• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Beras

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. (Deputi Menegristek, 2000). Padi Mentikwangi adalah salah satu varietas unggul lokal aromatik yang banyak berkembang di Jawa Tengah (Departemen Pertanian, 2001). Varietas ini telah dibudidayakan secara organik dibeberapa daerah seperti Magelang (Shaleh, 2010), Sragen (Thenu, 2008) dan Karanganyar (Agustyanto, 2010).

Beras Mentikwangi memiliki butir beras berbentuk bulat, gemuk dan bila dicium baunya wangi (Karis, 2009). Keunggulan nasi Mentikwangi yaitu mempunyai aroma wangi dan tekstur nasi pulen (Haryanto, 2008).

Menurut Hegenbart (1995) dalam Anonim (2010i) beras aromatik memiliki aroma yang mirip popcorn. Aroma pada beras ini disebabkan

oleh senyawa kimia yang mudah menguap yaitu 2-acetyl-1-pyrroline.

Beras aromatik mengandung senyawa 2-acetyl-1-pyrroline lebih tinggi

dibanding beras non aromatik. Kandungan senyawa 2-acetyl-1-pyrroline

beras aromatik mencapai 0,04-0,09 ppm, sepuluh kali lebih tinggi dibanding pada beras non aromatik yang hanya 0,004-0,006 ppm (Buttery et al., 1983 dalam Haryanto, 2008).

Senyawa 2-acetyl-1-pyrroline yang menyebabkan aroma wangi

terbentuk sebelum padi di panen. Penelitian yang dilakukan terhadap beras aromatik Khao Dawk Mali 105 menunjukkan bahwa selama penyimpanan senyawa ini akan berkurang kuantitasnya seiring dengan lamanya penyimpanan dan peningkatan suhu (Yoshihashi et al., 2004).

commit to user 2. Penyimpanan Beras

Biji-bijian yang dikemas harus disimpan di dalam ruang penyimpanan dengan susunan dan tata letak yang benar. Dasar tumpukan ditopang dengan menggunakan kayu balok, batu bata dan alat penumpu lainnya. Jarak sap pertama dari lantai dasar 15-20 cm untuk menghindari sentuhan langsung antara dasar tumpukan dengan lantai gudang. Kontak langsung antara dasar tumpukan dengan lantai gudang dapat meningkatkan kelembapan bahan sehingga bahan akan cepat rusak. Apabila jangka waktu simpannya pendek 3-4 bulan, kemasan dapat disusun secara rapat dan padat dalam tumpukan massal tanpa dibuat jarak antara (Imdad, 1999).

Ruang penyimpanan produk biji-bijian yang baik mempunyai kisaran suhu 25°C-27°C dengan kelembapan udara 70-75%. Pada setiap penyimpanan produk pertanian, secara alamiah akan terjadi peristiwa perpindahan uap air dari atau ke dalam tempat atau ruang penyimpanan akibat perubahan temperatur di luar tempat penyimpanan (Imdad, 1999).

3. Faktor-faktor Kerusakan Beras

Beras dapat mengalami penurunan mutu selama disimpan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan mutu beras selama penyimpanan adalah kadar air, temperatur, serangga dan lama penyimpanan. Berikuti ini deskripsi singkat berbagai faktor tersebut:

a. Kadar air

Beras bersifat higroskopis, dalam penyimpanan tertutup (enclosed spaces) beras akan terus menyerap/ melepaskan air sampai dicapai kesetimbangan kelembapan relatif (ERH) (Anonim, 2009a). Beras yang disimpan akan menyerap air bila berada di lingkungan yang kelembapan nisbi (RH)nya tinggi dan akan melepaskan air bila RH lingkungannya rendah (Hall dan Davis, 1979 dalam Manalu, 2001). Penyerapan ataupun pelepasan air oleh beras akan berakibat pada kenaikan ataupun penurunan kadar air beras. SNI 6128:2008 mensyaratkan kadar air maksimal untuk beras mutu kelas I sampai IV

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

adalah 14%, sedangkan untuk beras mutu kelas V kadar air maksimalnya 15% (Badan Standardisasi Nasional, 2008). Kadar air aman penyimpanan beras adalah kurang dari 14,5%. Jika kadar air melebihi batas tersebut maka akan memungkinkan tumbuhnya jamur, dan memacu pertumbuhan telur insekta yang ada dalam butir beras (HGCA, 2003).

b. Temperatur

Penyimpanan menginduksi perubahan sifat fisiko-kimia beras yang sifatnya mungkin diinginkan atau tidak diinginkan tergantung pada kondisi penyimpanan, varietas dan persyaratan penggunaan akhir. Kadar air, suhu dan waktu penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi mutu kimia, fisik dan fungsional beras selama penyimpanan pasca panen. Sifat dan kecepatan perubahan terutama sekali tergantung pada suhu. Perubahan mutu akan berlangsung lebih cepat jika terjadi peningkatan suhu dan kadar air. Mutu beras dapat dipertahankan dengan penyimpanan pada suhu dibawah 0°C selama satu tahun (Syamsir, 2008).

Penyimpanan pada suhu rendah akan lebih aman dibandingkan suhu tinggi. Beras giling akan mengalami perubahan rasa dan aroma jika disimpan pada suhu 15°C selama 3-4 bulan. Beras yang dibungkus dengan kantung plastik dan disimpan pada suhu 8,5 - 13°C, masih mempunyai aroma dan rasa yang baik setelah disimpan lebih dari 7 bulan (Hanny, 2002).

Suhu yang baik untuk beras adalah 10°F-20°F atau -12,22°C hingga -6.66°C, sedangkan kadar air keseimbangan (EMC) yang baik untuk beras adalah dibawah 13% (Smith & Dilday, 2003 dalam Maruzy, 2010). Kadar air keseimbangan (EMC) gabah lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

commit to user

Tabel 2.1 Kadar Air Keseimbangan (Equilibrium Moisture Content (EMC)) dari Gabah Berdasarkan Fungsi Suhu dan Kelembapan.

Suhu (oC)

Kelembapan relatif udara (%)

30 40 50 60 10 9 11 12 13 20 9 10 11 13 30 8 9 11 12 40 7 8 10 11 Sumber: Hasibuan (2004) c. Serangga

Selama dalam masa penyimpanan, komoditi pangan dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh serangan serangga, cendawan, burung dan tikus. Di antara hama-hama gudang tersebut, serangga merupakan penyebab kerusakan terbesar. Serangga pada gudang mempunyai kemampuan cepat berkembang biak sehingga dalam setahun dapat menghasikan beberapa generasi, dan dapat berpindah bersama-sama dengan komoditi. Selain itu serangga mempunyai kemampuan adaptasi yang besar terhadap keadaan kering sehingga dapat berkembang dengan baik pada kondisi komoditi yang disimpan dengan kadar air yang relatif rendah (Rivai, 2010).

Beberapa serangga yang sering merusak beras di antaranya

adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Oryzaephilus

surinamensis dan Corcyra cephalonica. Berikut penjelasan mengenai serangga-serangga tersebut:

Sitophilus oryzae

Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini tergolong dalam ordo Coleoptera (kumbang) famili Curculionidae. Serangga ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) melalui fase-fase telur, larva, pupa dan imago. Telur

Sitophilus diletakkan pada lubang yang dibuat oleh imago betina pada permukaan biji dekat titik tumbuh dari biji. Telur ditutup dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

cairan slime yang dihasilkan oleh serangga betina. Pupa Sithophilus

berwarna kekuningan yang akan berubah menjadi coklat dengan

bertambahnya umur pupa. Pupa Sitophilus berada di dalam butiran

komoditi. Larva Sitophilus berwarna putih dan berkerut-kerut,

tubuhnya tidak berkaki seperti lundi. Stadium larva terdiri atas 4 instar dan berkembang di dalam biji. Imago atau serangga dewasa berwarna coklat sampai coklat gelap, berukuran 2,5-3 mm, tergantung besar kecilnya butiran komoditi yang diserangnya. Pada ujung moncong terdapat mandibula yang kuat, yang berguna untuk melubangi kulit biji-bijian ketika makan dan ketika hendak meletakkan telur.

Morfologi Sitophilus oryzae dari telur sampai imago ditunjukkan pada

Gambar 2.1:

Gambar 2.1 Morfologi Sitophilus oryzae (Anonim, 2010j)

Siklus hidup kumbang Sitophilus selama 30-45 hari pada

kondisi optimum (suhu 28ºC dan kelembaban nisbi 70%). Seekor betina mampu meletakkan telur sebanyak 300-575 butir. Lamanya stadia telur antara 5-8 hari. Lamanya stadia larva antara 20-27 hari, lamanya stadia pupa antara 5-10 hari. Kemampuan hidup imago

Sitophilus selama 4-5 bulan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini antara lain yaitu berkurangnya bobot komoditi dan naiknya suhu komoditi (Rivai, 2010).

commit to user

Tribolium castaneum

Serangga Tribolium castaneum termasuk ke dalam ordo

Coleoptera famili Tenebrionidae. Serangga ini tergolong serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu perkembangannya melalui fase-fase telur, larva, pupa dan imago.

Morfologi larva, pupa dan imago serangga T. castaneum disajikan

pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Morfologi larva, pupa dan imago Tribolium castaneum (Anonim, 2010k).

Secara kasat mata telur berwarna putih dan berukuran kecil, diletakkan oleh serangga betina diantara partikel yang diselubungi oleh cairan perekat sehingga partikel makanan menempel (Haines, 1991 dalam Tanhindarto, 2006). Larva berwarna kuning keputih-putihan dengan ukuran 6 mm, segmen abdomen terakhir berwarna coklat tua sedikit melengkung dan terpisah dengan baik, umur stadium

larva berkisar 7-8 hari. Larva T. castaneum mempunyai bentuk khas

yaitu adanya tonjolan runcing pada ruas terakhir dari abdomen yang disebut urogomphi (Syarief & Halid, 1993 dalam Tanhindarto, 2006). Pupa serangga ini berwarna putih kekuning-kuningan dengan panjang 4 mm. Stadium pupa 6 hari, sedangkan perkembangan telur hingga pupa 23 hari pada suhu 29°C. Imago berbentuk pipih panjang tubuhnya 2,3-4,4 mm, berwarna coklat kemerahan, 3 segmen terakhir pada antena membentuk gada, mata terbagi oleh suatu penjuluran dengan 3-4 mata faset. Ukuran skala telur, larva, pupa dan imago dapat dilihat pada Gambar 2.3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Gambar 2.3 Ukuran skala telur, larva, pupa dan serangga dewasa Tribolium sp (Sokoloff, 1974 dalam Tanhindarto, 2006).

Pertumbuhan populasi Tribolium castaneum dipengaruhi oleh

banyak faktor seperti antara lain kondisi media dan kanibalisme.

Kondisi optimum untuk perkembangan serangga Tribolium castaneum

adalah suhu sekitar 35 °C dan kelembaban relatif 75%.

Telur yang dihasilkan oleh serangga betina dipengaruhi oleh suhu tetapi tidak dipengaruhi kelembaban, serangga dewasa dapat hidup sampai 6 bulan. Pada suhu 25°C serangga betina bertelur rata-rata 2-5 butir per hari, jumlah ini meningkat menjadi 11 butir per hari pada suhu 35,5 °C. Serangga dewasa melakukan kopulasi dan menghasilkan telur sepanjang waktu hidupnya. Serangga dewasa bersifat kanibalistik baik pada sesamanya termasuk memakan telurnya

maupun serangga lainnya. Abdelsamad et al., (1987) dalam

Tanhindarto (2006) menyatakan periode total perkembangan serangga dari telur sampai menjadi imago yang optimum adalah pada suhu 35°C yaitu hanya berlangsung 19,1 hari. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga ini adalah berkurangnya bobot, bau asam, perubahan warna dan komoditi menjadi berjamur akibat aktivitas makan (Rivai, 2010).

Oryzaephilus surinamensis

Di Indonesia kumbang ini dikenal dengan nama kumbang

padi-padian yang bergerigi. Telur Oryzaephilus diletakkan satu per satu

dalam biji-bijian komoditi atau pada celah atau retakan. Larvanya berukuran sampai 2,5 mm, berwarna putih sampai kuning pucat dengan bulu-bulu kasar. Pada bagian toraks dan permukaan bagian

commit to user

dorsal abdomen terdapat garis lebar yang berwarna kekuning-kuningan dan hijau. Pupa berukuran hampir mendekati 1,5 mm, berwarna putih sampai pucat, dan bentuknya oval serta kelihatan kompak. Pupa ini terdapat di dalam kepompong yang terbuat dari butir-butiran komoditi.

Siklus hidup kumbang Oryzaephilus selama 25 hari pada kondisi yang

optimum. Satu ekor kumbang betina mampu meletakkan telur sebanyak 400 telur (selama 10 minggu). Lamanya stadia telur antara 3-17 hari. Lamanya stadia larva antara 12-15 hari, sedangkan stadia pupa antara 10-12 hari. Kemampuan hidup serangga dewasa 6-10 bulan tetapi ada yang mampu hidup sampai 3 tahun. Akibat serangan hama ini di antaranya adalah pemanasan pada komoditi dan penurunan berat

(Rivai, 2010). Morfologi larva dan imago Oryzaephilus surinamensis

dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Morfologi Oryzaephilus surinamensis(Anonim, 2010h)

Corcyra cephalonica (Ngengat Beras)

Ngengat beras ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropis (Anonim, 2010g). Ngengat berwarna kelabu coklat dan agak pucat, panjang tubuh kurang lebih 11-12 mm. Apabila sayap direntangkan panjangnya antara 12-15 mm. Telur berbentuk bulat dengan diameter 0,5 mm berwarna putih kelabu, sedangkan ulat yang besar warnanya bervariasi dari kelabu keputih-putihan sampai agak coklat. Panjang ulat pada pertumbuhan 13-17 mm. Kepompong berwarna putih kecoklat-coklatan berada dalam kokon dan panjangnya 8-10 mm. Ngengat pada umumnya aktif pada sore atau malam hari,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tetapi kadang-kadang juga aktif pada siang hari di tempat yang gelap. Ngengat betina dapat hidup selama 10 hari, tetapi kalau sudah bertelur mereka akan lebih cepat mati. Telur menetas setelah 4-8 hari (rata-rata 6 hari). Setelah menetas ulat segera mengikat atau menggandeng-gandeng bahan dengan benang suteranya. Menjelang kepompong ulat naik ke permukaan bahan dan membuat kokon dengan menganyam benang sutera di antara butir-butir bahan simpanan. Periode ulat berlangsung 28-35 hari sedangkan kepompongnya antara 5-8 hari. Jadi daur hidup serangga ini berkisar antara 37-51 hari (Anonim, 2009b). Berikut morfologi ngengat beras tersebut:

Gambar 2.5 Morfologi Corcyra cephalonica(Anonim, 2010a)

d. Lama penyimpanan

Penyimpanan beras harus dilakukan dengan baik untuk melindungi beras dari pengaruh cuaca dan hama, mencegah atau menghambat perubahan mutu dan nilai gizi. Penyimpanan beras dalam waktu lama dengan kondisi kurang baik akan menimbulkan kerusakan pada bau dan citarasa beras. Semakin lama disimpan kualitas beras akan semakin menurun. Beras aromatik seperti Thai Jasmine akan kehilangan aroma seiring dengan lamanya penyimpanan (Anonim,

2010n). Senyawa aromatik 2-acetyl-1-pyrroline yang terdapat pada

beras bersifat volatil karena senyawa ini paling banyak mengandung gugus alkohol, kemudian aldehid dan keton, serta asam dan komponen lainnya. Selain aroma, terjadi juga penurunan parameter kualitas

commit to user

sensoris nasi, sesuai dengan hasil penelitian Natalia (2007) yang menunjukkan bahwa beras aromatik Pandanwangi yang disimpan selama 8 minggu mengalami penurunan tingkat kesukaaan warna, aroma dan kepulenan selama penyimpanan.

4. Pengemasan Beras

Pengemasan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan (Anti, 2010). Pengemas adalah wadah atau pembungkus yang dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas/ dibungkusnya. Fungsi paling mendasar dari pengemas adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan (Julianti, 2006). Sifat terpenting pengemas yang digunakan meliputi permeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya (Nurmimah, 2002).

Menurut Seta (2002) bahan pengemas untuk beras organik dipilih dari bahan yang:

a. Dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable materials)

b. Bahan hasil daur ulang (recycled materials)

c. Bahan yang dapat di daur ulang (recyclable materials).

d. Tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia yang penggunannya

dilarang dalam sistem pertanian organik.

Beras dalam pemasaran dikemas dalam polietilen, propilen atau karung goni dalam ukuran antara 1 kg sampai 1000 kg. Beras dengan kualitas tinggi biasanya dikemas menarik dengan polietilen, polipropilen, goni dan kantung kertas (Lantin, 2010).

a. Karung Goni

Karung goni terbuat dari serat kulit tanaman yute (Corchorus

capsularis), sehingga karung ini 100% biodegradable. Karung goni aman untuk dipakai sebagai pengemas bahan pangan karena bersifat non karsinogenik dan tidak beracun (Anonim, 2010b).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Plastik

Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia, menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat

termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah.

Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstruksi. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang merupakan bagian atau rantai paling pendek. Misalnya plastik polivinil klorida mempunyai monomer vinil klorida. Di samping bahan dasar berupa monomer plastik, terdapat bahan-bahan tambahan-bahan non plastik atau bahan-bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan aditif dalam pembuatan plastik ini merupakan bahan dengan berat molekul rendah, yaitu berupa pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar ultraviolet, bahan pengisi dan penguat (Julianti, 2006).

Sifat terpenting pengemas meliputi permeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya (Nurmimah, 2002). Permeabilitas adalah kemampuan melewatkan partikel gas dan uap air pada suatu unit luasan bahan pada suatu kondisi tertentu. Permeabilitas plastik LDPE dan PP dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Permeabilitas plastik tipis

Plastik Tipis Permeabilitas (cm3/cm2/mm/det/cmHg) x 1010 O2 N2 CO2 H2O, 25ºC RH 90% PEDR

(LDPE)

55 19 352 800

Polipropilene 23 - 92 680

commit to user Polietilen

Polietilen merupakan polimer dari etilen. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik sehingga dapat dibentuk menjadi kantung dengan derajat kerapatan yang baik. Film polietilen bersifat lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik membuat plastik ini banyak digunakan untuk mengemas bahan pangan (Julianti, 2006).

Sifat-sifat polietilen menurut Julianti (2006) adalah :

a). Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai

keruh (translusid) tergantung proses pembuatan dan jenis resin.

b). Fleksibel sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang

yang tinggi.

c). Heat seal (dapat dikelim dengan panas), sehingga dapat digunakan untuk laminasi dengan bahan lain.

d). Titik leleh 120oC.

e). Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia.

f). Kedap terhadap air, uap air dan gas.

g). Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50oC.

h). Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan

bahan yang beraroma.

i). Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak.

j). Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan

bahan antiblok sifat ini dapat diperbaiki.

k). Dapat dicetak.

Kemasan polietilen banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan, sayur-sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Berdasarkan densitasnya, maka plastik polietilen dibedakan atas :

a). Polietilen densitas rendah (LDPE= Low Density Polyethylene)

LDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah dikelim dan harganya murah. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon, dylan dan fortiflex. Kekakuan dan kuat tarik dari LDPE lebih rendah daripada HDPE (modulus Young 20.000-30000 psi, dan kuat tarik 1200-2000 psi), tapi karena LDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi (400-800%) maka plasik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus yang tinggi. Titik lelehnya berkisar antara

105-115oC. Plastik LDPE banyak digunakan untuk film, mangkuk,

botol dan wadah/kemasan.

Hasil pengujian stabilitas mutu beras dengan menggunakan tiga jenis kemasan yaitu LDPE, laminasi (LDPE dan Nylon 66), selopan+LDPE menunjukkan bahwa LDPE mempertahankan mutu beras Pandanwangi dibandingkan kedua jenis kemasan lainnya, baik dalam parameter aroma, warna dan kepulenan (Natalia, 2008).

b). Polietilen densitas menengah (MDPE = Medium Density Polyethylene)

MDPE lebih kaku dari LDPE dan titik lelehnya lebih tinggi

dari LDPE, yaitu antara 115-125oC dan mempunyai densitas

0,927-0,940 g/cm3.

c). Polietilen Densitas Tinggi (HDPE = High Density Polyethylene)

HDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan dan

suhu yang rendah (10 atm, 50-70oC). HDPE lebih kaku dibanding

LDPE dan MDPE, tahan terhadap suhu tinggi sehingga dapat digunakan untuk produk yang akan disterilisasi. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon, alkahtene, blapol, carag, fi-fax dan hostalon.

commit to user

d). Linear-low-density polyethylene (LLDPE)

Plastik ini merupakan kopolimer etilen dengan sejumlah kecil butana, heksana atau oktana, sehingga mempunyai cabang pada rantai utama dengan interval (jarak) yang teratur. LLDPE

lebih kuat daripada LDPE dan sifat heat sealing-nya juga lebih

baik.

Polipropilen

Polipropilen merupkan suatu jenis termoplastik padat yang dibuat dengan polimerisasi monomer propilen. Menurut Julianti (2006) polipropilen memiliki sifat-sifat antara lain:

a). Ringan (densitas 0,9 g/cm3).

b). Mudah dibentuk.

c). Tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak

transparan dalam bentuk kemasan kaku.

d). Lebih kuat dari PE.

e). Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk murninya mudah

pecah.

f). Lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam

penanganan dan distribusi.

g). Daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah,

permeabilitas terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan pangan yang mudah rusak oleh oksigen.

h). Tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150oC, sehingga dapat

dipakai untuk mensterilkan bahan pangan.

i). Mempunyai titik lebur yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk

menjadi kantung dengan sifat kelim panas yang baik.

j). Polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik

untuk kemasan minyak dan sari buah.

k). Pada suhu kamar tidak terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl.

l). Pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Bagor (Karung Plastik)

Hasil penelitian Handayani (2008) menunjukkan bahwa karung

plastik memiliki permeabilitas sebesar 8,14 gH2O/hari m2mmHg.

c. Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa (Anonim, 2010c).

Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelum ditemukannya plastik dan aluminium foil. Saat ini kemasan kertas masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya yang luas. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan pangan adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh kelembapan udara lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya (Julianti, 2006).

Kertas kraft adalah kertas yang umumnya digunakan untuk kantong semen, gula dan batubara. Bubur kayu untuk kertas kraft berasal dari kayu lunak melalui proses kraft pulping (Anonim, 2010e). Kraft pulping yaitu sebuah teknologi yang mengkonversi kayu menjadi bubur kayu melalui proses pencampuran serpihan kayu dengan sodium hidroksida dan sodium sulfida yang akan memecah ikatan lignin

dengan selulosa (Anonim, 2010f). Kertas ini memiliki sifat bursting

strength, tensile dan fleksibilitas yang tinggi (Anonim, 2010l).

5. Uji Sensoris

Uji sensoris merupakan proses penentuan kualitas produk pangan dengan menggunakan alat inderawi manusia (panelis). Menurut Hubbard (1990) dalam Pancapalaga (2005) uji sensoris digunakan sebagai standard pengendalian mutu pada bahan baku, proses produksi, dan produk akhir

commit to user

sehingga diperoleh data yang akurat dalam rangka pengembangan produk yang disukai konsumen dan mampu bersaing di pasaran.

Ciri umum yang digunakan untuk memilih nasi bukan ketan yang bermutu baik adalah didasarkan pada aroma, rasa, tingkat keputihan (whiteness), kepulenan, dan untuk beras giling didasarkan pada aroma dan warna (Del Mundo dalam Arkanti, 2007).

a. Warna

Dalam melakukan penilaian, indera pertama yang memberikan reaksi adalah mata. Mata menilai penampakan makanan, seperti warna, bentuk (keutuhan) dan ukuran makanan. Menurut Winarno (1993) dalam Pancapalaga (2005) salah satu unsur sensoris yang paling

Dokumen terkait