BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari studi-studi literatur terkait dan membandingkannya dengan hasil lapangan yang ada dengan cara wawancara dan observasi.
Sinulingga (2011) membagi metode penelitian menjadi 5 jenis, yaitu penelitian historis (historical research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian eksperimen (experimental research), penelitian tindakan (action research), dan grounded research. Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil pengamatan di lapangan ke dalam kata-kata.
Tema permasalan pada penelitian ini adalah tema inkuiri (the inquiry theme), dimana penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban berupa perubahan fisik apa saja dalam hunian sebagai bentuk wujud adaptasi penghuni dengan lingkungannya yang baru.
3.2. Variabel Penelitian
Ada 2 cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: 1. Pengumpulan Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah data-data fisik yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, seperti kondisi fisik hunian, kebutuhan ruang, pemanfaatan ruang, serta aktivitas dan hobi penghuni, Untuk penelitian ini, sumber data primer diambil dari pengamatan secara langsung dan wawancara.
2. Pengumpulan Data Sekunder
NO SUMBER VARIABEL INDIKATOR SUMBER DATA TEKNIK PENGUMPULAN
DATA 1. Lutfiah (2010) Perubahan Bentuk dan
Fungsi Hunian pada Rumah Susun Paska Penghunian, Jurnal “ ruang “ Vol.2 nomor 2 (September 2010).
Modifikasi ruang Ada/tidaknya ruang yang berubah, apa alasannya Adapting by Altering: Spatial
Modifications of Terraced Houses in The Klang Valley Area, Asian Journal of Enviroment Behaviour Studies Vol.1 no.3 (September 2010).
Modifikasi ruang Ada/tidaknya ruang yang berubah, apa alasannya
Pengamatan, Pertanyaan
Observasi, Wawancara
3. Purwaningsih, Ernawati (2011), Penyesuaian Diri Penghuni Rumah Susun Terhadap Lingkungan Tempat Tinggal, Jurnal MGI Vol.25 No.2 September 2011 (hal 150-161)
Profil penghuni Aktivitas sehari-hari di dalam rumah, Hobi penghuni yang memengaruhi bentuk fisik
Kebutuhan akan ruang Peraturan berlaku, Pertanyaan
Studi Literatur, Kuisioner
Modifikasi ruang Ada/tidaknya ruang yang berubah, apa alasannya
Pengamatan, Pertanyaan
3.3. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memiliki suatu kesamaan dalam karakter dan kualitas, yang nantinya akan digunakan peneliti untuk dipelajari dan ditarik menjadi sebuah kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti tersebut.
Teknik dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik untuk penentuan sampel penelitian dengan menggunakan beberapa syarat penentuan sebagai pertimbangan yang tujuannya adalah agar data yang diperoleh lebih representatif, dimana sampel dipilih oleh peneliti atas dasar ciri khusus yang dimiliki sampel yaitu memiliki banyak perubahan-perubahan pada rumahnya ditinjau dari aktivitas ekonomi, hobi, serta sosial Tahapan dalam menentukan sampel menggunakan teknik ini adalah:
1. Melakukan survey awal untuk menentukan jumlah penghuni yang mengalami perubahan pada rumahnya dan perubahan tersebut dikelompokkan dalam kategori Ekonomi, Hobi, dan Sosial. Dan didapat jumlah populasinya untuk kategori Ekonomi adalah 27 penghuni, Hobi 21 penghuni, dan Sosial 53 penghuni.
Ekonomi, 2 penghuni untuk kategori Hobi, dan 5 penghuni untuk kategori Sosial.
3.4.Metoda Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian . Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data informasi yang dapat dijadikan jawaban untuk permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, dimana arah pertanyaannya lebih terbuka untuk mendapatkan banyak informasi dan bersifat tidak kaku. Penelilitan ini menggunakan wawancara sebagai cara untuk mendapatkan data primer. Data primer pada penelitian ini adalah data-data fisik yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, yaitu:
• Profil penghuni
• Aktivitas Ekonomi penghuni
• Hobi penghuni yang memengaruhi
• Aktivitas sosial/budaya penghuni
• Hubungan interaksi antar-tetangga
• Perubahan/modifikasi pada rumah
2. Observasi
Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data fisik hunian seperti modifikasi ruang, dan penambahan-penambahan lainnya pada rumah yang nantinya berguna dalam analisis data.
3. Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang berfungsi mendukung data primer untuk menyelesaikan permasalahan penelitian, yaitu:
• Data populasi perumahan (jumlah penghuni)
• Peraturan dalam perumahan
3.5. Kawasan Penelitian
Gambar 3.1. Peta Lokasi Perumahan Dinas TNI-AD Gaperta Sumber: Google Earth (2017)
3.6.Metoda Analisa Data
Adapun tahapan dalam menganalisa data adalah:
1. Reduksi data
Reduksi data yang dimaksud adalah menyeleksi data-data dari hasil wawancara dan pengamatan yang akan berguna dalam penelitian dan kemudian mengurutkan data dalam beberapa kategori untuk memudahkan analisa data. Pengelompokan data tersebut adalah berdasarkan hasil adaptasi kondisi fisik rumah penghuni.
3. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka selanjutnya akan dilakukan penyajian dan analisa data. Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam membaca hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Penyajian data dilakukan dengan cara menyajikan perubahan perubahan yang terjadi sebagai proses adaptasi penghuni dan disertai dengan teks naratif yang merupakan hasil analisa data dengan menggunakan teori-teori terkait.
3. Penarikan kesimpulan
3.7 Kerangka Penelitian
Data Proses Adaptasi Penghuni
Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya di Perumahan
Dinas Terencana (Studi Kasus: Perumahan TNI AD Gaperta)
STUDI PENDAHULUAN
BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kawasan Kajian
Penelitian ini dilakukan di perumahan dinas TNI AD Gaperta Medan yang berlokasi di Jl.Gaperta 1 Medan. Perumahan dinas ini berada di kecamatan Medan Helvetia.
Gambar 4.1. Denah Lokasi Perumahan Gaperta Sumber: Google Earth
4.2. Lokasi Perumahan di Kota Medan
Nama Perumahan : Perumahan Dinas TNI-AD Gapaerta
Alamat Perumahan : Jl.Gaperta 1 Medan Medan Helvetia, Medan,
4.3. Profil Perumahan
Perumahan ini merupakan perumahan dinas terencana untuk profesi TNI-AD. Perumahan ini memiliki 12 blok perumahan yang dimulai dari Gaperta 1 hingga Gaperta 13. Setiap blok perumahan ini memiliki tipe hunian yang berbeda, yaitu tipe 90 dengan nama G-90, tipe 70 dengan nama H-70 , dan tipe 45 dengan nama K-45. Rincian blok perumahan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1. Tipologi Perumahan Dinas Gaperta
TIPE
HUNIAN
GAPERTA
G-90 II III
H-70 I VI VII VIII IX XIII IV
K-45 V X-A X-B XI-A XI-B XII-A XII-B
Perumahan dinas Gaperta memiliki beberapa peraturan umum yang diatur dalam peraturan perumahan, seperti:
1. Penghuni dilarang untuk mengubah sebagian atau seluruh rumah dinas tanpa izin tertulis dari Pangdam I/BB.
2. Jika menambah bangunan maka prajurit TNI AD dilarang membongkar bentuk bangunan yang sudah ada dengan alasan apapun.
3. Menyerahkan sebagian atau seluruh rumah dinas kepada prajurit TNI AD lainnya maupun kepada pihak lain di luar institusi TNI AD tanpa izin tertulis dari Pangdam I/BB.
4. Mengalihkan/over VB atau ganti kunci kepada prajurit TNI AD lainnya atau kepada pihak-pihak lainnya.
5. Menggunakan rumah dinas sebagai tempat usaha seperti Factory Outlet, toko, showroom, kos-kosan dan sebagainya.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Berdasarkan Ekonomi 5.1.1. Profil Penghuni
1. Penghuni K-136
Penghuni rumah nomor K-136 adalah bernama Avrizal Sibarani dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.1. denah awal Gambar 5.2. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Pada rumah K-136, penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dengan menambahkan warung di depan teras rumah. Penambahan warung ini dilakukan dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga dan sebagai aktivitas tambahan istri yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Penambahan ini juga berhubungan dengan lama penghuni tinggal di rumah tersebut, yaitu 15 tahun, yang membuat penghuni akhirnya mulai berpikir untuk mencari aktivitas tambahan selain sebagai ibu rumah tangga.
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin untuk berjualan di depan rumah. Penambahan warung ini juga dibuat tidak bersifat bangunan permanen agar tidak menutupi bentuk bangunan semula. Penghuni hanya menggunakan sekat kayu sebagai setting. Warung terletak di area depan rumah dan mengambil luas area teras rumah. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:
Gambar 5.4. Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi 2. Penghuni K-21
Gambar 5.5. denah awal Gambar 5.6. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin untuk berjualan di depan rumah. Penghuni juga tidak membangun bangunan permanen di depan rumah, namun penambahan warung ini dilakukan dengan cara meletakan stainless steel dagangan di teras rumah. Jadi, penghuni akan menggunakan teras rumah untuk berjualan dari pagi hingga sore hari dan ketika sore hari stainless steel akan disimpan di dalam rumah. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:
Gambar 5.7. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
Adaptasi dengan cara penyesuaian
Memanfaatkan area depan dengan cara meletakkan stainless steel untuk berjualan ketika siang hingga
sore dan ketika malam area tersebut berfungsi kembali menjadi
Gambar 5.8. Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi
3. Penghuni K-85
Gambar 5.9. denah awal Gambar 5.10. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Dan proses adaptasi dari aktivitas ekonomi dapat dilihat pada penghuni K-85. Penghuni mulai membangun warung pada saat 7 tahun menghuni rumah tersebut dengan alasan ingin membantu perekonomian keluarga dan kegiatan istri yang minim yang memungkinkan untuk berjualan di rumah.
2m. Penghuni juga sudah mendapat izin untuk berjualan di rumahnya tersebut. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:
Gambar 5.11. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.12. Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
5.1.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah
Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni sebagai berikut:
1. Penghuni K-136
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Dengan cara
reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni merasa membutuhkan kamar tambahan untuk anak sulungnya yang sudah mulai beranjak remaja dan membutuhkan kamar terpisah dari kedua adiknya.
Dengan cara Menyatukan Perumahan
optimal Stress Coping
penyesuaian Kamar Mandi Dengan cara
reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni merasa tidak cukup hanya memiliki 1 kamar mandi saja dengan penghuni yang berjumlah 5 orang.
Dapur Dengan cara
reaksi
Membongkar dapur lama dan memindahkan ke area belakang
Penghuni merasa dapur awal terlalu dekat dengan kamar tidur sehingga menimbulkan kekhawatiran jika terjadi kecelakaan dapur seperti tabung gas meledak, misalnya.
Parkir kendaraan Dengan cara reaksi
Mengurangi area teras Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya.
Area servis Dengan cara reaksi
Menambah di bagian samping
Penghuni membutuhkan area untuk mencuci dan menjemur pakaian.
Ruang Keluarga Dengan cara reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni menginginkan ruang keluarga yang lebih privat letaknya di belakang sehingga terpisah dari ruang tamu. Gambar 5.13. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.
Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya. Perubahan yang dilakukan juga berada di area belakang rumah dan tidak menutupi bentuk bangunan semula.
2. Penghuni K-21
Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-21. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan penghuni masih tinggal di rumah tersebut selama 2 tahun. Penghuni juga bukan penghuni pertama. Penghuni sebelumnya sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga, seperti misalnya ruang keluarga yang sudah tersedia di area belakang rumah.
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Dengan cara
penyesuaian
Menggabungkan kedua anak yang lainnya menjadi satu kamar.
Penghuni merasa tidak memerlukan dua tempat tidur terpisah untuk kedua anaknya yang berjenis kelamin sama.
Dapur Dengan cara
penyesuaian
Memanfaatkan kamar yang semula berada di bagian belakang
Penghuni merasa dapur yang ada terlalu sempit untuk memasak dan memanfaatkan kamar karena sudah tidak dibutuhkan lagi
Gudang Dengan cara
penyesuaian
Memanfaatkan ruangan dapur awal
Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang.
Gambar 5.14. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi 2. Ruang keluarga 3.Jemuran (area servis)
Di dalam batas
3. Penghuni K-85
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Dengan cara
reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni membutuhkan kamar tambahan untuk memisahkan anaknya yang berbeda jenis kelamin.
Kamar Mandi Dengan cara reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni merasa kamar mandi yang ada terlalu sempit.
Dapur Dengan cara
reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni merasa dapur yang ada terlalu sempit untuk memasak dan tidak bisa untuk meletakkan meja makan.
Jemuran (area
Penghuni merasa area depan rumah sudah cukup untuk dimanfaatkan sebagai area menjemur.
Ruang Keluarga Dengan cara reaksi
Menambah di bagian belakang
Penghuni menginginkan ruang keluarga yang lebih privat letaknya di belakang sehingga terpisah dari ruang tamu. Parkir kendaraan Dengan cara
penyesuaian
Menambahkan di area depan rumah
Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya.
Gambar 5.15. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-85. Banyaknya proses adaptasi dipengaruhi oleh lama penghuni tinggal di rumah tersebut, yaitu 14 tahun, sehingga kebutuhannya semakin bertambah. Selain itu, penghuni merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan seiring waktu, penghuni melakukan banyak modifikasi pada rumahnya karena mulai menganggap rumah dinas tersebut sebagai rumah pribadi.
5.1.3. Kesimpulan Proses Adaptasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi berdasarkan ekonomi adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Penghuni cenderung melakukan penambahan tersebut di area depan rumah mereka. Alasannya adalah karena lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas ekonomi dan hobi adalah lahan depan rumah, sedangkan lahan belakang rumah sudah dimanfaatkan untuk area penambahan ruangan yang lain. Ditinjau dari lama menghuni, penghuni yang melakukan proses adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang sudah lama tinggal di rumah tersebut. Ditinjau dari peraturan perumahan yang tidak memperbolehkan penghuni untuk melakukan perubahan permanen yang bisa menutupi bentuk asli rumah, penghuni sudah menaatinya. Dalam contoh membuka warung, penghuni hanya memberi sekat untuk membentuk setting fisik dan ada juga yang hanya menjejerkan stainless steel yang bisa digeser kapan saja. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni
5.2. Berdasarkan Hobi 5.2.1. Perilaku Penghuni
1. Penghuni G-25
Penghuni rumah nomor G-25 adalah bernama Eli Aster Sitompul dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 1 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.16. denah awal Gambar 5.17. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
melakukan penambahan tersebut meskipun baru saja tinggal di rumah tersebut selama 1 tahun. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat dalam skema berikut:
.
Gambar 5.18. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.19. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
Gambar 5.20 Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi
2. Penghuni K-90
Gambar 5.21. denah awal Gambar 5.22. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 5.23. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.24. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah taman kecil
Gambar 5.25. Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi
5.2.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah
1. Penghuni G-25
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Reaksi Mengurangi/merobohkan
tembok 2 kamar yang bersebelahan untuk mendapatkan 1 ruang kamar dengan ukuran besar.
Penghuni ingin mendapatkan luas kamar yang besar sehingga kedua anaknya yang masih berumur 5 dan 7 tahun dapat tidur di kamar tersebut juga.
Gudang Penyesuaian Memanfaatkan satu kamar lagi yang tidak terpakai.
Kamar lama yang tidak terpakai dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang. 3. Jemuran (area servis)
Diluar batas optimal
Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:
Area servis Penyesuaian Menambah di area depan rumah
Penghuni merasa area depan rumah sudah cukup untuk dimanfaatkan sebagai area menjemur.
Gambar 5.26. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi
Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni G-25. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan penghuni masih tinggal di rumah tersebut selama 1 tahun. Selain itu, penghuni sebelumnya juga sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang dianggap sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
2. Penghuni K-90
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Penyesuaian Menyatukan anak perempuan dengan neneknya
menggunakan satu kamar.
Penghuni merasa sudah cukup jika nenek dan anak perempuan menggunakan satu kamar saja tanpa terpisah.
Ruang Makan Penyesuaian Memanfaatkan ruang keluarga yang berada di area belakang
Penghuni merasa dapur awal terlalu sempit untuk memasak.
Area servis Penyesuaian Menambahkan di area belakang rumah
Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian. Perumahan Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi
2. Dapur Di dalam batas
optimal
Parkir kendaraan Penyesuaian Menambahkan di area depan rumah
Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya.
Gambar 5.27. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-90. Selain karena penghuni sudah 5 tahun tinggal di rumah tersebut, proses adaptasi yang banyak juga terjadi karena jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain. Selain itu, penghuni sebelumnya juga sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang dianggap sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga.
5.2.3. Kesimpulan Proses Adaptasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi berdasarkan hobi adalah adaptasi seluruhnya dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Penghuni cenderung melakukan penambahan tersebut di area depan rumah mereka. Alasannya adalah karena lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas hobi adalah lahan depan rumah, sedangkan lahan belakang rumah sudah dimanfaatkan untuk area penambahan ruangan yang lain. Ditinjau dari lama menghuni, penghuni yang melakukan proses adaptasi ini seluruhnya adalah penghuni baru. Ditinjau dari peraturan perumahan yang tidak memperbolehkan penghuni untuk melakukan perubahan permanen yang bisa menutupi bentuk asli rumah, penghuni sudah menaatinya. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan hobi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni
Ruangan Jumlah penghuni Adaptasi secara reaksi
Adaptasi secara penyesuaian
5.3. Berdasarkan Sosial
5.3.1. Hubungan Sosial Antar-penghuni 1. Penghuni K-27
Penghuni rumah nomor K-27 adalah bernama Timbul E.Z. Tobing dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan, dan 1 keponakan perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.28. denah awal Gambar 5.29. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi antar-penghuni sebagai berikut:
Gambar 5.30. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.31. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Coping behaviour
2. Penghuni K-81
Penghuni rumah nomor K-81 adalah bernama Marudi Simamora dengan jumlah penghuninya adalah 3 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 5 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.32. denah awal Gambar 5.33. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:
Gambar 5.34. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.35. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Coping behaviour
Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah luas teras
rumah
2. Menambah 2 bangku di depan teras sebagai tempat berinteraksi warga
Transformasi Fisik Penambahan
Penghuni Di luar batas
3. Penghuni K-107
Penghuni rumah nomor K-107 adalah bernama Amran dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Minang. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.36. denah awal Gambar 5.37. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:
Gambar 5.38. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 5.39. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah luas teras
4. Penghuni K-174
Penghuni rumah nomor K-174 adalah bernama Pintro Hutasoit dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.40. denah awal Gambar 5.41. denah akhir
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
bangku permanen di depan teras. Penghuni sudah tinggal di rumah selama 15 tahun sehingga tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan dana pribadi untuk hal ini. Alasan penambahan ini dilakukan untuk mendapatkan area duduk yang lebar dan penghuni menjadi tidak perlu khawatir meskipun akan terkena air hujan. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Proses adaptasi dapat dilihat pada skema berikut:
Gambar 5.42. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan bangku
permanen di depan teras
Transformasi Fisik Penambahan
Penghuni Di luar batas
5. Penghuni K-177
Penghuni rumah nomor K-177 adalah bernama Ahmad Erwin dengan jumlah penghuninya adalah 6 orang terdiri dari ayah, ibu, nenek dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 10 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:
Gambar 5.44. denah awal Gambar 5.45. denah akhir Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
tahun, sehingga penghuni sudah merasa akrab dengan penghuni di sekitar dan ingin berinisiatif untuk membuat area duduk di rumahnya agar bisa menjadi tempat berkumpul yang bisa dimanfaatkan para penghuni lainnya saat sore hari. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut:
Gambar 5.46. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi
Coping behaviour
Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan teras
permanen Penambahan Transformasi Fisik
Gambar 5.47. Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi
5.3.2. Proses Adaptasi pada Denah Rumah
1. Penghuni K-27
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Reaksi Menambahkan kamar pada
area belakang
Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk keponakan perempuannya yang akan tinggal juga di rumah ini.
Parkir kendaraan Penyesuaian Mengurangi area teras Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya. Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi 2. Area servis 3. Dapur
Di dalam batas
Ruang Keluarga Penyesuaian Memanfaatkan area yang sebelumnya adalah ruang makan
Penghuni lebih membutuhkan ruang keluarga yang lebih privat
Gudang Penyesuaian Memanfaatkan area yang sebelumnya adalah kamar dan sudah tidak dibutuhkan lagi
Ruangan lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang seperti lemari.
Area servis Penyesuaian Menambahkan area area servis di area bagian belakang rumah
Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian.
Gambar 5.48. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-27 meskipun penghuni baru tinggal di rumah tersebut selama 3 tahun. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain.
2. Penghuni K-81
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Mandi Reaksi Menambahkan kamar mandi pada area belakang
Penghuni ingin mendapatkan kamar mandi tambahan.
Area servis Reaksi Menambahkan di area belakang rumah
Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian.
Gambar 5.49. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi Perumahan
Penghuni
Kebutuhan akan ruang:
1. Kamar mandi 2. Jemuran (area servis)
Diluar batas optimal
Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:
Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-81 meskipun penghuni sudah cukup lama tinggal di rumah tersebut, yaitu selama 5 tahun. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti jumlah anggota keluarga yang hanya 3 orang sehingga kebutuhannya tidak kompleks dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang dilakukan penghuni sebelumnya.
3. Penghuni K-107
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Dapur Reaksi Memanfaatkan area yang
semula merupakan ruang keluarga
Penghuni merasa dapur yang ada sangatlah sempit untuk memasak dan tidak dapat digunakan sebagai ruang makan sekaligus
Gudang Penyesuaian Memanfaatkan area yang semula merupakan dapur dan yang sudah tidak terpakai lagi
Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang.
Gambar 5.50. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi
Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar
Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-107. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti usia penghuni tinggal di rumah tersebut cukup sebentar yaitu 3 tahun, jumlah anggota keluarga yang hanya 4 orang sehingga kebutuhannya semakin sedikit, dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang dilakukan penghuni sebelumnya.
4. Penghuni K-174
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Reaksi Menambahkan di area belakang Penghuni ingin mendapatkan kamar terpisah untuk 1 anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa. Penyesuaian Menyatukan kedua anak
perempuan yang lain.
Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak perempuannya yang lain menggunakan satu kamar.
Dapur Reaksi Menambahkan area dapur di
bagian belakang
Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus.
Perumahan
optimal Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi Di dalam batas
Area servis Reaksi Menambahkan area area servis sekaligus area servis untuk mencuci pakaian di bagian belakang rumah
Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan menjemur pakaian.
Gudang Penyesuaian Memanfaatkan dapur awal Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang.
Gambar 5.51. Skema Proses Adaptasi Sumber: dokumentasi pribadi
Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-174. Hal ini dikarenakan penghuni sudah 15 tahun tinggal di rumah ini sehingga kebutuhannya sudah semakin bertambah dan jumlah anggota keluarga yang banyak yaitu 5 orang. Banyaknya proses adaptasi juga dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.
5. Penghuni K-177
RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB
Kamar Reaksi Menambahkan kamar di area
belakang
Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk nenek
Penyesuaian Menyatukan kedua anaknya di satu kamar yang lain.
Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak perempuannya yang lain menggunakan satu kamar. Dapur Reaksi Menambahkan dapur di area Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga
penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar Perumahan 4. Jemuran (area servis)
Diluar batas optimal
Stress Coping behaviour Kebutuhan akan ruang:
1.Kamar mandi 2. Parkir kendaraan
Di dalam batas
belakang dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus. Area servis Reaksi Menambahkan area jemur
sekaligus area servis untuk mencuci pakaian di area belakang rumah.
Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan menjemur pakaian
Ruang Keluarga Reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni memiliki anggapan bahwa ruang keluar harus berada di belakang dan terpisah dari ruang tamu. Gambar 5.52. Skema Proses Adaptasi
Sumber: dokumentasi pribadi
Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah.
5.3.3. Kesimpulan Proses Adaptasi
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang terjadi dari sisi hubungan sosial antar-penghuni, seluruhnya adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah atau memperluas teras. Penghuni yang melakukan adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang sudah lama tinggal di rumah dinas tersebut. Hal ini berkaitan karena semakin lama penghuni tinggal di rumah tersebut, penghuni semakin menganggap rumah tersebut sebagai rumah pribadi dan tidak masalah untuk mengeluarkan dana tambahan untuk melakukan modifikasi tersebut. Penghuni yang mengikuti aktivitas sosial pada perumahan cenderung memiliki teras yang lebar dengan alasan agar bisa dimanfaatkan jika kegiatan sosial tersebut diadakan di rumahnya. Dalam hal ini tidak ada yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan sosial dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.3. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni
Ruangan Jumlah penghuni Adaptasi secara reaksi
Adaptasi secara penyesuaian
Ditinjau dari denah rumah penghuni dan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi pada penghuni adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Dari segi kebutuhan-kebutuhan akan ruang, penghuni cenderung beradaptasi dengan langsung menambahkan bangunan permanen di area belakang rumah yang lahannya masih bisa dimanfaatkan. Adapun jenis ruangan yang terbentuk dari proses adaptasi adalah kamar, kamar mandi, dapur, ruang makan, ruang keluarga, area servis, parkir kendaraan,dan gudang.
Gambar 5.53. Kamar Sumber: dokumentasi pribadi
Kemudian, proses adaptasi yang paling banyak berikutnya terjadi pada area servis. Berdasarkan kebutuhan ini, penghuni cenderung beradaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambahkan area servis tersebut di belakang rumah. Hal ini dikatakan karena banyak para penghuni menganggap bahwa daerah mencuci atau menjemur pakaian (area servis) paling tepat jika berada di area belakang rumah. Terdapat juga penghuni yang melakukan penyesuaian dengan cara memanfaatkan area depan maupun di belakang rumah.
Selanjutnya, proses adaptasi terbanyak terjadi pada dapur. Penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dalam hal ini. Menambahkan langsung dapur pada bagian belakang rumah menjadi proses adaptasi yang dilakukan mayoritas penghuni. Alasan penambahan ini karena dapur yang tersedia cukup sempit untuk memasak ataupun digunakan sebagai ruang makan.
Gambar 5.55. Dapur Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 5.56. Gudang Sumber: dokumentasi pribadi
Selanjutnya adalah ruang keluarga dan area parkir kendaraan. Proses adaptasi untuk mendapatkan area parkir kendaraan adalah dengan mengurangi area teras yang dianggap tidak dibutuhkan penghuni dan kemudian dijadikan untuk tempat parkir kendaraan. Ini hanya terjadi pada penghuni yang memiliki kendaraan mobil di rumahnya.
Dan untuk ruang keluarga, proses adaptasi yang terjadi adalah dengan cara reaksi dengan menambahkan ruang keluarga pada bagian belakang. Alasan penambahan ini beragam, ada yang karena menginginkan ruang keluarga terpisah dari ruang tamu dan ada juga yang karena ingin mendapatkan ruang makan sekaligus sehingga letaknya berdekatan dengan dapur.
Gambar 5.58. Ruang Keluarga Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 5.59. Kamar Mandi Sumber: dokumentasi pribadi
Dan yang terakhir, proses adaptasi yang paling sedikit terjadi adalah dengan cara reaksi dengan cara menambahkan ruang makan. Penambahan ruang makan terjadi untuk penghuni yang menginginkan terletaknya meja makan dan karena tidak cukup jika harus diletakkan pada dapur awal yang ukurannya dianggap sempit, sehingga pada akhirnya mereka menambahkan ruang makan dekat dengan area dapur.
Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni
Ruangan Jumlah penghuni yang melakukan
Proses adaptasi itu cenderung adalah langsung secara reaksi. Hal ini banyak terjadi karena penghuni tersebut memiliki kebutuhan yang terus berkembang selama tinggal di rumah tersebut, seperti misalnya anaknya yang mulai remaja sehingga memerlukan kamar terpisah. Alasan lain adalah karena penghuni sudah merasa terikat dengan rumahnya dan mulai menganggap rumah tersebut sebagai rumah pribadi, sehingga mereka tidak keberatan jika harus mengeluarkan dana tambahan pribadi untuk memodifikasi bagian rumahnya. Berbeda dengan penghuni yang tinggal masih dalam waktu kurang dari 5 tahun. Adaptasi yang terjadi cenderung adalah secara penyesuaian. Hal ini tejadi karena penghuni tersebut merasa sudah cukup dengan hasil modifikasi yang sudah dilakukan oleh penghuni sebelumnya dan merasa tidak perlu lagi mengeluarkan dana tambahan untuk memodifikasi banyak bagian dalam rumahnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka didapat kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi pada penghuni di perumahan dinas TNI-AD Gaperta adalah adaptasi dengan cara melakukan reaksi terhadap lingkungan fisik, dengan cara mengubah bentuk fisik ruang pada rumah. Hanya dalam beberapa keadaan saja penghuni melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Hal ini terjadi karena adaptasi dengan cara penyesuaian saja tidak mampu mengatasi kebutuhan penghuni akan ruang hunian.
dianggap penghuni sangat sempit dan tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai tempat mencuci pakaian juga.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seluruh penghuni yang memiliki ruang gudang pada rumahnya cenderung adalah mereka yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian dan memanfaatkan ruangan yang sudah tidak terpakai lagi. Ruang yang dimanfaatkan antara lain adalah dapur atau kamar mandi yang sudah tidak dipakai lagi atau kamar yang tidak diperlukan. Tidak ada penghuni yang dengan sengaja menambahkan ruangan gudang pada rumahnya.
Kesimpulan yang lain menunjukkan bahwa perilaku penghuni yang dilatarbelakangi oleh hubungan sosial antar-penghuni ikut berperan dalam menciptakan proses adaptasi yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas penghuni yang aktif mengikuti aktivitas sosial pada perumahan cenderung melakukan adaptasi dengan cara melakukan reaksi untuk menambah luas teras rumah agar bisa digunakan sebagai tempat berlangsungnya aktivitas sosial.
Tidak adanya keterbatasan lahan yang ada mejadikan penghuni banyak melakukan perubahan pada rumahnya. Penghuni masih bisa melakukan kegiatan sosial, ekonomi, maupun hobi di rumahnya tersebut dan cenderung penghuni melakukan adaptasinya dengan cara reaksi.
baru. Hal ini menunjukkan lamanya penghuni menghuni rumah tersebut tidak menjamin proses adaptasi yang dialami semakin sedikit dibanding penghuni baru. Proses adaptasi penghuni akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi karena kebutuhan penghuni yang semakin bertambah dan adanya keterikatan penghuni yang sudah semakin menganggap rumah dinas tersebut sebagai rumah pribadi.
6.2. Saran