• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONSEP INSAN KAMIL PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL

B. Melawan Radikalisme Islam di Indonesia dengan Insan Kamil perspektif

5. Berani menciptakan Dunia yang lebih baik

Bagi Iqbal tugas manusia adalah mencipta. Manusia merupakan partner Tuhan dalam menciptakan penciptaan Tuhan yang belum selesai di dunia. Oleh karena itu, manusia harus mampu dan berani untuk menciptakan dunia yang lebih baik.

Menurut Iqbal, Agama Islam merupakan agama yang menganut konsep dinamisme serta mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial. Paham dinamisme inilah yang dipandang Iqbal sebagai suatu gerak, hukum hidup adalah menciptakan.12

Jika tidak ada keberanian dalam hidup untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan memposisikan diri sebagai partner Tuhan, maka hidupnya akan penuh bencana. Sebab dengan keberanian, akan mengantarkan seseorang untuk mencapai cita-citanya. Iqbal bersajak:

Tak adanya berani

Menjelmakan ratusan penyakit dan bencana Miskin, penakut, rendah amal dan cita.13

Menyesuaikan diri dengan perkemangan zaman merupakan sebuah keniscayaan bagi seorang individu. Di tengah berbagai kompleksitas tuntutan kehidupan duniawi, individu dituntut untuk berani untuk

12

Saefuddin, Pemikiran Modern, 50.

13

87

menyongsong kehidupan yang semerawut. Individu yang tidak punya keberanian dalam mengarungi samudra kehidupan yang kompleks, maka individu tersebut secara tidak sadar melenyapkan egonya ke dalam ego-ego lain yang bergerak secara kreatif.

Tidak hanya itu, seorang individu dituntut untuk terlibat langsung dengan berbagai perubahan dunia sebab manusia merupakan makhluk yang bebas untuk mampu mengasah kehendak kreatifnya. Di sinilah letak keunggulan manusia dari makhluk yang lain.

Iqbal bersajak:

Segala sesuatu dipenuhi harapan untuk menyatakan diri Tiap atom merupakan tuas kebesaran!

Hidup tanpa gejolak meramalkan kematian Dengan menyempurnakan diri....

Insan mengarahkan pandang pada Tuhan!

Kekuatan Khudi mengubah biji sawi setinggi gunung Kelemahannya menciutkan gunug sekecil biji sawi Engkaulah semata....

Realitas di alam semesta

Selain Engkau hanyalah maya belaka 14

Seorang manusia dengan egonya mampu mengubah dunia dan mampu membawanya menjadi individu yang benar-benar hidup. Iqbal menggambarkan bagaimana besarnya ego seseorang untuk dapat merubah dunia. Individu yang tidak mengasah egonya untuk perubahan dunia, maka ia bisa dikatakan sebagai individu yang mati suri.

14

88

Tetapi untuk membuat perubahan dunia ke depan dan mengarah yang lebih baik, kita dituntut untuk menggabungkan secara kreatif dan orisinil. Iqbal bersajak:

Jika kau cita, kau lebih tinggi dari langit

Kau berkesan merebut dan menakjubkan kalbu insan Perusak yang batal dan palsu dari zaman bahari Penuh dengan gelisah resah, penjelmaan akhir zaman Kita menyala dengan sinar surya keinginan 15

Sajak di atas menggambarkan bagaimana apabila seorang manusia yang memiliki segudang konsep, maka ia memiliki kemampuan untuk dunia tunduk padanya, sebab kata Iqbal itulah tujuan hidup seorang manusia. Di Indonesia sendiri, kita mengenal Soekarno, Bapak proklamator yang sangat disegani diseluruh dunia. Cita-citanya yang kreatif dan orisinil untuk memerdekakan Indonesia sebagai negara berdaulat, membuat Indonesia menjadi negara dengan identitas pribadi yang menganut ideologi Pancasila ditengah kepungan dua ideologi besar dunia, yaitu Sosialisme-Komunisme dan Liberalisme.

15

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai penjelasan yang sudah penulis paparkan dan dengan berpedoman kepada rumusan masalah, maka penulis mengambil kesimpulan sebagaimana berikut:

1. Muhammad Iqbal merupakan seorang penyair-filsuf yang banyak menuangkan pemikirannya melalui bentuk sastra puisi. Pemikiranya terfokus pada eksistensi manusia tentang hubungannya dengan Tuhan. Iqbal berpedapat bahwa seseorang dapat dan harus selalu untuk mendekati Tuhan tetapi seorang manusia sampai kepada Tuhan, ia tidak boleh atau tidak mungkin larut dengan Tuhan atau yang dikenal dengan panteisme. Untuk merasionalkan penolakan terhadap panteisme, Iqbal memunculkan teori tentang ego, yang mana antara ego dengan ego yang lain dapat berhubungan tetapi tidak bisa bersatu dengan ego lain. Bagi Iqbal, Ego Tuhan merupakan ego yang tertinggi (ultimate ego) di mana ego makhluk yang lainnya merupakan turunan daripada egoNya. Bagi Iqbal, semakin ego seorang manusia dekat dengan Tuhan maka semakin pula kesempurnaan seorang manusia. Bagi Iqbal, seseorang yang sudah mencapai kesempurnaan ego, ia disebut sebagai Insan Kamil di mana ia akan selalu memancarkan sifat-sifat Ketuhanan dalam mengarungi samudra kehidupan dan layak disebut sebagai wakil Tuhan di dunia.

90

2. Radikalisme Islam sangat berkaitan dengan fundamentalisme Islam. Fundamentalisme Islam adalah lebih menekankan pada aspek teoritis yaitu cara pandang hidup atau ideologi yang mereka anut serta mereka percayai, sedangkan radikalisme Islam lebih bersifat praktis yang menekankan cara bersikap dan bertindak dari keseluruhan ideologi fundamentalis tersebut. Awal Radikalisme dalam Islam bermula dari tahkim di Daumatul Jandal yang melibatkan kelompok yang dipimpin oleh Khalifah Ali dengan kelompok yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Kekalahan yang diterima oleh kelompok khalifah Ali membuat kelompoknya tersebut pecah menjadi dua golongan. Golongan yang tidak terima inilah akhirnya memisahkan diri dari

Khalifah Ali dan berkumpul di Harura’ sehingga dinamakan Khawarij

yang berarti rang-orang yang keluar. Merka keluar dari barisan khalifah Ali yang selanjutnya menyusun Aqidah sendiri bahwa semua orang yang terlibat dalam tahkim adalah kafir, serta halal darahnya sebab kafir merupakan keputusan la diniyyah (sekuler). Dari sinilah, ajaran radikalisme mulai menyebar dan berkembang biak.

3. Gerakan radikalisme Islam yang meggunakan cara kekerasan dalam mencapai tujuannya serta anti barat dan modernisme sangat

bertentangan dengan konsep Insan Kamil yang dikemukakan

Muhammad Iqbal. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi gerakan radikalisme Islam setidaknya ada 5 (lima) poin, yaitu; Pertama, menggabungkan barat dan timur; Kedua, Menghargai ego; Ketiga,

91

Menumbuhkan cinta kasih; keempat, mengambil posisi dalam dinamikaa zaman; Kelima, Berani menciptakan dunia yang lebih baik.

B. Kritik

Radikalisme Islam merupakan masalah yang cukup klasik dalam hal keberagamaan. Di mulai dengan tindakan makar yang dilakukan oleh kelompok khawarij yang menyebabkan terbunuhnya beberapa orang Sahabat nabi seperti Ali bin Abi Thalib yang dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam hingga mengkafirkan serta menghalalkan darahnya orang-orang yang di luar kelompoknya.

Meskipun secara institusi kelompok Khawarij sudah punah, tetapi secara genealogi pemikiran mereka tetap eksis hingga sampai saat ini. Seperti kita lihat, walaupun antara radikalisme dan terorisme berbeda, tetapi efek yang dihasilkan oleh keduanya menjadi perhatian dunia akan kejahatan kemanusiaan yang ditimbulkan.

Antara radikalisme dengan fundamentalisme hanya berbeda secara terminologi. Terkadang pemahaman fundamentalistik membutuhkan sikap radikal untuk mencapai segala apa yang mereka cita-citakan. Banyak faktor yang melatarbelakangi munculnya gerakan radikalisme, di antaranya adalah penolakan segala pemikiran yang berasal dari barat di antaranya ialah Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, radikalisme merupakan ideologi yang menggunakan berbagai cara kekerasan demi tercapainya tujuan politik mereka. Mereka akan

92

menempuh segala cara untuk mencapai apa yan mereka cita-citakan, termasuk melakukan tindakan kejahatan kemanusiaan.

Daripada itu, ideologi radikalisme yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa, merupakan ideologi yang harus dikikis sebab dengan begitu permasalahan kemanusiaan bisa teratasi.

C. Saran

Dengan mengetahui dan memaparkan berbagai problem radikalisme yang sudah dijelaskan, sudah saatnya kita untuk memusnahkan ideologi radikal yang selama ini berkecamuk dalam tubuh umat Islam. Oleh sebab itu, untuk melawan sebuah ideologi dibutuhkan perlawanan secara ideologi pula, di sinilah penulis menurunkan konsep Insan Kamil dalam pandangan Muhammad Iqbal.

Dengan menggunakan konsep Insan Kamil, Muhammad Iqbal ingin

menjadikan manusia sebagai “Superman” dalam artian menjadi menjadi

manusia yang sesungguhnya. Untuk menjadi itu, seorang manusia harus bisa berdinamika dengan zaman dan modernisme, berani menggabungkan intisari pemikiran barat dan menggabungkannya dengan timur, bersikap toleransi serta mencintai setiap ego manusia.

93

DAFTAR PUSTAKA

A. Mustofa. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.

A. Yani Abeveiro, “Penguasa, Oposisi dan Ekstrimis dalam Khilafah Islam;

Sebuah Mapping Historis” dalam SR-Ins Team, Negara Tuhan; The Thematic Encyclopedia.ed. SR-Ins Team. Yogyakarta: SR-Ins Publishing, 2004.

A’la, Abd. Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan; Merajut Islam Indonesia Membangun Peradaban Dunia. Yogyakarta: LkiS, 2014.

Abdul Hakim. “Pemikiran Tasawuf Muhammad Iqbal”. Jurnal Ilmiah ilmu Ushuluddin, Vol. IV No. 1. April, 2005.

Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam; Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia. Jakarta: The Wahid Institute, 2009. Adian, Donny Gahral. Muhammad Iqbal; Seri Tokoh Filsafat. Jakarta: Teraju,

2003.

Ahmad Fuad Fanani, “Fenomena Radikalisme di Kalangan Muda”, Maarif, Vol. 8 No. 1. Juli, 2013.

Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, “Melacak akar Radikalisme Islam di Indonesia”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 14 Nomor 2. November, 2010.

Ali, Mukti. Agama dalam Masyarakat Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1998.

94

Alim Roswantoro, “Eksistensialisme Teistik Iqbal”, Hermineia. Jurnal Kajian Interdisipliner. 2. Juli-Desember, 2004.

Arfina, Eka Yani. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia DIlengkapi Dengan EYD dan Singkatan Umum. Surabaya : Tiga Dua, t.th.

Arif Nuh Safri. “Radikalisme Agama Penghambat kemajuan peradaban” Jurnal Esensia Vol. XIV No. 2. Oktober 2013.

Asy-Syahrastani. al-Milal wa al-Nihal. Kairo: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1967. Azra, Azyumardi. Fenomena Fundamentalisme dalam Islam. Jakarta: Mizan,

1993.

Azra, Azyumardi. Transformasi Politik Islam; Radikalisme, Khilafatisme dan Demokrasi. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa sehari-hari penduduk Indonesia; Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik, t.th.

Bakker, Anton dan Ahmad Charris Zubair. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Danusiri. Epistemologi dalam Tasawuf Iqbal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Djohan Effendi. “Adam, Khudi, dan Insan Kamil: Pandangan Iqbal tentang

Manusia” dalam Insan Kamil. ed. M. Dawam Raharjo. Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1987.

Edi Susanto. “Kemungkinan Munculnya Paham Radikal di Pesantren” Tadris, Vol. 2 No. 1. 2007.

95

Esposito, John L. The Islamic threat: Myth or Reality?. New York: Oxford University Press, 1992.

Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras, 2011.

Hakim, Khalifah Abdul. “Reinassance in Indo-Pakistan (Continued),: Iqbal” dalam M.M Sharif, (ed), A History of Muslim Philosophy, Vol II. Wiesbaden: Otto Harrassoeitz, 1963.

Hakim, Lukman. Terorisme di Indonesia. Surakarta: FSIS, 2004.

Hammis Syafaq. “Radikalisme sebagai Blocking Factor bagi perkembangan

Peradaban Islam Modern”. Jurnal Teosofi, Vol. 4 No. 2. Desember 2014.

Husaini, Adian. Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi. Jakarta: Gema Insani Press, 2006.

ICG. Terorisme di Indonesia: Jaringan Noordin Top. Jakarta-Brussel: International Crisis Group, 2006.

Imron R, Ahmad. Rekam Jejak Radikalisme Salafi wahabi; Sejarah, doktrin dan Akidah. Surabaya: Khalista, 2004.

Iqbal, Muhammad. Pesan dari Timur. Terj. Abdul Hadi W.M. Bandung: Penerbit Pustaka, 1985.

Iqbal, Muhammad. Rahasia-rahasia Pribadi. Terj. Bahrum Rangkuti. Jakarta: Pustaka Islam, 1953.

Iqbal, Muhammad. Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, terj. Ali Audah dkk. Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

96

Jahroni, Jajang dan Jamhari. Gerakan salafi Radikal di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press, 2004

Javid Iqbal. “Demokrasi dan Negara Islam modern” dalam John. L. Esposito (ed.), Identitas Islam pada Perubahan Sosial-Politik. Terj. A. Rahman Zainuddin. Jakarta: Bulan Bintang, 1986.

K.G. Saiyidain. Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan. Terj. M. I. Soelaeman. Bandung: CV. Diponegoro, 1986.

Karim, Khalil Abdul. Kontroversi Negara Islam; Radikalisme vs Moderatisme. Terj. Aguk Irawan MN. Surabaya: Nusantara Press, 2015.

Lidinillah, Mustofa Anshori. Agama dan Aktualisasi Diri Perspektif Filsafat Muhammad Iqbal. Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM, 2005.

M.M. Syarif. Iqbal tentang Tuhan dan Keindahan, Terj. Yusuf Jamil. Bandung:

Mizan, 1993.

Maarif, Ahmad Syafi’i. Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan; Sebuah Refleksi sejarah. Bandung: Mizan, 2015.

Maarif, Ahmad Syafii dan Muhammad Diponegoro. Percik-percik pemikiran Iqbal. Yogyakarta: Shalahudin Press, 1983.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Roysdakarya, 2009.

Muhammad Iqbal Ahnaf, “MMI dan HTI; The Image of the Others” dalam SR-Ins Team, Negara Tuhan; The Thematic Encyclopedia. Jakarta: SR-Ins Publishing, 2004.

97

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Rahmat, M. Imdadun. Arus Baru Islam Radikal; Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. Roy, Oliver. The Failure of Political Islam. London: President and Fellows of

Harvard Collage, 1994.

Rubaidi, “Variasi Gerakan Radikal Islam di Indnesia”, Analisis Vol. XI No. 1 Juni, 2011.

S.A. Vahid. “Iqbal Seorang Pemikir” dalam Dimensi Manusia Menurut Iqbal. ed. HM. Mochtar Zoerny dan Anwar Wahdi Hasi. Surabaya, Usaha Nasional, t.th.

Saefuddin, Didin. Pemikiran Modern Islam: Biografi Intelektual 17 tokoh. Jakarta: Gramedia Widia Sarana, 2003.

Samudra, Imam. Aku Melawan Teroris. Solo: Jazera, 2004.

Soleh, A. Khudori. Filsafat Islam: Dari Klasik hingga Kontemporer. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Soleh, A. Khudori. Wacana Baru Filsafat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Suhermanto Ja’far. “Epistemologi Tindakan Muhammad Iqbal” Jurnal Teosofi,

98

Suhermanto Ja’far.“Metafisika Iqbal dan Rekonstruksi Pemikiran Islam”. Qualita Ahsana, Vol VII No. 2. Agustus, 2005.

Turmudi, Endang & Riza Sihbudi (ed.), Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press, 2005.

UIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedia Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, t.th.

Wijaya, Aksin. Menusantarakan Islam; Menelusuri Jejak Pergumulan Islam yang Tak Kunjung usai di Nusantara. Yogyakarta: Nadi Pustaka, 2011. Zada, Khamami. Islam Radikal; Pergulatan Ormas-ormas Islam Garis keras di

Dokumen terkait