BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perumahan Dinas TNI-AD
• Pengertian Perumahan adalah sebagai berikut:
Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 1992, pengertian rumah adalah bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal atau hunian dan berfungsi sebagai sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
• Pengertian Dinas adalah sebagai berikut:
Pengertian dinas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pemerintah dan bukan swasta.
• Pengertian TNI-AD adalah sebagai berikut:
TNI-AD adalah singkatan dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, yaitu sebuah instasi angkatan bersenjata di Indonesia yang bertanggung jawab atas operasi pertahanan negara di darat.
2.2. Psikologi Lingkungan
Menurut Gliford (1987), Psikologi lingkungan memiliki arti sebagai suatu studi dari transaksi antara individu-individu dengan keadaan fisik sekitarnya, dimana dalam hal ini, individu tersebut mengubah lingkungan dan lingkungan pun bisa mengubah perilaku dari individu tersebut. Lebih lanjut, menurut Wrightsman & Deux (1981) bentuk lingkungan fisik yang dimaksud terdiri dari:
1. Ambient condition, yaitu kualitas fisik dari keadaan di sekitar individu. seperti cahaya, suara, dll.
2. Architectural features, yaitu kualitas fisik dilihat dari bentuk yang bersifat permanen, seperti desain rumah, dll.
Menurut Holahan (1982), pendekatan psikologi lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Adaptational Focus, yaitu yang menjadi fokus dalam psikologi lingkungan adalah proses adaptasi individu terhadap kebutuhan-kebutuhan akan lingkungan fisik. Fokus adaptasi ini dinilai sebagai suatu proses psikologi yang menjadi perantara antara lingkungan fisik dan kegiatan individunya. 2. Pendekatan psikologi lingkungan adalah lebih berupa pemecahan masalah.
Gambar 2.1. Diagram Pendekatan Psikologi Lingkungan
Sumber: Holahan (1982) 2.3. Adaptasi Penghuni
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adaptasi adalah proses penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan, dan pelajaran. Pengertian lain dari adaptasi adalah proses mengubah diri dan menyesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar atau mengubah lingkungan sekitar sesuai dengan keadaan (keinginan) diri (W.A. Gerungan: 1996).
Gambar 2.2. Skema Model Stress Sumber: Iskandar: 1990 (dalam Prabowo)
Proses adaptasi tersebut merupakan proses yang menghubungkan antara perilaku manusia dan lingkungan di sekitarnya. Kondisi lingkungan memengaruhi persepsi serta harapan/keinginan dan tindakan sesorang. Secara garis besar, posisi perilaku dengan lingkungan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3. Diagram Hubungan Lingkungan Fisik dan Perilaku Manusia
Proses adaptasi ini juga berlaku pada kondisi fisik rumah. Kondisi lingkungan seperti karakteristik demografis & sosial budaya ketika dihadapkan dengan kondisi fisik rumah maka akan menimbulkan nilai kepuasan penghuni, lalu menimbulkan kecenderungan penyesuaian diri dan kemudian proses adaptasi. Proses adaptasi penghuni dapat dijelaskan dengan skema sebagai berikut:
Gambar 2.4. Skema Model Perilaku Penghuni Sumber: Iskandar: 1990 (dalam Prabowo)
Holahan (1982) mengatakan bahwa terjadinya proses psikologi manusia yang berhubungan dalam rangka mengatasi atau beradaptasi dengan lingkungan fisik dipengaruhi tiga hal, yaitu:
1. Enviromental Perception, yaitu proses memahami lingkungan melalui penggunaan indera-indera pada manusia.
3. Enviromental Attitudes, yaitu perasaan menyukai ataupun tidak menyukai terhadap sifat atau ciri kondisi lingkungan fisiknya.
2.4.Teori-teori Proses Adaptasi
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa teori yang mengacu pada tinjauan proses adaptasi penghuni, yaitu:
2.4.1. Adaptasi Menurut Altman
Adaptasi dalam konteks arsitektur dapat dibedakan menjadi adaptasi perilaku dan adaptasi bangunan. Menurut Altman, adaptasi sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam merespon atau mengatasi lingkungan. Adaptasi dikatakan merupakan bagian dari respon manusia terhadap lingkungan fenomenalnya. Fenomena yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian atau pun di luar kebiasaan yang mengakibatkan adanya adaptasi oleh manusia untuk mencapai keseimbangan. Skema penyesuaian diri dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Lebih lanjut, Altman (1980) mengemukakan bahwa bentuk dari proses coping yang dilakukan oleh individu tersebut dibedakan menjadi 3 jenis adaptasi yaitu:
A. Adaptasi dengan penyesuaian, yaitu beradaptasi dengan cara menyelaraskan diri dengan lingkungan sekitar yang ada. Pada adaptasi ini, manusia mencari cara-cara atau mengganti standarnya agar bisa sesuai dengan lingkungan yang ada.
B. Adaptasi dengan aksi, yaitu beradaptasi dengan cara melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan dan dapat dinilai sebagai tindakan menolak atau melawan terhadap lingkungan. Pada adaptasi ini, manusia berusaha mempertahankan standarnya.
C. Adaptasi dengan penarikan, yaitu beradaptasi dengan cara menarik diri atau pindah dari lingkungan tersebut.
Gambar 2.6 Skema Proses Adaptasi
INDIVIDU LINGKUNGAN
Adaptasi dengan aksi:
Individu mempengaruhi
perubahan lingkungan
Adaptasi dengan penyesuaian: Lingkungan mempengaruhi
Misalkan dalam hal menghadapi cuaca yang panas di luar ruangan. Adaptasi dengan penyesuaian yang dimaksud adalah dengan cara memakai payung atau pakaian tertutup untuk melindungi tubuh dari panas matahari. Namun berbeda dengan adaptasi dengan aksi, yang dilakukan adalah dengan perlahan-lahan mencoba keluar dengan tidak menggunakan pelindung apa pun dan kemudian secara bertahap mulai menggunakan perlindungan (payung, kacamata hitam) jika sudah semakin tidak tahan dengan cuacanya. Dan adaptasi dengan penarikan yang dimaksud adalah membatalkan untuk pergi ke luar ruangan tersebut.
2.4.2. Adaptasi Menurut Habraken
Habraken menjelaskan transformasi lingkungan binaan dapat terjadi pada tiga tatanan, yaitu:
A. Transformasi fisik
Perubahan yang terjadi pada elemen pembentuk lingkungan binaan yang disebut nominal classes, meliputi perubahan pada perabot rumah, bidang penyekat, elemen serta material bangunan, pencapaian bangunan, dan jalur utama.
B. Transformasi teritorial
Perubahan yang terjadi pada ruang karena adanya kendali pengguna, meliputi perubahan pada pola spasial, ruangan/kamar, tampak massa bangunan, teritori, dan pola sirkulasi lingkungan.
C. Transformasi kultural
terbangun, bangunan dan lingkungan sekitarnya, dan keseluruhan elemen fisik dan spasial dalam lingkungan.
Namun pada penelitian ini yang ditinjau adalah transformasi fisik pada rumah. Terdapat 3 hal yang menjadi indikasi suatu transformasi fisik lingkungan sebagai proses adaptasi, yaitu:
A. Penambahan
Yaitu penambahan suatu elemen di suatu site sehingga terjadi perubahan dari bentuk awal. Misalnya adalah penambahan sekat pada suatu ruang sehingga ruang yang tercipta bertambah, penambahan elemen seperti pintu, jendela, atau pagar rumah.
B. Pengurangan/membuang
Yaitu pengurangan suatu elemen di suatu site sehingga terjadi perubahan dari bentuk awal. Misalnya membongkar dinding untuk menyatukan dua ruangan menjadi satu, menghilangkan jendela di posisi tertentu, atau menghilangkan ruang teras belakang untuk mendapatkan area belakang rumah yang lebih luas.
C. Pergerakan/perpindahan
Gambar 2.7 Skema Proses Adaptasi
Sumber: Perubahan Bentuk dan Fungsi Hunian pada Rumah Susun Pasca Penghunian
Habraken menguraikan proses transformasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit
2. Tidak dapat diduga kapan dimulainya dan sampai kapan proses itu akan berakhir tergantung dari faktor yang mempengaruhinya
3. Komprehensif dan berkesinambungan
4. Perubahan yang terjadi mempunyai keterkaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam masyarakat.
No
Judul, Tahun, Wilayah, Nama
Peneliti
Tujuan Penelitian Metode Penelitian dan Pendekatan
Teknik Analisis dan Bahan
Penelitian Hasil Penelitian
1. Rusydi, Mohammad (2008), Perilaku Penghuni Rumah Dome di Prambanan, Sleman: Adaptasi dan Adjustment di Seting Baru, Jurnal Lintas Ruang Vol.2 Edisi 3 .
Untuk
mengidentifikasi perilaku penghuni dalam setting baru.
Metode Deskriptif Kualitatif dengan cara wawancara dan obervasi dilanjutkan dengan pemetaan perilaku.
Sarwono (1992:47-48) menyatakan bahwa perubahan perilaku diawali dari persepsi seseorang dengan objek fisik. Rapoport (1982;1990:13), seting terdiri dari tiga elemen, yaitu: a)fixed-feature element
(bangunan, lantai, dinding, dan lain-lain).
b) semi-fixed-feature element (furnitur, perabot, dll).
c) non-fixed-feature element (peralatan, dan lain-lain).
1. Terdapat 3 macam strategi penyesuaian penghuni pada rumah dome, yaitu:
a. Behavioral (merubah
perilaku atau
mempertahankan perilaku) b. Fisikal (membuat seting di dalam rumah dome maupun membuat seting baru di luar rumah dome)
c. Pesepsi penghuni mengalami perubahan setelah strategi fisik dan perilaku.
2. Purwaningsih,
Ernawati (2011), Penyesuaian Diri Penghuni Rumah Susun Terhadap Lingkungan Tempat Tinggal, Jurnal MGI
Vol.25 No.2
1. Untuk mengetahui cara penghuni untuk mendapatkan hunian rumah susun
2. Untuk
mengetahui dan menganalisis
penyesuaian diri
Metode kualitatif dengan cara studi literatur mencari teori-teori terkait dan kuantitatif dengan cara kuisioner dan wawancara.
Menurut Bell yang dikutip Altman (1980) mengemukakan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh individu dalam upaya untuk mengurangi ketidaksesuaian dibedakan menjadi 3 jenis adaptasi yaitu: 1. Adaptasi by adjustment, yaitu
1. Sebagian besar penghuni menyatakan mudah dalam mendapatkan hunian di rumah susun karena selain memenuhi persyaratan, peran tim penyeleksi cukup
besar.
150-161) . susun terhadap lingkungan tempat tinggal
3. Untuk mengetahui dan menganalisis motivasi penghuni untuk memperoleh tempat tinggal setelah selesai jangka waktu tinggal di rumah susun.
dengan
menyesuaikan diri sehingga terjadi keselarasan antara lingkungan dengan
individu.
2. Adaptasi by reaction, yaitu tindakan menolak atau melawan terhadap lingkungan
dengan melakukan perubahan-perubahan fisik lingkungan guna menambah
keselarasan antara individu dengan lingkungan fisiknya. 3. Adaptasi by withdrawal, yaitu tindakan mengurangi tekanan lingkungan dengan
melakukan migrasi atau pindah ke tempat lain.
reaction terhadap lingkungan fisik. Hanya beberapa penghuni yang beradaptasi by adjustment terhadap lingkungan fisik.
3. Penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial berupa interaksi antarpenghuni setelah tinggal di rumah susun relatif agak berkurang. Selain karena lelah
untuk naik turun, sebenarnya mereka tidak ada waktu untuk berinteraksi
secara intens.
4. Motivasi penghuni untuk pindah masih sangat kurang. Mereka masih
mengharapkan unuk tetap dapat menempati rumah susun.
3. Rahim Abdul, Zaiton, Hariza, Ahmad (2012), Behavioral Adaptation of Malay Families and Housing
Untuk melihat pola perilaku dan modifikasi rumah yang dilakukan penghuni terrace
Metode kuantitatif
dengan cara
wawancara personal, observasi dan re-view analitis terhadap
(Geertz, 1973), Budaya menciptakan norma-norma, dan karena itu, pengetahuan tentang konteks budaya memungkinkan seseorang untuk memprediksi
Procedia - Social and Behavioral Sciences 36 ( 2012 ) hal 147 – 157.
dalam menghuni rumah, serta mengidentifikasi alasan-alasan yang
melatar-belakanginya.
di terrace house
(rumah deret). Rapoport dan Hardie (1991) menunjukkan bahwa budaya berubah seiring dengan lingkungan binaan.
lantai dasar
2. Penambahan luas ruang keluarga
3. Pengubahan karakteristik pintu dan jendela.
4. Os’hara Omar,
Erdayu, dkk (2010), Adapting by Altering: Spatial Modifications of Terraced Houses in The Klang Valley Area, Asian Journal of Enviroment Behaviour Studies
Vol.1 no.3
(September 2010).
Untuk menemukan bentuk modifikasi-modifikasi ruang yang dilakukan pada 50 rumah di area Klang Valley, Malaysia.
Metode kuantitatif dengan cara observasi dan wawancara informal, dimana peneliti berperan sebagai calon pembeli
Vischer (2007)
mengelompokkan kenyamanan pada tiga level yaitu: fisik, fungsional, dan psikologis.
1. Adanya penambahan ruang yang menunjukkan adanya
kebutuhan untuk
meningkatkan kualitas privasi anggota rumah (misal: penambahan dapur basah untuk memasak dan mencuci).
2. Adanya renovasi pengubahan ruang yang menunjukkan adanya tingkat prioritas ruang yang berbeda (misal: pengubahan teras tamu menjadi ruang tamu). 5. Lutfiah (2010),
Perubahan Bentuk dan Fungsi Hunian pada Rumah Susun Paska Penghunian, Jurnal “ ruang “ Vol.2 nomor 2
Untuk menemukan bentuk-bentuk
perubahan pada
rumah susun
sederhana sewa di Penjaringan, baik dari segi fisik maupun fungsional
Pendekatan rasio-nalistik (melihat kebenaran bukan hanya dari fakta lapangan namun juga melalui proses berfikir yang logis) dengan metode
Habraken (1982), indikasi suatu perubahan fisik lingkungan terdiri dari 3 hal, yaitu:
D. Penambahan (addition) yaitu penambahan suatu elemen di suatu site sehingga terjadi perubahan dari bentuk awal. Misalnya adalah penambahan
Hasil penelitian
mengemukakan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada rusunawa terbagi atas 2, yaitu:.
serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempeng-aruhinya.
kualitatif
(menggunakan teori
umum (premis
mayor) untuk
menguji fokus penelitian (premis minor).
adaptasi sosial penghuni E. Pengurangan/membuang
(elimination)
yaitu pengurangan suatu elemen di suatu site sehingga terjadi perubahan dari bentuk awal. Misalnya menghilangkan ruang teras belakang untuk mendapatkan area belakang rumah yang lebih luas
F. Pergerakan/perpindahan (Movement).
yaitu perubahan dari bentuk awal dengan cara memindahkan suatu elemen. Misalnya adalah memindahkan area untuk menjemur pakaian yang semula berada di belakang rumah, menjadi di depan rumah.
bangunan, dan penambahan material pada bagian bangunan.
2. Perubahan fungsional meliputi pengalihan atau pemadatan fungsi pada ruang-ruang tertentu (misal: penambahan jumlah ruang ke area balkon)
6. Terrazas, Carirllo, dkk (2014), Adjusting to New Places: International Student Adjustment and Place Attachment, Journal of College Student
Untuk mengetahui pengalaman hidup
mereka dan
keterikatan mereka dengan tempat yang baru.
Metode kualitatif
dengan cara
wawancara personal untuk menjelaskan persepsi, pengalaman, dan keterikatan tempat para pelajar.
(Easthope, 2004;
Manzo, 2003, 2005; Mazumdar & Mazumdar,
2005; Proshansky et al., 1983), keterikatan tempat memiliki arti terikat kepada fisik bangunan melalui interaksi sosial atau
Furnham (1997), Culture shock adalah hasil dari kurangnya referensi, norma-norma sosial, dan aturan berinteraksi seseorang untuk membimbing dan memahami perilaku orang lain.
cenderung menjadi homesick.
7. Lu, Xiao, dkk (2016), Construction
Strategies of Public Activity Spaces in Residential Districts Based on Children’s Activities, Journal on Landscape Research (March 2016)
Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas anak-anak dan ruang publik, bagaimana strategi untuk memanfaatkan ruang terbuka publik dan menciptakan ruang terbuka publik
yang dapat
memenuhi
kebutuhan psikologi anak-anak.
Metode kualitatif dengan cara studi literatur mencari teori-teori terkait dan kuantitatif dengan cara observasi.
Jan Gehl (1992), aktivitas adalah sebuah elemen atraktif. Hanya jika orang tetap berada di bangunan, atau kawasan perumahan, maka aktivitas tersebut akan menarik perhatian orang lain dan kemudian mereka akan berkumpul di lokasi terdekat.
2.6 Kerangka Berpikir
V A R I A B E L
I N D I K A T O R
Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya di
Perumahan Dinas
(Studi Kasus: Perumahan TNI AD Gaperta)
SOSIAL EKONOMI
Profil penghuni
Hubungan sosial antar-penghuni Perilaku
Penghuni
PROSES ADAPTASI PENGHUNI FAKTOR-FAKTOR PENENTU
HOBI