• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berat buah yang dihitung setiap kali panen. Dengan menghitung jumlah berat total buah setiap panen.

g. Diameter Buah.

Diameter buah di ukur dengan menggunakan jangka sorong di bagian yang paling besar diameternya..

h. Panjang Buah.

Panjang buah diukur dengan menggunakan penggaris dari ujung buah sampai pangkal buah..

17

4. Analisis Data.

Data hasil pengamatan di analisis dengan menggunakan analisis ragam berdasarkan uji taraf 5%, apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda Duncan (DMRT).

i A. Tinggi Tanaman.

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tumbuhan yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar sampai dengan titik tumbuh terakhir.

Hasil uji F 5% (lampiran 1.2) menunjukkan bahwa perlakuan macam pupuk tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penambahan tinggi tanaman, sedangkan perlakuan macam varietas memberikan pengaruh yang nyata, serta tidak ada interaksi antara kedua perlakuan tersebut. Macam pupuk pada umumnya berpengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. 3,67 13,67 23,67 33,67 43,67 53,67 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu ke Tinggi tanaman (cm) Valerie Mustang Mega Ungu

Gambar.1. Histogram pertumbuhan tinggi tanaman pada berbagai macam varietas setelah pemupukan.

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa macam varietas yang memberikan purata tertinggi adalah varietasmega ungu (V3) memiliki pertumbuhan vegetatif yang paling tinggi. Pada minggu pertama menunjukkan

ii

tinggi tanaman 3,67 cm, pada minggu ke 7 varietas terong ungu pertumbuhan vegetatifnya mencapai tinggi tanaman tertinggi yaitu 48,5 cm. Hal ini disebabkan karena tanaman mega ungu memiliki pertumbuhan yang indsterminant.

Tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh proses metabolisme dalam tubuh tanaman itu sendiri. Dimana dalam melangsungkan aktivitas metabolisme tersebut tanaman membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh dari pemupukan baik melalui media tanam. Pertumbuhan vegetatif tanaman membutuhkan unsur N yang tinggi untuk membantu dalam proses pertumbuhan dan pembelahan sel.

Pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman terong ungu sangat memerlukan ketersediaan unsur hara baik itu unsur hara makro terutama unsur nitrogen. Fungsi nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan daun, batang dan membantu pembentukan akar. Dalam jumlah unsur nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatifnya semakin meningkat.

Tabel.1. Rerata tinggi tanaman pada berbagai varietas terong ungu pada umur 112 HST.

Varietas Rerata tinggi tanaman (cm)

Valerie 61,69 c

Mustang 68,69 b

Mega ungu 73,99 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa macam varietas mega ungu, valerie dan mustang berbeda nyata terhadap semua perlakuan. Sedangkan pada Varietas mega ungu memberikan purata yang tertinggi yaitu 73,99 cm, kemudian 68,09 cm pada varietas mustang, sedangkan pada varietas valerie menunjukkan purata yang paling rendah yaitu 61,69 cm. Hal ini disebabkan karena faktor genetik dan fisiologi dari varietas itu sendiri, yaitu varietas mega ungu merupakan tanaman yang indeterminant dimana pertumbuhannya akan tetap berjalan walau masa vegetatifnya sudah selesai.

B. Jumlah Daun.

Daun yang disokong oleh batang merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman budidaya. Daun diperlukan untuk penyerapan dan pengubahan energi cahaya untuk pertumbuhan dan menghasilkan panen melalui fotosintesis (Gardner et al., 1991).

Jumlah daun tiap tanaman diamati setelah 7 HST sampai 112 HST. Pada hasil uji F taraf 5% (Lampiran 1.4) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara macam pupuk NPK dengan macam varietas tiap tanaman. Perlakuan macam pupuk tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, serta macam varietas menunjukkan berbeda nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun.

Tabel 2. Rerata pengaruh macam pupuk NPK dengan macam varietas terhadap jumlah daun pada umur 112 HST.

Varietas Rerata jumlah daun (helai)

Valerie 46,05 b

Mustang 47,92 b

Mega ungu 68,46 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa perlakuan terhadap macam varietas mega ungu memberikan jumlah daun tertinggi yaitu 68,46 helai kemudian mustang dengan 47,92 helai, dan yang paling rendah adalah varietas valerie sebanyak 46,05 helai. Hal ini diduga karena varietas mega ungu masing-masing perlakuan yang diberikan memiliki kemampuan yang hampir sama dalam menunjang pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan oleh variabel jumlah daun. Diduga bahwa faktor genetik dari tanamanlah yang cenderung mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun dibandingkan dengan faktor lingkungan. Hal ini dijelaskan Gardner et al., (1991) bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak merupakan

iv

karakteristik spesies. Jumlah daun dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan. 3,67 8,67 13,67 18,67 23,67 28,67 33,67 38,67 43,67 1 2 3 4 5 6 7 8 Minggu ke Jumlah daun Valerie Mus tang Mega Ungu

Gambar 2 Histogram jumlah daun terong ungu pada berbagai macam varietas setelah pemupukan.

Berdasarkan Gambar 2 perlakuan macam varietas yang menunjukkan pertumbuhan jumlah daun yang terbanyak adalah pada varietas mega ungu (V3), hal ini ditunjukkan pada 2 MST pertumbuhan macam varietas yang menunjukkan jumlah helai daun 9 helai daun, sedangkan pada 6 MST tinggi varietas mega ungu sangat pesat yaitu 29 helai daun. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik dan faktor suhu dan kelembaban yang menyebabkan proses pertumbuhan dan fotosintesis bisa mengelami perkembangan.

Semakin tinggi unsur K maka semakin banyak jumlah daun yang dihasilkan. Roesmayanti (2004) menambahkan bahwa unsur K berperan penting dalam fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan pengambilan karbondioksida (CO2).

Pembungaan merupakan masa transisi tanaman dari fase vegetatif menuju fase generatif, yaitu dengan terbentuknya kuncup-kuncup bunga. Pada umumnya proses fisiologis dan morfologis yang mengarah pada pembungaan dan pembuahan merupakan respon terhadap fotoperiode (panjang hari) dan temperatur (Gardner et al., 1991). Pengamatan saat muncul bunga pertama dilakukan hanya sekali yaitu ketika bunga pertama pada tanaman terong ungu muncul.

Perhitungan saat berbunga dilakukan dengan mencatat jumlah hari saat bunga mekar tiap tanaman dinyatakan dalam satuan hari setelah tanam. Dari hasil analisis ragam taraf 5% (Lampiran 1.6) menunjukkan bahwa perlakuan macam pupuk terhadap muncul bunga pertama berpengaruh nyata, sedangkan pada macam varietas tidak berpengaruh nyata terhadap saat muncul bunga pertama, dan interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas berpengaruh tidak nyata.

Berdasarkan pada Tabel. 3 dapat diketahui bahwa macam pupuk pada mutiara memberikan purata terlama 31,64 hari dibandingkan dengan macam pupuk lainnya, kemudian macam pupuk Multi NPK selama 29,87 hari, dan yang tercepat dengan pupuk Phonska selama 27,67 hari. Hal ini diduga karena kandungan unsur P pada macam pupuk phonska lebih efisien yang diserap tanaman sehingga tidak kelebihan unsur atau kekurangan unsur tersebut sehingga tepat digunakan untuk mempercepat pemunculan bunga.

Tabel. 3 Rerata saat berbunga pada berbagai macam pupuk umur 30 HST Macam pupuk Rerata saat berbunga (HST)

Multi NPK 29,87 ab

Phonska 27,67b

Mutiara 31,64 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Saat bebunga berkaitan erat dengan pemenuhan unsur hara terutama unsur phospat (P) yang berfungsi untuk mendorong tanaman masuk ke fase generatif. Fase generatif ditandai dengan terbentuknya primordial bunga dan

vi

berkembang menjadi bunga yang siap mengadakan penyerbukan (Yunus dan Tri Haryanto, 1986).

Pembungaan merupakan masa transisi tanaman dari fase vegetatif menuju fase generatif yaitu dengan terbentuknya kuncup-kuncup bunga. Pada umumnya proses fisiologis dan morfologis yang mengarah fotoperiode (panjang hari) dan temperatur (Gardner, et al., 1991).

D. Berat Kering Brangkasan.

Sitompul dan Guritno (1995) mengatakan bahwa biomassa meliputi seluruh bagian bahan makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesis, serapan hara, dan unsur hara. Bahan kering suatu tanaman merupakan hasil dari semua proses metabolisme yang berjalan dengan baik akan menghasilkan bahan kering yang besar pula.

Hasil uji F 5% (lampiran 1.8) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara macam pupuk dan macam varietas terhadap berat kering brangkasan. Perlakuan macam pupuk berpengaruh nyata, sedangkan macam varietas tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada perlakuan macam pupuk mutiara memberikan nilai purata yang tertinggi yaitu dengan jumlah total 12,57 gram. Hal ini diduga varietas mega ungu mampu memberikan nilai yang tertinggi dalam laju fotosintesisnya karena faktor genetik dari tanaman tersebut dan faktor lingkungan yaitu cahaya matahari. Pemberian pupuk dengan unsur P yang tinggi sehingga akan mendorong pertumbuhan tanaman dan laju fotosintesis pada suatu tanaman (Isdarmanto, 2009).

Tabel 4. Rerata berat kering brangkasan pada berbagai perlakuan macam pupuk umur 112 HST.

Macam pupuk Rerata Berat kering brangkasan (g)

Multi NPk 9,111 b

Phonska 9,889 b

Mutiara 12,557 a

Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata.

Berat brangkasan merupakan salah satu indikator pertumbuhan yang penting karena mempunyai hubungan yang erat dengan hasil tanaman. Berat kering brangkasan merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa taksiran biomassa atau berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan integritas dari hampir semua peristiwa sebelumnya yang dialami oleh tumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Menurut Paelongan et al., (2004) untuk mengetahui hasil proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman adalah dengan menentukan berat kering yang dihasilkan dan pertambahan ukuran bagian-bagian tanaman yang mengakibatkan bertambahnya biomassa tanaman dalam hal ini berat kering tanaman.

Perkembangan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang komplek yaitu mengarah pada akumulasi bahan kering tanaman (Gardner et al., 1991). Berat kering merupakan bahan organik yang terdapat dalam bentuk biomassa. Biomassa ini merupakan cermin dari penangkapan energi oleh tanaman pada proses fotosintesis berjalan baik (Harjadi, 1990). Berat kering yang terbentuk mencerminkan banyaknya fotosintat hasil fotosintesis, karena bahan kering sangat tergantung pada laju fotosintesis tersebut (Dwijoseputro, 1986).

E. Jumlah Total Buah Pertanaman.

Buah terong merupakan buah sejati tunggal dan tidak akan pecah jika buah telah masak. Kulit buah luar berupa lapisan-lapisan tipis berwarna ungu gelap yang mengkilap daging buah tebal, lunak dan berair, buah menggantung di ketiak daun. Pengamatan jumlah buah yang dipanen dilakukan setiap dijumpai apabila buah yang sudah berwarna ungu kehitam-hitaman akan siap di panen atau sekitar 23 HST sekali, dengan menghitung banyaknya buah yang dihasilkan oleh tanaman.

Dari hasil uji F 5% (lampiran 1.10) menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara macam pupuk dengan macam varietas terong ungu terhadap

viii

jumlah buah yang dipanen tiap tanaman. Perlakuan macam pupuk dan macam varietas terhadap jumlah buah yang dipanen tiap tanaman tidak berbeda nyata.

Berdasarkan (Gambar 5) dapat diketahui bahwa perlakuan kombinasi M3V2 (pupuk mutiara dengan varietas mustang) dan M1V2 (pupuk multi NPK dengan varietas mustang) sama yaitu 1,44 buah, karena diduga kombinasi Unsur K yang tinggi pada kandungan pupuk mutiara dengan pupuk multi NPK dapat memacu tanaman untuk proses pembentukan dan pertumbuhan buah sampai menjadi masak.

Gambar 5. Histogram jumlah buah yang dipanen per tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan

Darjanto dan Satifah (1990) mengatakan bahwa untuk pertumbuhan buah diperlukan zat hara terutama nitrogen, fosfor dan kalium. Kekurangan zat tersebut dapat menggangu pertumbuhan buah. Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein. Unsur fosfor untuk pembentukan protein dan sel baru. Fosfor juga membantu dalam mempercepat pertumbuhan bunga, buah dan biji. Kalium juga dapat memperlancar pengangkutan karbohidrat dan memegang peranan penting dalam pembelahan sel, mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan buah sampai menjadi masak.

1,31 1,44 1,22 1,33 1,22 1,17 1,11 1,44 1,17 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 M1V1 M1V2 M1V3 M2V1 M2V2 M2V3 M3V1 M3V2 M3V3 Perlakuan Keterangan :

M1 = pupuk multi NPK; M2 = pupuk phonska; M3 = pupuk mutiara; V1 = valerie; V2 = mustang; V3 = mega ungu

Ju m la h b u ah

F. Berat buah

Pengamatan berat buah dipanen tiap tanaman dengan menghitung berat buah yang dipanen setiap 23 HST. Hasil uji F 5% (lampiran 1.12) menunjukkan bahwa tidak ada interaksi macam varietas dengan macam pupuk. Perlakuan macam varietas berbeda nyata terhadap berat buah yang dipanen, sedangkan macam pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap berat buah yang dipanen.

Gambar 6. Histogram berat buah terong ungu berbagai kondisi perlakuan Berdasarkan Gambar 6 bahwa kombinasi perlakuan M2V1 (macam pupuk phonska dan macam varietas valerie) menunjukkan berat buah tertinggi yaitu 81,24 gram. Hal ini diduga disebabkan karena varietas valerie tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda dalam pembentukan buah. Menurut Darjanto dan Satifah (1990) disamping faktor luar, genetik juga menentukan apakah penyerbukan mengakibatkan pembuahan dan apakah embrio yang terbentuk setelah pembuahan mempunyai kemampuan berkembang terus.

Adanya peningkatan suplai unsur hara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dapat menyebabkan produktivitas tanaman yang optimal. Hasil tanaman dipengaruhi oleh unsur hara nitrogen, fosfor dan

38,03 62,16 58 56,87 61,7 81,24 61,09 63,02 66,91 0 20 40 60 80 100 M1V1 M1V2 M1V3 M2V1 M2V2 M2V3 M3V1 M3V2 M3V3 Macam perlakuan:

M1:multi NPK, M2 : phonska, M3:mutiara, V1:Valerie, V2: mustang, M3: mega ungu

B er at b u ah ( g )

x

kalium yang diberikan. Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur tersebut dapat menurunkan hasil tanaman.

Tabel. 5. Rerata berat buah pada berbagai perlakuan macam varietas umur 112 HST

Keterangan: Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Pada Tabel 5 menunjukkan varietas mega ungu menunjukkan variabel berat buah tertinggi. Hal ini diduga karena varietas mega ungu memiliki berat per buah paling tinggi di bandingkan dengan varietas mustang dan varietas valerie.

Menurut Isdarmanto (2009) berat buah dipengaruhi oleh kandungan air dalam buah. Dengan meningkatnya produktivitas metabolisme maka tanaman akan lebih banyak membutuhkan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air, Hal ini berkaitan dengan kebutuhan unsur hara dan meningkatkan penyerapan air, Hal ini berkaitan dengan kebutuhan bagi tanaman pada masa pertumbuhan dan perkembangan.

Dokumen terkait