• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.3.1. Hubungan Sosial Antar-penghuni 1. Penghuni K-27

Penghuni rumah nomor K-27 adalah bernama Timbul E.Z. Tobing dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan, dan 1 keponakan perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.28. denah awal Gambar 5.29. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya, walaupun tidak ada kegiatan sosial di perumahan yang diikuti penghuni. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah

mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi antar-penghuni sebagai berikut:

Gambar 5.30. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.31. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan bangku permanen di depan teras Transformasi Fisik Penambahan Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah memiliki tempat untuk berinteraksi dengan penghuni lainnya di depan teras Di luar batas optimal Stres s

2. Penghuni K-81

Penghuni rumah nomor K-81 adalah bernama Marudi Simamora dengan jumlah penghuninya adalah 3 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 5 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.32. denah awal Gambar 5.33. denah akhir

Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan

ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

Gambar 5.34. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.35. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah luas teras

rumah

2. Menambah 2 bangku di depan teras sebagai tempat berinteraksi warga

Transformasi Fisik Penambahan

Penghuni Di luar batas

optimal Stres s Penghuni Persepsi: Rumah sempit untuk dijadikan tempat menyelenggarakan kegiatan sosial/ibadah

3. Penghuni K-107

Penghuni rumah nomor K-107 adalah bernama Amran dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Minang. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.36. denah awal Gambar 5.37. denah akhir

Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan

ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

Gambar 5.38. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 5.39. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah luas teras

rumah 2. Menambah bangku permanen di depan pagar Transformasi Fisik Penambahan Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah sempit untuk dijadikan tempat menyelenggarakan kegiatan sosial/ibadah Di luar batas optimal Stres s

4. Penghuni K-174

Penghuni rumah nomor K-174 adalah bernama Pintro Hutasoit dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.40. denah awal Gambar 5.41. denah akhir

Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya, walaupun tidak ada kegiatan sosial di perumahan yang diikuti penghuni. Penghuni K-174 melakukan adaptasi Reaksi dengan cara menambahkan

bangku permanen di depan teras. Penghuni sudah tinggal di rumah selama 15 tahun sehingga tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan dana pribadi untuk hal ini. Alasan penambahan ini dilakukan untuk mendapatkan area duduk yang lebar dan penghuni menjadi tidak perlu khawatir meskipun akan terkena air hujan. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Proses adaptasi dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 5.42. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan bangku

permanen di depan teras

Transformasi Fisik Penambahan

Penghuni Di luar batas

optimal Stres s Perumahan Persepsi: Rumah sempit untuk dijadikan tempat menyelenggarakan kegiatan sosial/ibadah

5. Penghuni K-177

Penghuni rumah nomor K-177 adalah bernama Ahmad Erwin dengan jumlah penghuninya adalah 6 orang terdiri dari ayah, ibu, nenek dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 10 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

Gambar 5.44. denah awal Gambar 5.45. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi

Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya. Penghuni K-177 melakukan adaptasi reaksi dengan menambahkan teras permanen lengkap dengan mejanya, di depan teras rumah. Alasan ini berhubungan dengan lama penghuni tinggal di rumah tersebut sudah cukup lama, yaitu 10

tahun, sehingga penghuni sudah merasa akrab dengan penghuni di sekitar dan ingin berinisiatif untuk membuat area duduk di rumahnya agar bisa menjadi tempat berkumpul yang bisa dimanfaatkan para penghuni lainnya saat sore hari. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

Gambar 5.46. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Coping behaviour

Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan teras

permanen Penambahan Transformasi Fisik

Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah memiliki tempat untuk berinteraksi dengan penghuni lainnya di depan teras Di luar batas optimal Stres s

Gambar 5.47. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

5.3.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah

Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

1. Penghuni K-27

RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB

Kamar Reaksi Menambahkan kamar pada

area belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk keponakan perempuannya yang akan tinggal juga di rumah ini.

Parkir kendaraan Penyesuaian Mengurangi area teras Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya.

Perumahan

Penghuni

Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar 2. Gudang 3. Area servis 4. Ruang keluarga 5. Parkir kendaraan Diluar batas optimal Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:

1.Kamar mandi 2. Area servis 3. Dapur

Di dalam batas

Ruang Keluarga Penyesuaian Memanfaatkan area yang sebelumnya adalah ruang makan

Penghuni lebih membutuhkan ruang keluarga yang lebih privat

Gudang Penyesuaian Memanfaatkan area yang sebelumnya adalah kamar dan sudah tidak dibutuhkan lagi

Ruangan lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang seperti lemari.

Area servis Penyesuaian Menambahkan area area servis di area bagian belakang rumah

Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian. Gambar 5.48. Skema Proses Adaptasi

Sumber: dokumentasi pribadi

Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-27 meskipun penghuni baru tinggal di rumah tersebut selama 3 tahun. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain.

Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah. Perubahan yang dilakukan juga berada di area belakang rumah dan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

2. Penghuni K-81

RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB

Kamar Mandi Reaksi Menambahkan kamar mandi pada area belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar mandi tambahan. Area servis Reaksi Menambahkan di area

belakang rumah

Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian. Gambar 5.49. Skema Proses Adaptasi

Sumber: dokumentasi pribadi Perumahan

Penghuni

Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar mandi 2. Jemuran (area servis)

Diluar batas optimal

Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:

1.Kamar 2. Dapur 3. Ruang makan 4. Jemuran Di dalam batas optimal Homeostatis

Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-81 meskipun penghuni sudah cukup lama tinggal di rumah tersebut, yaitu selama 5 tahun. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti jumlah anggota keluarga yang hanya 3 orang sehingga kebutuhannya tidak kompleks dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang dilakukan penghuni sebelumnya.

Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

3. Penghuni K-107

RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB

Dapur Reaksi Memanfaatkan area yang

semula merupakan ruang keluarga

Penghuni merasa dapur yang ada sangatlah sempit untuk memasak dan tidak dapat digunakan sebagai ruang makan sekaligus

Gudang Penyesuaian Memanfaatkan area yang semula merupakan dapur dan yang sudah tidak terpakai lagi

Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang.

Gambar 5.50. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi Perumahan

Penghuni

Kebutuhan akan ruang: 1. Dapur 2. Gudang

Diluar batas optimal

Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:

1.Kamar

Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-107. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti usia penghuni tinggal di rumah tersebut cukup sebentar yaitu 3 tahun, jumlah anggota keluarga yang hanya 4 orang sehingga kebutuhannya semakin sedikit, dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang dilakukan penghuni sebelumnya.

Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

4. Penghuni K-174

RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB

Kamar Reaksi Menambahkan di area belakang Penghuni ingin mendapatkan kamar terpisah untuk 1 anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa. Penyesuaian Menyatukan kedua anak

perempuan yang lain.

Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak perempuannya yang lain menggunakan satu kamar.

Dapur Reaksi Menambahkan area dapur di

bagian belakang

Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus.

Perumahan

Penghuni

Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar

2. Dapur 3. Jemuran (area servis)

4. Gudang

Diluar batas

optimal Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:

1.Kamar mandi Di dalam batas

Area servis Reaksi Menambahkan area area servis sekaligus area servis untuk mencuci pakaian di bagian belakang rumah

Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan menjemur pakaian.

Gudang Penyesuaian Memanfaatkan dapur awal Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang.

Gambar 5.51. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi

Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-174. Hal ini dikarenakan penghuni sudah 15 tahun tinggal di rumah ini sehingga kebutuhannya sudah semakin bertambah dan jumlah anggota keluarga yang banyak yaitu 5 orang. Banyaknya proses adaptasi juga dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.

Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula

5. Penghuni K-177

RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB

Kamar Reaksi Menambahkan kamar di area

belakang

Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk nenek

Penyesuaian Menyatukan kedua anaknya di satu kamar yang lain.

Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak perempuannya yang lain menggunakan satu kamar. Dapur Reaksi Menambahkan dapur di area Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga

penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar Perumahan

Penghuni

Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar

2. Dapur 3. Ruang Keluarga 4. Jemuran (area servis)

Diluar batas optimal

Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:

1.Kamar mandi 2. Parkir kendaraan

Di dalam batas

belakang dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus. Area servis Reaksi Menambahkan area jemur

sekaligus area servis untuk mencuci pakaian di area belakang rumah.

Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan menjemur pakaian

Ruang Keluarga Reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni memiliki anggapan bahwa ruang keluar harus berada di belakang dan terpisah dari ruang tamu. Gambar 5.52. Skema Proses Adaptasi

Sumber: dokumentasi pribadi

Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-177. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut juga cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain. Banyaknya proses adaptasi juga dipengaruhi oleh lama penghuni yang sudah tinggal 10 tahun di rumah tersebut sehingga kebutuhannya juga semakin bertambah dan karena penghuni merupakan penghuni pertama. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.

Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah.

5.3.3. Kesimpulan Proses Adaptasi

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang terjadi dari sisi hubungan sosial antar-penghuni, seluruhnya adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah atau memperluas teras. Penghuni yang melakukan adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang sudah lama tinggal di rumah dinas tersebut. Hal ini berkaitan karena semakin lama penghuni tinggal di rumah tersebut, penghuni semakin menganggap rumah tersebut sebagai rumah pribadi dan tidak masalah untuk mengeluarkan dana tambahan untuk melakukan modifikasi tersebut. Penghuni yang mengikuti aktivitas sosial pada perumahan cenderung memiliki teras yang lebar dengan alasan agar bisa dimanfaatkan jika kegiatan sosial tersebut diadakan di rumahnya. Dalam hal ini tidak ada yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan sosial dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 5.3. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni

Ruangan Jumlah penghuni Adaptasi secara reaksi

Adaptasi secara penyesuaian

Ditinjau dari denah rumah penghuni dan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi pada penghuni adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Dari segi kebutuhan-kebutuhan akan ruang, penghuni cenderung beradaptasi dengan langsung menambahkan bangunan permanen di area belakang rumah yang lahannya masih bisa dimanfaatkan. Adapun jenis ruangan yang terbentuk dari proses adaptasi adalah kamar, kamar mandi, dapur, ruang makan, ruang keluarga, area servis, parkir kendaraan,dan gudang.

Proses adaptasi yang paling banyak terjadi adalah berupa penambahan jumlah kamar tidur dan area menjemur. 8 dari 10 penghuni menambah jumlah kamar pada rumahnya dengan alasan kamar yang tersedia tidak cukup untuk menampung jumlah penghuni yang banyak sehingga salah satu cara mengatasinya adalah dengan membangun kamar tambahan. Namun, ada juga penghuni yang melakukan adaptasi dengan penyesuaian dengan cara menggabungkan beberapa penghuni menjadi satu kamar. Hal ini biasa terjadi jika penghuni memiliki anak yang masih kecil ataupun berjenis kelamin sama.

Gambar 5.53. Kamar Sumber: dokumentasi pribadi

Kemudian, proses adaptasi yang paling banyak berikutnya terjadi pada area servis. Berdasarkan kebutuhan ini, penghuni cenderung beradaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambahkan area servis tersebut di belakang rumah. Hal ini dikatakan karena banyak para penghuni menganggap bahwa daerah mencuci atau menjemur pakaian (area servis) paling tepat jika berada di area belakang rumah. Terdapat juga penghuni yang melakukan penyesuaian dengan cara memanfaatkan area depan maupun di belakang rumah.

Gambar 5.54. Area Servis Sumber: dokumentasi pribadi

Selanjutnya, proses adaptasi terbanyak terjadi pada dapur. Penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dalam hal ini. Menambahkan langsung dapur pada bagian belakang rumah menjadi proses adaptasi yang dilakukan mayoritas penghuni. Alasan penambahan ini karena dapur yang tersedia cukup sempit untuk memasak ataupun digunakan sebagai ruang makan.

Gambar 5.55. Dapur Sumber: dokumentasi pribadi

Proses adaptasi terbanyak selanjutnya adalah dengan penyesuaian sehingga mendapatkan ruangan gudang. Penghuni beradaptasi dengan cara memanfaatkan ruangan kosong untuk dialihfungsikan menjadi gudang penyimpanan barang. Ruang yang dimanfaatkan antara lain adalah dapur atau kamar mandi yang sudah tidak dipakai lagi atau kamar yang tidak diperlukan. Tidak ada penghuni yang dengan sengaja menambahkan ruangan gudang, namun dengan alasan memanfaatkan ruangan yang ada, beberapa penghuni akhirnya memiliki gudang pada rumahnya.

Gambar 5.56. Gudang Sumber: dokumentasi pribadi

Selanjutnya adalah ruang keluarga dan area parkir kendaraan. Proses adaptasi untuk mendapatkan area parkir kendaraan adalah dengan mengurangi area teras yang dianggap tidak dibutuhkan penghuni dan kemudian dijadikan untuk tempat parkir kendaraan. Ini hanya terjadi pada penghuni yang memiliki kendaraan mobil di rumahnya.

Gambar 5.57. Parkiran Mobil Sumber: dokumentasi pribadi

Dan untuk ruang keluarga, proses adaptasi yang terjadi adalah dengan cara reaksi dengan menambahkan ruang keluarga pada bagian belakang. Alasan penambahan ini beragam, ada yang karena menginginkan ruang keluarga terpisah dari ruang tamu dan ada juga yang karena ingin mendapatkan ruang makan sekaligus sehingga letaknya berdekatan dengan dapur.

Gambar 5.58. Ruang Keluarga Sumber: dokumentasi pribadi

Selanjutnya, proses adaptasi terbanyak terjadi pada kamar mandi. Penghuni seluruhnya melakukan adaptasi dengan cara reaksidalam hal ini. Alasan penambahan ini adalah karena kamar mandi yang tersedia dianggap sangat sempit sehingga penghuni melakukan adaptasi dengan menambah jumlah kamar mandi ataupun mengubah ukurannya agar semakin luas.

Gambar 5.59. Kamar Mandi Sumber: dokumentasi pribadi

Dan yang terakhir, proses adaptasi yang paling sedikit terjadi adalah dengan cara reaksi dengan cara menambahkan ruang makan. Penambahan ruang makan terjadi untuk penghuni yang menginginkan terletaknya meja makan dan karena tidak cukup jika harus diletakkan pada dapur awal yang ukurannya dianggap sempit, sehingga pada akhirnya mereka menambahkan ruang makan dekat dengan area dapur.

Gambar 5.60. Ruang Makan Sumber: dokumentasi pribadi

Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.4. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni

Ruangan Jumlah penghuni yang melakukan adaptasi Jumlah terjadinya adaptasi by reaction Jumlah terjadinya adaptasi by adjustment Kamar 8 6 5 Kamar Mandi 3 3 0 Dapur 6 5 1 Ruang Makan 1 0 1 Ruang Keluarga 4 3 1 Area servis 8 4 4 Parkir kendaraan 4 1 3 Gudang 5 0 5 TOTAL 22 21

Ditinjau dari lama menghuni rumah, penghuni yang tinggal 5 tahun atau lebih lama akan mengalami proses adaptasi yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan penghuni yang tinggal di rumah tersebut selama 4 tahun belakangan.

Proses adaptasi itu cenderung adalah langsung secara reaksi. Hal ini banyak terjadi karena penghuni tersebut memiliki kebutuhan yang terus berkembang selama tinggal di rumah tersebut, seperti misalnya anaknya yang mulai remaja sehingga memerlukan kamar terpisah. Alasan lain adalah karena penghuni sudah merasa terikat dengan rumahnya dan mulai menganggap rumah tersebut sebagai rumah pribadi, sehingga mereka tidak keberatan jika harus mengeluarkan dana tambahan pribadi untuk memodifikasi bagian rumahnya. Berbeda dengan penghuni yang tinggal masih dalam waktu kurang dari 5 tahun. Adaptasi yang terjadi cenderung adalah secara penyesuaian. Hal ini tejadi karena penghuni tersebut merasa sudah cukup dengan hasil modifikasi yang sudah dilakukan oleh penghuni sebelumnya dan merasa tidak perlu lagi mengeluarkan dana tambahan untuk memodifikasi banyak bagian dalam rumahnya.

Dokumen terkait