewaris. Akta ini hanya berlaku selama tiga bulan terhitung dari waktu yang menyebabkan sifat luar biasa itu sendiri, kecuali kalau akta itu diserahkan kepada notaris untuk disimpan secara ketentuan olografis.

Suatu wasiat atau testament yang tidak memenuhi syarat menurut BW (KUH Perdata) adalah batal. Soal batal ini adalah dengan sendirinya tidak perlu diminta pembatalannya oleh siapapun juga. Jadi hakim harus menganggap wasiat atau testament itu batal, jika diketahui bahwa wasiat atau testament itu tidak memenuhi syarat-syarat menurut BW (KUH Perdata).

Pada hakekatnya suatu wasiat atau testament berisi tentang Erfstelling,

Legaat, beban (last), Fidil Commis.

6. Erfstelling

tanggal 15 juni 2010

erfgenaam”, yaitu ahli waris menurut wasiat, dan sama halnya dengan seorang

ahli waris menurut undang-undang, ia memperoleh segala hak dan kewajiban si pewaris “under algemene titel”.23

Legaat adalah petunjuk seseorang tertentu untuk mewarisi barang tertentu

atau sekumpulan barang tertentu seperti misalnya suatu rumah tertentu, atau suatu mobil tertentu atau semua barang bergerak milik si peninggal warisan, atau hak memetik hasil atau seluruh warisan atau sebahagian (Pasal 957 BW). Segala barang yag diserahkan baik barang-barang bergerak maupun barang-barang yang Misalnya seperdua, sepertiga dan sebagainya (Pasal 954 KUH Perdata). Orang yang menerima atau mendapat erfstelling ini mempunyai kedudukan sebagai ahli waris ab intestato, artinya orang ini tidak hanya mendapat hak-hak yang melekat pada benda itu, akan tetapi ia juga mempunyai kewajiban-kewajiban. Misalnya membayar hutang-hutang si pewaris.

Dalam wasiat atau testament seperti ini si pewasiat hanya menentukan siapa-siapa yang menerima atau mendapat wasiat atau testament setelah ia kelak meninggal dunia. Dan ada kalanya ditentukan berapa bagian masing-masing para penerima wasiat yang telah ditunjuk itu. Apabila si pewasiat tidak menentukan bagian masing-masing maka dianggaplah mereka memperoleh bagian yang sama besarnya. Dari ketentuan tersebut jelaslah bahwa erfstelling itu adalah penunjukan seseorang atau beberapa orang untuk menjadi ahli waris yang akan menerima seluruh atau sebagian harta dari harta warisannya.

7. Legaat

23

tidak bergerak, misal mobil, rumah dan tanah yang luas, serta surat-surat yang berhubungan dengan benda itu haruslah secara jelas dan terperinci dimuat dalam wasiat atau testament.

Orang-orang yang menerima barang-barang bergerak dan barang tidak bergerak milik si peninggal warisan, hak memetik hasil seluruh harta warisan atau sebahagian ini dinamakan “Legataris”. Seorang legataris tidak hanya berhak menerima warisan bahkan legataris berhak dan dapat menuntut dari ahli waris supaya barang tertentu itu dapat diserahkan kepadanya.

Jadi kedudukannya adalah seperti kedudukan orang yang berpiutang. Dengan demikian ia tidak bertanggung jawab atas hutang-hutang si pewaris. Apakah seorang legataris dengan adanya wasiat atau testament itu sejak wafatnya si peninggal warisan menjadi pemilik-pemilik barang yang diberikan, ataukah ia hanya berhak untuk menuntut penyerahan barang itu kepadanya baru sesudah penyerahan itu ia menjadi pemilik.

Pasal 960 BW (KUH Perdata) menentukan si penerima legaat dapat menerima semua hasil sejak wafatnya si pewaris dengan tidak diperdulikan kapan barangnya diserahkan, yaitu:

1. Apabila hal itu ditentukan oleh si peninggal warisan dalam wasiat atau

testament.

2. Apabila yang diberikan sebagai legaat adalah suatu bunga selama hidup atau gaji tahunan, gaji bulanan, gaji mingguan dengan dinamakan nafkah untuk keperluan sehari-hari.

Ada kalanya seorang legataris yang menerima beberapa benda, diwajibkan memberikan benda itu kepada orang lain ayang ditunjuk dalam wasiat atau testament, pemberian ini dinamakan “Sub Legaat”.

Suatu erfstelling atau suatu legaat dapat juga digantungkan pada suatu syarat atau suatu kejadian di kemudian hari yang pada waktu pembuatan wasiat atau testament belum tentu akan terjadi atau tidak, misalnya seseorang dijadikan ahli waris atau diberikan suatu barang warisan dengan syarat bahwa dari perkawinannya akan dilahirkan seorang anak laki-laki. Namun tidak diperbolehkan suatu syarat yang pelaksanaannya berada di dalam kekuasaannya si waris atau legataris sendiri. Misalnya suatu syarat yang berbunyi bahwa si ahli waris atau legataris akan mengadakan pesta.

Suatu syarat yang sama sekali tidak mungkin terlaksana juga tidak diperbolehkan dicantumkan dalam suatu wasiat atau testament, maka syarat itu adalah batal artinya dianggap sebagai tidak tertulis dan wasiat atau testament, berlaku seolah-olah tidak mengandung suatu syarat. Suatu legaat dan erfstelling juga dapat digantungkan pada suatu ketetapan waktu.

8. Beban (Last)

Pada kemungkinan lain dalam suatu wasiat atau testament dapat ditentukan bahwa seseorang akan diberikan keuntungan dengan suatu beban

(last). Beban yang ditentukan dalam wasiat atau testament ini dapat merupakan

kewajiban dari ahli waris, dapat pula merupakan kewajiban legataris.

Suatu legaat dapat disertai suatu kewajiban beban kepada si legataris, misalnya seorang dijadikan waris dengan beban untuk memberikan suatu

pensiunan kepada ibunya si pewaris. Jika suatu beban tidak dipenuhi, maka warisan atau legaat dapat dibatalkan atas permintaan yang berkepentingan atau atas permintaan ahli waris yang lain.

Selanjutnya Pasal 962 BW menentukan, apabila kepada legataris oleh si pewaris dibebani berbagai kewajiban maka para legataris harus memenuhi kewajiban itu, masing-masing seimbang dengan jumlah barang-barang legaat yang mereka akan terima. Kecuali apabila si pewaris menentukan lain dan membebankan kewajiban itu misalnya hanya kepada salah seorang legataris saja.

Kewajiban yang dibebankan kepada legataris, dapat bermacam-macam isinya. Dan dalam Pasal 967 BW diperbolehkan seorang legataris diwajibkan melakukan pembayaran uang kepada seorang ketiga, atau untuk membayar hutang-hutang dengan uang kepunyaan si legataris sendiri. Dari ketentuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa beban merupakan suatu kewajiban yang apabila beban ini tidak dipenuhi akan mengakibatkan batalnya warisan atau legaat atas permintaan yang berkepentingan.

9. Fidei Commis

Fidei Commis adalah suatu pemberian warisan kepada seorang ahli waris

dengan ketentuan bahwa ia diwajibkan untuk menyimpan warisan itu dan setelah lewat suatu waktu tertentu atau apabila apabila si ahli waris itu sendiri telah meninggal dunia warisan itu harus diserahkan kepada orang yang sudah ditetapkan atau ditentukan dalam wasiat atau testament.

Orang yang akan menerima warisan ini dinamakan “Verwachter” oleh karena ia menerima warisan itu dengan melewati semacam Undang-Undang, yang

dinamakan “Erfstelling Voor De Hand” yaitu pemberian warisan secara melangkah.

Pada umumnya fidei commis dilarang oleh undang-undang. Alasan larangan ini ialah karena adanya benda-benda yang untuk waktu lama dan tidak tertentu akan disingkirkan dari lalu lintas hukum dan dianggap sebagai suatu rintangan besar bagi kelancaran lalu lintas hukum, kecuali dua macam fidei

commis yang diperbolehkan oleh undang-undang yaitu:

1. Untuk memenuhi seseorang dan supaya benda itu diwariskan lagi kepada anak-anak si ahli waris sendiri.

2. Lazim disebut fidei commis de residue, ditetapkan bahwa seseorang ahli waris harus mewariskan lagi apa yang dikemudian hari masih ketinggalan dari warisan yang diperolehnya, jadi sisanya saja yang diberikan kepada orang lain.

Jadi di dalam fidei commis ada dua orang penerima warisan yang berturut-turut akan menjadi pemilik dari barang warisan tersebut. Yaitu:24

a. “Ahli waris” dalam garis lurus (garis lurus ke bawah dan garis lurus keatas) diatur dalam Pasal 913 KUH Perdata.

b. “Ahli waris” yaitu orang-orang yang terpanggil untuk mewaris diatur dalam Pasal 913 KUH Perdata.

Dokumen terkait