Bersih Rp 36.361 Rp 38.040 (Berlanjut)
23. PERJANJIAN PENTING DAN IKATAN Perjanjian Keagenan dan Penjualan
(a) Pada tanggal 1 Februari 1994, Perusahaan melakukan perjanjian keagenan dengan PT Sungai Budi (SB), pemegang saham, yang berlaku selama tiga (3) tahun dan dapat diperpanjang dengan persetujuan kedua belah pihak. Berdasarkan perjanjian ini dan adendum tertanggal 1 November 1995, SB ditunjuk sebagai agen tunggal di seluruh wilayah di Indonesia atas produk asam sitrat, tapioka dan karung plastik yang diproduksi Perusahaan. Perusahaan tidak diperkenankan memasarkan produk-produk ini di seluruh wilayah Indonesia melalui distributor lain tanpa persetujuan dari SB. Harga jual ke SB ditentukan berdasarkan harga jual rata-rata SB kepada para pelanggan dikurangi dengan sejumlah Rupiah tertentu per kilogram produk untuk asam sitrat, tapioka dan karung plastik. Jangka waktu kredit adalah empat bulan dari tanggal pengiriman, setelah itu denda akan dikenakan kepada SB dengan tingkat bunga yang akan ditentukan oleh kedua belah pihak. Tidak ada denda yang dikenakan untuk tahun 2001 dan 1999. Sejak 1 Juni 1998, pengurangan dari dasar harga jual rata-rata menjadi sebesar Rp 115, Rp 60 dan Rp 115 (Rupiah penuh) per kilogram masing-masing untuk asam sitrat, tapioka dan karung plastik.
Berdasarkan adendum perjanjian tanggal 2 Februari 1998, disepakati bahwa penjualan tapioka secara langsung dapat dilakukan oleh Perusahaan kepada Perusahaan Eksportir Tertentu (PET) dan SB akan memperoleh penggantian biaya transportasi sejumlah Rupiah tertentu per kilogram tapioka terjual.
Pada tanggal 30 April 1999, Perusahaan dan SB setuju untuk meningkatkan pengurangan dari dasar harga jual rata-rata menjadi sebesar Rp 200 (Rupiah penuh) per kilogram untuk asam sitrat.
Berdasarkan adendum perjanjian tanggal 2 Agustus 1999, Perusahaan dan SB setuju untuk memperpanjang perjanjian ini selama lima (5) tahun yaitu sampai dengan tanggal 31 Maret 2005, serta peningkatan pengurangan dari dasar harga jual rata-rata penjualan langsung tapioka ke SB dan penggantian biaya transportasi penjualan tapioka ke PET menjadi sebesar Rp 90 (Rupiah penuh) per kilogram.
Berdasarkan adendum perjanjian tanggal 1 Mei 2001, SB menyetujui bahwa Perusahaan dapat
menjual tapioka secara langsung kepada ex-PET maupun ke beberapa perusahaan PET dan SB
akan memperoleh penggantia n biaya transportasi sebesar Rp 90 (Rupiah penuh) per kilogram.
Berdasarkan adendum perjanjian tanggal 1 Juni 2002, Perusahaan dan SB setuju untuk meningkatkan pengurangan dari dasar harga jual rata-rata menjadi sebesar Rp 300, Rp 135 dan Rp 175 (Rupiah penuh) per kilogram masing-masing untuk asam sitrat, tapioka dan karung plastik .
(b) Pada tanggal 2 Januari 1996, PT Budi Lumbung Ciptatani (BLCT), anak perusahaan, juga melakukan perjanjian keagenan tapioka dengan SB dengan syarat-syarat dan ketentuan yang sama seperti perjanjian keagenan antara Perusahaan dengan SB.
Pada tanggal 1 Juni 1998, BLCT juga setuju untuk merubah pengurangan dari dasar harga jual tapioka dari Rp 40 (Rupiah penuh) per kilogram menjadi Rp 60 (Rupiah penuh) per kilogram yang kemudian ditingkatkan menjadi sebesar Rp 90 (Rupiah penuh) per kilogram sejak tanggal 2 Agustus 1999. Pada tanggal 4 Januari 1999, BLCT dan SB memperbaharui perjanjian keagenan untuk periode dari tanggal 1 Januari 1999 sampai dengan 31 Desember 2002.
Pada tanggal 1 Juni 2001, BLCT dan SB setuju untuk merubah pengurangan dari dasar harga jual tapioka menjadi sebesar Rp 135 (Rupiah penuh) per kilogram. Pada tanggal 2 Januari 2002, BLCT dan SB setuju memperpanjang masa perjanjian dari tanggal 1 Januari 2002 sampai dengan 2004.
(c) Pada tanggal 22 Januari 1996, PT Ve Wong Budi Indonesia (VWBI), anak perusahaan, melakukan perjanjian dengan Ve Wong Corporation (VWC), Taiwan, sehubungan penjualan monosodium glutamat (MSG) yang diproduksi oleh VWBI. Syarat-syarat penjualan adalah sebagai berikut:
i. Harga disesuaikan dengan kondisi pasar pada saat penjualan.
ii. Minimum 1.000 ton MSG dan sisa produk yang tidak terjual di pasar domestik akan dijual ke VWC tiap bulan. Jika permintaan domestik untuk MSG mencukupi dan melebihi 500 ton per bulan, VWBI akan meningkatkan kapasitas produksinya.
iii. VWC diharuskan untuk membeli MSG dari VWBI, kecuali VWBI tidak mampu memproduksi volume yang dibutuhkan.
Perjanjian ini tetap akan berlaku sampai terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu (seperti pelanggaran kewajiban, kepailitan dan sebagainya) atau diakhiri secara tertulis dan disetujui oleh kedua pihak.
Perjanjian Manajemen
(d) Pada tanggal 17 April 1998, Perusahaan dan BLCT, anak perusahaan, menandatangani perjanjian manajemen, dimana Perusahaan akan memberikan bantuan manajemen kepada BLCT terhitung sejak tanggal 2 Januari 1998 sampai dengan 2 Januari 2000. Sebagai kompensasi, Perusahaan akan menerima jasa manajemen sebesar 5% dari jumlah penjualan bersih BLCT.
Pada tanggal 19 Juni 2001, Perusahaan dan BLCT setuju untuk memperpanjang perjanjian ini untuk jangka waktu 2 tahun yang berlaku efektif sejak tanggal 2 Januari 2000 sampai dengan 2 Januari 2002, dan dapat diperpanjang lagi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Sebagai kompensasi, Perusahaan akan menerima jasa manajemen sebesar 3% dari jumlah penjualan bersih BLCT. Sampai saat ini, perjanjian tersebut belum diperpanjang oleh kedua belah pihak.
PT BUDI ACID JAYA Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Lanjutan)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
40
Perjanjian Produksi
(e) Pada tanggal 10 November 2000, Perusahaan dan PT Budi British Bahan Pangan (BBBP), pihak hubungan istimewa, menandatangani perjanjian produksi, dimana Perusahaan menunjuk BBBP untuk memproduksi glukosa, maltosa serta sorbitol berdasarkan order bulanan. Penjualan atas produk-produk tersebut akan dilakukan langsung oleh Perusahaan. Perusahaan akan menyediakan seluruh bahan baku serta menanggung biaya upah langsung, beban pabrikasi (kecuali asuransi dan penyusutan) serta biaya penjualan produk-produk tersebut. Sebagai kompensasi, Perusahaan akan membayar jasa produksi sebesar Rp 50 (Rupiah penuh) per kilogram berdasarkan produksi bulanan. Perjanjian ini akan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2001 sampai dengan 1 Januari 2003 dan dapat diperpanjang kembali dengan persetujuan kedua belah pihak. Pada 30 Juni 2002, jumlah jasa produksi yang dibebankan pada harga pokok penjualan sebesar Rp 240 juta dan Rp 110 juta pada 2001.
Fasilitas Kredit
(f) Berdasarkan Perubahan Kedua Perjanjian Pinjaman Jangka Pendek pada tanggal 28 Desember 2001, Perusahaan memperoleh perpanjangan fasilitas kredit ekspor dan impor dari PT Bank DBS Indonesia dengan maksimum kredit sebesar $AS 2.000.000 yang akan berlaku sampai dengan 27 Desember 2002. Pinjaman ini dijamin dengan deposito berjangka yang tidak boleh kurang dari 10% dari jumlah pinjaman serta cessie atas piutang yang timbul dari penjualan barang-barang yang dibiayai melalui pinjaman tersebut.
Perjanjian Sewa
(g) Perusahaan dan Anak perusahaan menyewa ruang kantor secara tahunan di Jakarta dari PT Budi Delta Swakarya, pihak hubungan istimewa.
(h) Pada tahun 1995, Perusahaan melakukan perjanjian sewa menyewa tanah dengan jangka waktu 30 tahun untuk pabrik karung plastik yang berada di Tangerang dan Lampung. Tanah tersebut disewa dari Widarto dan Santoso Winata, pemegang saham Perusahaan. Berdasarkan adendum perjanjian sewa menyewa tanah pada tanggal 29 Oktober 1999, beban sewa per tahun untuk lokasi Tangerang dan Lampung sejak November 1999 sampai dengan Oktober 2001 masing-masing sebesar Rp 675 juta dan Rp 500 juta.
Berdasarkan adendum perjanjian sewa menyewa tanah pada tanggal 22 Oktober 2001, beban sewa per tahun untuk lokasi Tangerang dan Lampung sejak November 2002 sampai dengan Oktober 2003 masing-masing sebesar Rp 810 juta dan Rp 600 juta.
(i) Pada tanggal 6 Juni 2000, VWBI menandatangani perjanjian dengan PT Kaltimex Energi (KE), dimana KE setuju untuk mengambil alih operasi mesin pembangkit tenaga listrik serta Membangun, Operasi dan Transfer cogeneration plant. Jumlah kompensasi atas jasa-jasa tersebut tergantung pada jumlah pemakaian listrik seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Jumlah minimum pemakaian listrik adalah 2.592.000 kwh per bulan dengan kompensasi sebesar $AS 60.000. VWBI harus memberikan bank garansi sebesar $AS 350.000 dan jaminan sebesar $AS 69.000. KE akan menyediakan minimal satu generator cadangan dalam jangka waktu lima bulan setelah penerimaan bank garansi. Pada akhir tahun kelima, KE akan mentransfer cogeneration plant serta mesin generator cadangan dengan harga masing-masing sebesar $AS 25.000 dan $AS 45.000 kepada VWBI.
Pada tahun 2000, VWBI memberikan bank garansi sebesar $AS 350.000 yang dijamin dengan setoran jaminan sebesar $AS 175.000 yang diterbitkan oleh Hua Nan Commercial Bank Ltd., Singapura. Pada tahun 2001, bank garansi tersebut diterbitkan oleh PT Bank DBS Indonesia dengan setoran jaminan sebesar $AS 35.000. Setoran jaminan tersebut disajikan pada akun “Jaminan” pada neraca konsolidasi.
Pada tahun 2002 and 2001, jumlah kompensasi atas jasa tersebut masing-masing sebesar Rp 3,7 miliar dan Rp 4,2 miliar dan dibebankan pada harga pokok produksi. Biaya yang masih harus dibayar sehubungan dengan jasa tersebut sebesar Rp 567 juta dan Rp 738 juta dicatat sebagai bagian dari “Biaya masih harus dibayar” pada kewajiban lancar pada neraca konsolidasi.
Komitmen
(j) Berdasarkan akta notaris Yulia, S.H., kandidat notaris pengganti Linda Herawati, S.H., No. 59 tanggal 17 Maret 1998, Perusahaan dan PT Intercipta Kimia Pratama (IKP) menyetujui untuk mendirikan PT Budi Raisio Mas (BRM), dengan persentase kepemilikan masing-masing sebesar 51% untuk Perusahaan dan 49% untuk IKP. BRM akan berusaha di bidang produksi tapioka dengan modal dasar sebesar Rp 32,40 miliar yang terdiri dari 20.000 saham dengan nilai nominal Rp 1,62 juta per saham. Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan oleh Perusahaan sebanyak 5.100 saham dan IKP sebanyak 4.900 saham. Sehubungan dengan kondisi ekonomi sekarang, Perusahaan dan IKP setuju untuk menunda pendirian BRM sampai dengan waktu yang belum ditentukan.
24. AKTIVA DAN KEWAJIBAN DALAM MATA UANG ASING
Pada tanggal 31 Maret 2002, Perusahaan dan Anak perusahaan memiliki aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing sebagai berikut:
Ekuivalen
Mata Uang Asing Rupiah
Aktiva
Kas dan setara kas $AS 362.292 GBP - JPY - Rp 3.205
Investasi jangka pendek - - - -
Piutang usaha
Pihak ketiga 911.563 - - 8.064
Pihak hubungan istimewa 154.924 - - 1.370
Biaya dibayar di muka 274.877 - - 2.432
Jaminan 130.496 - - 1.154
Piutang hubungan istimewa yang jatuh tempo dalam waktu
satu tahun 500.000 - - 4.423
Piutang hubungan istimewa setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun - - - - Jumlah Aktiva 2.334.152 - - 20.648 Kewajiban Hutang bank 3.964.878 - - 35.073
Hutang usaha - pihak ketiga 2.124.833 - - 18.796
Hutang lain-lain - pihak ketiga - - - -
Uang muka penjualan 65.739 - - 583
Biaya masih harus dibayar 250.647 - - 2.217
Kewajiban jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Hutang bank - - - -
Hutang hubungan istimewa - - - -
Kewajiban jangka panjang - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Hutang bank 29.134.454 - - 257.723
Hutang hubungan istimewa 10.010.933 120.151 - 90.179
Jumlah Kewajiban 45.551.484 120.151 - 404.571
Kewajiban - Bersih ( $AS 43.217.332 ) ( GBP 120.151 ) ( JPY - ) ( Rp 383.923 )
Jika aktiva dan kewajiban moneter pada tanggal 30 Juni 2002 dijabarkan ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah transaksi yang dipublikasikan Bank Indonesia pada tanggal 22 Agustus 2002, maka kewajiban moneter akan bertambah sebesar Rp 5,0 miliar.
PT BUDI ACID JAYA Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI (Lanjutan)
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal-tanggal 30 Juni 2002 dan 2001 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)
42
25. KONDISI EKONOMI
Sampai saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih terus terpengaruh oleh ketidakpastian kondisi sosial dan politik dalam negeri. Walaupun telah terjadi perkembangan positif terhadap beberapa indikator ekonomi utama, seperti terkendalinya tingkat inflasi, meningkatnya kegiatan perekonomian, peningkatan likuiditas dan penurunan tingkat bunga, namun nilai tukar Rupiah masih berfluktuasi terhadap mata uang asing dan masih rentan terhadap kondisi sosial dan politik dalam negeri. Kondisi ekonomi Indonesia masih terpengaruh oleh ketidakpastian pada kondisi sosial dan politik.
Seperti yang dijelaskan pada Catatan 13, Perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam melakukan pembayaran pinjaman bank jangka panjang yang telah jatuh tempo. Saat ini Perusahaan masih dalam proses negosiasi dengan para kreditur untuk penjadwalan ulang pembayaran seluruh saldo pokok pinjaman. Namun demikian, Perusahaan telah memperoleh persetujuan dari mayoritas
kreditur sindikasi dan NISP untuk perpanjangan sementara atas pembayaran pinjaman yang telah jatuh tempo sampai dengan tanggal 30 Juli 2002. Perusahaan masih tetap melakukan pembayaran bunga atas hutang bank jangka panjang tersebut secara tepat waktu. Pada tanggal 26 April 2002, steering committee yang dibentuk kreditur sindikasi menyatakan bahwa pinjaman sindikasi Perusahaan akan dijadwal ulang ke arah yang positif berdasarkan persyaratan dan kondisi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Hasil akhir dari penjadwalan ulang tersebut belum dapat ditentukan pada saat ini.
Penjualan bersih konsolidasi meningkat dari Rp 383 miliar pada tahun 2001 menjadi Rp 399 miliar pada tahun 2002, sedangkan laba bersih mengalami kenaikan dari rugi Rp 38 miliar pada tahun 2001 menjadi laba Rp 25,1 miliar pada tahun 2002. Peningkatan penjualan bersih terutama disebabkan oleh peningkatan harga jual dan volume penjualan tapioka. Peningkatan harga pokok penjualan mengakibatkan penurunan laba usaha dari Rp 54 miliar pada tahun 2001 menjadi Rp 10,9 miliar pada tahun 2002. Meskipun begitu, Perusahaan memperoleh laba bersih pada tahun 2002 Rp 25,1 milyar yang terutama dari laba selisih kurs.
Untuk menghadapi kondisi ekonomi, Perusahaan dan Anak perusahaan telah dan akan terus melakukan:
§ peningkatan mutu dan kuantitas produksi untuk meningkatkan penjualan;
§ peningkatan kapasitas pabrik tapioka yang harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menampung suplai singkong pada saat musim panen serta untuk penetrasi pasar ekspor;
§ penagihan piutang secara intensif dan penyesuaian kebijakan untuk mengurangi risiko bawaan atas piutang pelanggan; dan
§ program penghematan termasuk pengurangan beban tetap.
Manajemen berpendapat bahwa permintaan produknya di masa mendatang akan tetap tinggi sehingga akan memberikan peningkatan laba kotor setelah memperhitungkan adanya kenaikan harga pokok dan beban usaha.
Laporan keuangan konsolidasi terlampir mencakup dampak kondisi ekonomi tersebut, sepanjang hal itu dapat ditentukan dan diperkirakan. Penyelesaian atas kondisi ekonomi tergantung pada kebijakan fiskal, moneter dan kebijakan-kebijakan lainnya yang telah dan akan ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk menyehatkan perekonomian, dimana tindakan-tindakan tersebut berada di luar kendali Perusahaan dan Anak perusahaan. Oleh karena itu, tidaklah mungkin untuk menentukan dampak masa depan sehubungan dengan kondisi ekonomi terhadap likuiditas dan penghasilan Perusahaan dan Anak perusahaan, termasuk pengaruh dari para pelanggan, pemasok, kreditur dan pemegang saham.
26. REKLASIFIKASI AKUN
Beberapa akun dalam laporan keuangan konsolidasi tahun 2001 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan konsolidasi tahun 2002: