• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan teori analisis wacana kritis yang di ambil dari buku Eriyanto, maka didapat kesimpulan bahwa karakteristik analisis wacana kritis yang terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Berdasarkan teori analisis wacana kritis yang di ambil dari buku Eriyanto, maka didapat kesimpulan bahwa karakteristik analisis wacana kritis yang terdapat

dalam novel /wa nasītu annī imra`ah/ “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan” adalah sebagai berikut :

- Hasil dari karakteristik tindakan terdapat sembilan yaitu pada Bab II halaman 30, pada Bab II halaman 38, pada Bab II halaman 39, pada Bab III halaman 45-46, pada Bab III halaman 52-53, pada Bab IV halaman 65, pada Bab VII halaman 118, pada Bab VIII halaman 137, pada Bab X halaman 172.

- Hasil dari karakteristik konteks terdapat delapan yaitu pada Bab I halaman 20, pada Bab III halaman 51-52, pada Bab V halaman 80, pada Bab V halaman 87, pada Bab VII halaman 121, pada Bab VIII halaman 150, pada Bab IX halaman 155, pada Bab IX halaman 166.

- Hasil dari karakteristik historis terdapat sembilan yaitu pada Bab I halaman 11, pada Bab II halaman 25-26, pada Bab III halaman 42-43, pada Bab III halaman 47-48, pada Bab III halaman 48, pada Bab V halaman 84, pada Bab V halaman 87, pada Bab VI halaman 98, pada Bab VI halaman 102.

- Hasil dari karakteristik kekuasaan terdapat empat yaitu pada Bab I halaman 11, pada Bab I halaman 12, pada Bab II halaman 32, pada Bab IV halaman 65-66. - Hasil dari karakteristik ideologi terdapat satu pada Bab I halaman 14.

4.2 Saran

Penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui dan lebih memahami tentang analisis wacana kritis dan hal-hal yang terkait dengan analisis wacana kritis khususnya di dalam novel /wa nasītu annī imra`ah/ “Aku Lupa

Bahwa Aku Perempuan” sehingga dapat menjadi kontribusi yang positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan pembaca. Penulis juga mengharapkan agar para mahasiswa Program Studi Sastra Arab ini dapat mengkaji tentang analisis wacana kritis lebih dalam karena masih banyak yang dapat dikaji dari perkembangan analisis wacana kritis, sehingga penelitian yang dilakukan bukan hanya untuk menambah referensi saja, tetapi juga memiliki nilai pengajaran dan hikmah dalam kehidupan.

LAMPIRAN

Sekilas Tentang Novel /wa nasītu annī imra`ah/ “Aku Lupa

Bahwa Aku Perempuan”

Novel ini merupakan kisah seorang wanita keturunan Mesir bernama Suad yang semenjak kecil telah menunjukkan kemandiriannya sebagai seorang wanita yang ingin memperoleh hak yang sama dengan pria dalam hal memperoleh pendidikan dan beraktifitas. Ia adalah seorang wanita yang berhasil menggapai ambisinya menjadi seorang politisi sukses. Tentunya hal ini sangat menarik karena latar yang diambil adalah Mesir pada tahun 1930 sampai 1970 an dan dapat dilihat pada saat itu latar belakang politik dan sosialnya yang masih konservatif dan menjadikannya sebuah fenomena baru dalam isu kesetaraan gender. Namun, dibalik kesuksesannya yang cemerlang dalam karir politik, kehidupan rumah tangganya dua kali menghadapi kegagalan. Bahkan anak tunggalnya, Faizah, lebih akrab dengan ibu tirinya. Ia dicap sebagai wanita yang berhasil dalam karir politik dan pemerintahan namun gagal dalam rumah tangga. Berbagai tuduhan tersebut membuatnya menenggelamkan diri dalam berbagai kesibukan politiknya.

Namun, justru hal inilah yang menarik dalam novel ini. Dibalik kegagalan rumah tangganya, Suad adalah seorang wanita yang memberikan inspirasi dan contoh bagi perjuangan wanita yang bertindak dalam melawan dominasi pria di sekelilingnya. Salah satu yang paling menarik adalah novel ini menggambarkan tentang sejarah,

ideologi dan kekuasaan yang terangkum dalam sebuah kisah dari seorang perempuan yang hidup pada masa diskriminasi terhadap hak asasi manusia.

Novel ini mengisahkan tentang seorang wanita bernama Suad Ridha yang semenjak kecil telah bercita-cita besar untuk menjadi seorang wanita sukses. Sejak dari taman kanak-kanak ia telah menjadi bintang kelas. Suad adalah anak yang cerdas dan menjadi kebanggaan orang tuanya. Ia adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Ia mempunyai seorang kakak perempuan.

Ayahnya sangat mendambakan anak-anak laki-laki di rumah mereka. Karena bagi ayahnya anak laki-laki adalah seorang penerus keturunan dan akan menjadi kebanggaan keluarga dari segi pendidikan, pekerjaan dan sebagai simbol martabat keluarga. Dengan ketiadaan anak laki-laki dirumah mereka, maka Suad yang memang sedari kecil telah menunjukkan kemandirian, kecerdasan dan kemauan yang kuat dalam memperoleh pendidikan sama halnya dengan lelaki, maka secara tak langsung ayahnya pun menganggap Suad sebagai anak lelaki pengganti di rumah mereka. Ayahnya tidak mempermasalahkan kemandirian dan aktifitas Suad yang layaknya lelaki. Suad pun merasa langkahnya untuk kesuksesan hidup dan karirnya terbuka lebar dengan dukungan dari ayahnya. Sementara itu, ibunya Suad sangat tidak setuju dengan pilihan hidup Suad yang sangat berbeda dengan wanita kebanyakan pada masa itu yang seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah seperti kakaknya dengan melakukan kegiatan keperempuan seperti memasak, menata rumah dan lain-lain.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Suad. Ia tidak tertarik pada hal-hal seperti itu. Baginya hidupnya harus diisi dengan pendidikan di sekolah dan aktifitas layaknya lelaki. Karena menurutnya seorang perempuan juga berhak memperoleh pendidikan dan beraktifitas sama seperti lelaki pada umumnya.

Aktifitas dan karir politiknya sudah dimulainya sejak ia masih duduk di bangku SMA dengan ikut berbagai demonstrasi dan organisasi serta aktifitas politik. Namun yang paling membaanggakan, dibalik kesibukannya beraktifitas serta berorganisasi, ia tetap cemerlang dalam hal akademis. Ia selalu menjadi bintang kelas sejak ia masih kanak-kanak sampai kuliah.

Setelah duduk si bangku kuliah kiprahnya semakin baik dan meningkat. Ia tidak hanya dikenal oleh petinggi-petinggi kampus, namun dikenal baik juga oleh para pejabat dan politikus negara. Hal ini menjadikan ia menjelma menjadi sosok yang sangat mandiri dan tegas serta ambisius dalam mengejar apapun yang ia mau. Ia tidak pernah puas dengan karir dan prestasi yang telah diraihnya. Sampai suatu saat akhirnya ia menikah dengan seorang lelaki bernama Abdul Hamid.

Lulus dari perguruan tinggi, ia menikah dengan seorang lelaki bernama Abdul Hamid. Abdul Hamid adalah saudara jauhnya dari pihak ayahnya. Karakter dan sifat Abdul Hamid sangat berbeda jauh darinya. Abdul Hamid adalah seorang lelaki yang tidak punya ambisi apapun terhadap karirnya. Baginya hidup sederhana dan bahagia sudah lebih dari cukup untuk menjalani hidup. Ia tidak tertarik pada politik dan kesibukan-kesibukan istrinya. Disinilah letak perbedaan mereka yang akhirnya membawa mereka ke jurang perceraian setelah mereka mempunyai seorang anak perempuan bernama Faizah. Salah satu penyebab keretakan rumah tangga mereka karena kesibukan Suad yang luar biasa dengan karir politik dan pekerjaannya. Hingga ia tak sempat mengurus anak mereka yang masih bayi dan selalu menitipkan anak mereka untuk diasuh ibunya.

Setelah perceraian mereka, Suad tetap beraktifitas seperti biasa dengan kesibukannya yang padat. Ia tidak lagi peduli dengan kehidupan pribadinya. Semua lelaki yang mendekati ditolaknya. Anaknya Faizah malah lebih dekat dengan ibu tirinya yaitu istri kedua Abdul Hamid, Samirah yang sangat perhatian pada Faizah. Karena hubungan yang kurang harmonis dengan anaknya tersebut, maka ia tidak pernah mendapat panggilan ibu dari anaknya. Sejak kecil, anaknya selalu memanggilnya dengan nama Suad, bukan dengan panggilan ibu. Mau tidak mau ia akhirnya menerima hal tersebut dan akhirnya menjadi terbiasa.

Beberapa tahun setelah bercerai, akhirnya ia menikah lagi. Hal ini karena dorongan dan desakan keluarganya terutama ibunya. Akhirnnya ia menikah dengan seorang dokter langganannya yang bernama Doktor Kamal Ramzi. Pernikahannya kali ini juga berakhir sama seperti pernikahannya yang pertama. Mereka berpisah dikarenakan keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda. Suad tetap ingin

beraktifitas dan mengejar ambisinya menjadi politikus sukses. Sementara suaminya tidak mengizinkan ia terlalu sibuk dan mengejar karir. Akhirnya mereka berpisah dan menjalani hidup masing-masing.

Akhirnya, di usianya yang telah menginjak lima puluhan ia hidup sendirian. Anaknya telah menikah dan ia hanya tinggal dengan sekretaris pribadinya, Rifat Abbasy yang selalu menemani dan membanggakannya. Namun dibalik itu semua, ia adalah seorang aktifis wanita yang memperjuangkan hak-hak wanita untuk mendapatkan hak yang sama dalam hal beraktifitas dan memperoleh pendidikan. Ia adalah seorang politikus dan aktifis wanita yang fenomenal dan hebat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qudus, Ihsan. 1998. Wa Nasitu Anni Imra`ah .Kairo: Markas Al-Ahram Li Tarjamah Al-Nasr

.

Abdul Qudus, Ihsan. 2006. Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan. Jakarta: Alifia Books. Al-Khuli, Ali Muhammad.1982. A Dictionary of Theoretical Linguistics

(English-Arabic). Libanon: Libraire Du Liban.

Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II. Jakarta: Balai Pustaka. Fathoni, Achmad Atho’illah. 2007. Leksikon Sastrawan Arab Modern. Yogyakarta:

Data Media.

Hartoyo. 1995. Kesadaran Bahasa Kritis. Semarang: IKIP Semarang Press.

Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Philips. 2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Laelasari dan Nurlailah. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.

Lukmana dan E. Aminuddin Aziz dan Dede Kosasih. 2006. Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mendikbud. 1998. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhdlor, Ahmad Zuhdi dan Atabik Ali. 1996. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Pondok Pesantren Krapyak.

Dokumen terkait