• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-Buahan Masyarakat (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Buah-Buahan Masyarakat (Studi Kasus : Kecamatan Medan Denai) Chapter III VI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di Kecamatan Medan Denai. Kecamatan Medan Denai dipilih karena daerah ini memiliki jumlah rumah tangga yang terbesar dibandingkan dengan Kota Medan bagian Timur yang lainnya, diantaranya yaitu Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Area.

Tabel 3.1 Banyaknya Jumlah Penduduk Rumah Tangga, Rata-rata Anggota RT diperinci menurut Kecamatan di Kota Medan Tahun 2015

No Kecamatan Banyaknya Rata-rata

Anggota

Sumber : Medan Dalam Angka, 2016

(2)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan (2014), jumlah rumah tangga di Medan Denai sebanyak 32.220 rumah tangga. Banyaknya sampel yang diambil dalam penelitian ini dihitung terlebih dahulu untuk dapat mewakili besar populasi di daerah penelitian. Dalam menetukan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

n =

Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Taraf kesalahan dalam pengambilan sampel (dalam penelitian ini digunakan α = 10%)

Maka jumlah sampel yang diambil adalah :

n =

n = 99,64 menjadi 100 sampel

Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian sosial sebesar

(3)

dari keseluruhan jumlah populasi rumah tangga di daerah penelitian yaitu sebanyak 32.220 KK.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah metode Simple Random Sampling dimana semua unsur dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung menggunakan kuesioner dengan rumah tangga (responden) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Medan dan dari literatur serta berbagai buku yang mendukung penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Identifikasi masalah 1, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengamati dan menganalisis pola konsumsi buah rumah tangga di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan. Pengamatan pola konsumsi buah ini dilaksanakan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

(4)

Identifikasi masalah 2, dianalisis menggunakan Analisis Linier Berganda (Multiple Regression Analysis) melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dimana sebuah variabel terikat (Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (X). Untuk mengetahui variabel bebas (umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan ibu rumah tangga) terhadap variabel terikat yaitu jumlah konsumsi buah.

Formulasinya adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + µ

Keterangan :

Y = Jumlah konsumsi buah (gram/kapita/hari) a = Koefisien intersep (konstanta)

b1,b2,b3,b4 = Koefisien Regresi

X1 = Jumlah Pendapatan (Rp/hari)

X2 = Umur (tahun)

X3 = Jumlah Tanggungan (jiwa)

X4 = Tingkat pendidikan (tahun)

µ = Kesalahan pengganggu

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1. Koefisien Determinasi (R2)

(5)

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan.

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

2. Uji Serempak (Uji F – Statistik)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Uji F dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistic koefisien regresi secara serempak. Tarif signifikansi (α) yang digunakan dalam

ilmu social adalah 0,05. Kriteria pengujian :

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Dengan Hipotesis yang diajukan adalah :

Jika H0 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat

(6)

Jika H1 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat

pendidikan dan jarak rumah kepasar secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi buah.

3. Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Uji t dimaksudkan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Tarif signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu

sosial adalah 0,05.

Kriteria pengujian :

Jika thitung ≤ ttabel atau jika nilai signifikansi > α : maka H0 terima H1 tolak Jika thitung > ttabel atau jika nilai siginifkansi ≤ α : maka H1 terima H0 tolak

Dengan hipotesis yang diajukan adalah :

H0 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat

pendidikan dan jarak rumah kepasar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi buah.

H1 diterima artinya umur, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, tingkat

pendidikan dan jarak rumah kepasar secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi buah.

4. Uji Asumsi Klasik

(7)

asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator). Ada tiga uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain uji normalitas, heterokedastisitas, dan multikolineritas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji

Kolmogrov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogrov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.

(8)

c. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier (korelasi) yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Data yang digunakan adalah penggunaan factor yang dilogaritmakan. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.

Ada atau tidaknya multikolonieritas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF (Variance Inlaction Factor).

Kriteria nilai uji yang digunakan yakni :

Jika nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas Jika nilai tolerance ≥ 10, maka model mengalami multikolinieritas

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perluditampilkan defenisi dan batasan operasional, sebagai berikut :

3.5.1 Defensisi

1. Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat.

2. Konsumen buah adalah populasi dari sampel yang akan diteliti.

3. Karakteristik konsumen adalah pendapatan, usia, jumlah anggota keluarga dan pendidikan.

(9)

5. Konsumsi buah adalah kemampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan buah seluruh anggota keluarga ataupun gambaran keseluruhan pengeluaran konsumsi buah yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.

6. Pendapatan keluarga adalah rata-rata jumlah pendapatan/pemasukan rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yaitu pangan (buah-buahan) yang dinyatakan dalam satuan rupiah per hari.

7. Jumlah anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota lainnya yang masih menjadi tanggungan kepala rumah tangga, yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

8. Umur adalah usia yang diasumsikan berkaitan dengan pengalaman, tingkat pengetahuan dan sikap yang dimilikinya dalam memenuhi kebutuhan pangan (buah) dan gizi keluarga.

9. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh ibu rumah tangga.

10. Jumlah konsumsi adalah jumlah kebutuhan buah rumah tangga yang dikonsumsi dalam sebulan (Kg/bulan).

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Medan Denai. 2. Tempat penelitian adalah di Kecamatan Medan Denai.

(10)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis

Penelitian dilakukan di Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian berada pada ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dengan wilayah Kecamatan Medan Denai sekitar 9,91 km2.

Adapun batas-batas wilayah daerah penelitian adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Area - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

4.1.2 Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Usia

Penduduk di Kecamatan Medan Denai berjumlah 145.677 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebesar 32.220 rumah tangga. Berdasarkan golongan usia sampel penduduk kecamatan Medan Denai dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis kelamin di Kecamatan Medan Denai, 2014.

Jenis Kelamin Kelompok Usia Laki-laki

(Jiwa)

(11)

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Medan denai pada tahun 2015 sebesar 145.677 jiwa. Tabel di atas juga menunjukkan jumlah usia non produktif 0 – 4 tahun dan > 65 tahun. Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif, dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kecamatan Medan Denai cukup besar.

b. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok

Mata pencaharian pokok penduduk di Kecamatan Medan Denai terdiri dari berbagai jenis yaitu: PNS, Pegawai Swasta, ABRI, Petani, Pedagang dan Pensiunan. Adapun pembagian jumlah penduduk di Kecamatan Medan Denai menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Denai, 2014.

Sumber: Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015.

(12)

mata pencaharian pokok terkecil adalah sebagai petani yaitu 427 orang, hal ini disebabkan karena kurang lahan untuk bertani.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Untuk mencapai kecamatan ini dapat mudah ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Infrastruktur untuk menuju ke Kecamatan Medan Denai ini sangat baik karena mudah di akses oleh kendaraan apapun.

Prasarana yang berada di Kecamatan Medan Denai yaitu: sekolah, rumah sakit, posyandu dan tempat ibadah. Adapun rincian dari jumlah sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Denai, 2014 No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1

Sumber: Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, 2015

Berdasarkan tabel 4.3 dari segi sekolah, unit terbanyak terdapat pada unit SD yaitu sebanyak 45 unit.

(13)

Dari segi tempat ibadah, unit terbanyak terdapat pada unit mesjid yaitu sebanyak 84 unit.

4.2 Karakteristik Umum Sampel Responden

Adapun karakteristik sampel yang menjadi responden penelitian ini meliputi pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga, umur ibu rumah tangga dan tingkat umur ibu rumah tangga.

4.2.1 Pendapatan Rumah Tangga

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pendapatan tertinggi adalah sebesar > Rp 15.000.000 per bulan. Sedangkan tingkat pendapatan terendah adalah sebesar

< Rp 2.000.000 per bulan. Tidak ada tingkat pendapatan yang mendominasi, karena sampel sengaja dipilih sesuai dengan kebutuhan penelitian yang sudah digolongkan tingkat pendapatan.

4.2.2 Umur

Berdasarkan hasil penelitian, usia sampel berkisar antara 29 – 84 tahun. Tidak ada kelompok yang sangat mendominasi sampel. Usia sampel di bagi dalam beberapa kelompok, yaitu 25 – 34 tahun, 35 – 44 tahun, 45 – 54 tahun, 55 – 64 tahun, 65 – 74 tahun dan 75 – 84 tahun.

4.2.3 Jumlah Anggota Keluarga

(14)

rumah terendah adalah sejumlah 1 orang, sedangkan rata-rata jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah adalah 3 orang.

4.2.4 Tingkat Pendidikan

(15)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pola Konsumsi Buah Masyarakat

Pola konsumsi buah masyarakat akan dipaparkan ke dalam 8 faktor. Faktor-faktor tersebut telah disusun oleh peneliti sedemikian rupa guna mendeskripsikan bagaimana pola konsumsi masyarakat. Pemaparan setiap faktor merupakan hasil wawancara yang dilakukan dengan konsumen yang secara kebetulan ditemui di daerah penelitian.

Adapun faktor-faktor tersebut akan dipaparkan satu per satu dalam paragraf berikut ini. Pemaparan faktor-faktor berikut akan sekaligus menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap buah. Faktor-faktor yang telah disusun tersebut adalah sebagai berikut :

1. Minat terhadap buah-buahan

(16)

Tabel 5.1 Minat Masyarakat Terhadap Buah-buahan Parameter Jumlah Konsumen

(Orang)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal diluar dirinya, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya (Suryabrata, 2002).

2. Jenis buah

Melihat minat yang cukup tinggi terhadap buah-buahan, maka perlu diketahui pula jenis buah apa yang paling diminati oleh konsumen. Adapun buah-buahan yang termasuk dalam sampel penelitian ini adalah jeruk, mangga dan jambu. Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa konsumen paling banyak memilih jenis buah jeruk dan mangga dengan persentase sebesar 25% sehingga buah-buahan lokal jenis jeruk dan mangga lokal perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun jumlah produksi, karena ini merupakan peluang bagi perkembangan buah lokal agar tidak diambil alih oleh buah-buahan impor.

Tabel 5.2 Jenis Buah dalam Pola Konsumsi Masyarakat Parameter Jumlah Konsumen

(orang)

(17)

Faktor jenis buah merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsumen. Banyaknya jenis buah-buahan tersebut kebanyakan tersedia melimpah di pasar lokal hanya pada saat panen raya. Sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau pasar dunia (internasional). Jenis buah-buahan tropis yang dipasarkan di pasaran internasional pada saat ini adalah pisang, nanas, mangga,alpukat, rambutan , markisa, sirsak, jambu, belimbing dan manggis (Sunarjono, 2000).

3. Kebiasaan

Kebiasaan yang dimaksud disini adalah pilihan konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi buah-buahan produksi darimana sehari-harinya. Memilih membeli buah-buahan lokal atau buah-buahan impor yang selalu menjadi pilihan masyarakat. Pada Tabel 5.3 pilihan konsumen terbanyak adalah buah lokal dengan persentase sebanyak 73 %. Hal ini menunjukkan buah lokal masih memiliki keunggulan yang positif yang bisa memenangkan faktor selera konsumen dibandingkan buah impor. Meskipun begitu, melihat buah impor sebagai pesaing sebaiknya pelaku yang berkaitan dengan buah lokal mulai memiliki inovasi dan terobosan baru untuk bisa tetap mempertahankan posisinya. Sebab jika terobosan dan inovasi tersebut dipikirkan dan dilakukan oleh pelaku yang berkaitan dengan buah impor di pasar lokal maka posisi persentase tersebut bisa saja sewaktu-waktu berubah dengan posisi persentase buah impor menjadi yang terbanyak.

Tabel 5.3 Kebiasaan Konsumen Dalam Memilih Buah-buahan

Parameter Jumlah Konsumen

(orang)

Persentase (%) Buah Lokal

Buah Impor

73 27

(18)

Kebiasaan menjadi faktor ketiga terbesar yang diperhatikan konsumen dalam memilih buah. Kebiasaan menjadi perhatian konsumen dalam memilih jenis buah dikarenakan jenis buah yang akan dikonsumsi disesuaikan dengan selera konsumen. Produk buah impor dan lokal memiliki perbedaan baik itu dalam bentuk penampilan, warna maupun rasa. Perbedaan tersebut dapat mempengaruhi kebiasaan konsumen. Preferensi adalah evaluasi seseorang mengenai dua atau lebih objek ( Kardes, 2002).

4. Pengetahuan mengenai kandungan buah

Pengetahuan mengenai kandungan buah merupakan faktor penting yang perlu diketahui dalam mendeskripsikan pola konsumsi masyarakat. Perlu diketahui apakah tahu atau tidaknya konsumen terhadap kandungan buah tersebut menjadi faktor yang menentukan masyarakat untuk mengkonsumsi buah tersebut atau tidak.

Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui kandungan buah yang mereka konsumsi dengan prsentase yang cukup jauh dari masyarakat yang tidak mengetahui kandungannya. Rata-rata masyarakat menjawab vitamin C dan vitamin A adalah kandungan terbanyak dari antara pilihan buah yang mereka pilih baik itu buah jeruk, mangga dan jambu.

Tabel 5.4 Pengetahuan Mengenai Kandungan Buah Parameter Jumlah konsumen

(orang)

Persentase (%) Tahu

Tidak Tahu

82 18

82,00 18,00

Total 100 100

(19)

Pengetahuan gizi yang tersedia pada buah merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat ( Notoatmojo, 2006). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.

5. Ketersediaan buah di pasar

Ketersediaan buah-buahan tersebut di pedagang merupakan satu faktor penting yang menentukan buah tersebut akan dibeli atau tidak oleh konsumen. Dengan tersedianya buah-buahan tersebut di pasar maka konsumen akan dengan mudah memilih dan membeli buah-buahan tersebut. Ketersediaan yang terus-menerus justru berbanding terbalik dengan sifat buah-buahan yang musiman.

Seperti dipaparkan pada Tabel 5.5 dengan jumlah 75% dari sampel konsumen mengatakan buah selalu tersedia di pasar dan rata-rata buah yang dimaksud konsumen selalu tersedia adalah buah jeruk. Hal ini yang menjadi faktor penting mengapa buah jeruk menjadi salah satu pilihan yang hampir dikonsumsi sebagian besar sampel konsumen yang ditemui di daerah penelitian.

(20)

Tabel 5.5 Ketersediaan Buah

Parameter Jumlah konsumen (orang)

Persentase (%) Selalu tersedia

Tidak selalu tersedia

75 25

75,00 25,00

Total 100 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Ketersediaan buah dipasar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari konsumsi. Dimana ketersediaan buah dipasar berguna untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi ( Wibowo, 2006).

6. Lokasi pedagang dan alasan memilihnya

Lokasi pilihan konsumen merupakan faktor yang penting dalam keputusan konsumen mengkonsumsi buah-buahan. Pasar modren merupakan saingan utama pasar tradisional dalam mengambil perhatian masyarakat pasar tradisional merupakan tempat proses jual beli antar pedagang dengan konsumen secara langsung di tempat terbuka dengan susunan kios-kios kecil. Fasilitas yang tersedia hanya tempat parkir, terkadang ada kamar mandi dan tanah yang becek. Sedangkan pasar modren merupakan tempat jual beli dimana konsumen dapat memilih langsung barang yang dibeli dan membayar di kasir dengan barang-barang yang dijual telah disusun rapi di setiap tempat. Biasanya tersedia fasilitas kamar mandi, parkir yang aman, AC, ruangan tertutup dan lantai yang bersih.

(21)

dikatakkan adalah karena di pasar tradisional masih ada proses tawar-menawar yang menjadi ciri khas pasar tradisional.

Sebanyak 27% masyarakat lebih memilih pasar modren, hal ini dikarenakan alasan praktis ketimbang sistem tawar-menawar di pasar tradisional. Alasan lain yang menjadi pertimbangan konsumen sampel adalah tempatnya yang nyaman, bersih, aman dari pencopetan, produknya lebih higienis dan bersih, penataan buah yang teratur sehingga konsumen dapat memilih dengan leluasa, buah-buahan yang terlihat lebih fresh, serta kualitas yang lebih terjamin. Keadaan pasar tradisional dengan pasar modren memang memiliki sisi positif dan negatif masing-masing yang sangat bertolak belakang. Seperti terdapat 5 konsumen sampel yang memilih keduanya tergantung kebutuhan dan jaraknya dari tempat tinggal, atau bahkan seperti 5 orang konsumen sampel lainnya yang memilih pedagang kelontong buah yang berada di pinggir jalan dengan alasan lebih praktis.

Tabel 5.6 Lokasi

Parameter Jumlah konsumen (orang)

Persentase Pasar tradisional

Pasar modren Keduanya

Pasar kelontong di pinggir jalan

63 27 5 5

63,00 27,00 5,00 5,00

Total 100 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

(22)

produsen harus bisa menentukan jika menyewa ditempat yang strategis apakah masih bisa mendapatkan untung? Jika masih maka produsen harus memilih lokasi yang strategis (Malahayati dan Ramadhan, 2010).

7. Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna

Penerapan pola 4 sehat 5 sempurna ini menjadi faktor yang penting bagi keberlangsungan buah-buahan di pasar lokal. Dengan banyaknya masyarakat yang sudah menerapkan pola ini. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya buah-buahan sudah menjadi asupan yang tidak asing bagi masyarakat di Kota Medan untuk setiap harinya.

Tabel 5.7 Penerapan Pola 4 Sehat 5 Sempurna

Parameter Jumlah

konsumen (orang)

Persentase (%)

Sudah Menerapkan Masih Rencana Belum Terpikirkan

53 40 7

53,00 40,00 7,00

Total 100 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Konsumsi buah di Indonesia yang dianjurkan terdapat dalam tumpeng gizi seimbang. Indonesia menganjurkan masyarakat untuk mengkonsumsi buah sebanyak 2-3 porsi dalam sehari (Farisa, 2012). Didalam tumpeng gizi seimbang,buah berada pada tingkat kedua setelah makanan sumber karbohidrat.

8. Intensitas mengkonsumsi dan porsi dalam sekali mengkonsumsinya

(23)

dapat dilihat berapa banyak buah-buahan yang diperlukan dalam sehari di keluarga tersebut.

Dari 100 sampel yang diwawancarai sebanyak 19% sampel hanya mengkonsumsi buah-buahan 1x dalam sehari. Jumlah ini tergolong sedikit jika dikaitkan dengan pola 4 sehat 5 sempurna. Yang mana dalam sehari jika konsumen makan 3x maka setidaknya konsumen makan buah 3x minimal dalam hari tersebut.

Masyarakat di Kota Medan masih kurang menganggap penting buah-buahan dalam kehidupan dan pola konsumsi sehari-hari. Untuk mencukupi kebutuhan gizi, sudah dianjurkan kepada masyarakat bahwa perlu mengkonsumsi buahan setiap habis makan. Sehingga sebaiknya masyarakat mengkonsumsi buah-buahan minimal 3x dalam sehari. Terutama untuk mencukupi anjuran kebutuhan gizi 2000 kkal/hari yang disosialisasikan oleh badan kesehatan kepada masyarakat.

Tabel 5.8 Intensitas Mengkonsumsi Buah Dalam Sehari Parameter Jumlah Konsumen

(orang)

Persentase (%) 1x dalam sehari

2x dalam sehari 3x dalam sehari >3x dalam sehari Tidak tentu

19 27 25 11 18

19,00 27,00 25,00 11,00 18,00

Total 100 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

(24)

masyarakat yang menghabiskan > 3 buah dalam satu kali konsumsi. Meskipun tidak dipungkiri bahwa masih terdapat masyarakat yang hanya mengkonsumsi ± 1 buah sehari sebagai kebiasaan rutin atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan akan buah bagi tubuh dalam sehari.

Dari 100 sampel yang diwawancarai, ratarata sampel memiliki porsi sebanyak 1 -2 buah dalam 1 kali mengkonsumsi. Khusus untuk buah jeruk konsumen mengkonsumsi rata-rata 1 – 2 buah dikonsumsi per orang, sedangkan untuk buah mangga dan jambu dikonsumsi 1 – 2 buah dikonsumsi per keluarga. Untuk lebih jelasnya, banyaknya persentase setiap porsi akan dipaparkan pada Tabel 5.9

Tabel 5.9 Porsi Dalam Satu Kali Konsumsi Parameter Jumlah Konsumen

(orang)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Porsi buah yang dianjurkan dalam sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong per hari. WHO menganjurkan agar mengkonsumsi minimal 400 gram buah dalam sehari untuk mencegah terjadinya penyakit kronis. Kurang lebih setiap porsi buah memiliki berat 80 gram (Almatsier, 2009).

5.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen Buah 5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga

(25)

tingkat pendapatan terendah adalah pada golongan < Rp 2.000.000 yaitu sebesar Rp 400.000 per bulan.

Tabel 5.10 Karakteristik Sampel Berdasarkan Pendapatan

Karakteristik (Rupiah) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) < 2.000.000

2.100.000 – 5.000.000 5.100.000 – 10.000.000 10.100.000 – 15.000.000 > 15.100.000

20 27 18 17 18

20,00 27,00 18,00 17,00 18,00

Total 100 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Pendapatan merupakan suatu hal yang mempengaruhi konsumen dari segi faktor ekonomi.Dimana pada faktor ekonomi terdapat faktor harga & faktor pendapatan konsumen. Faktor pendapatan merupakan suatu hal yang paling besar mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Dengan besarnya pendapatan konsumen sehingga konsumen mampu untuk menentukan keputusan secara objektif terhadap segala kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier (Gilarso, 2003).

5.2.2 Umur

(26)

1 sampel (1 persen). Karaketeristik sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11 Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

Karakteristik (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 25 – 34

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Dalam memilih menu makanan yang mempunyai kandungan energy dan protein yang memadai serta pemilihan komposisi jenis makanan yang tepat, diperlukan tingkat pengetahuan yang relative tinggi, terutama tingkat pengetahuan (umur) ibu rumah tangga yang berperan sangat penting dalam menentukan keputusan konsumsi rumah tangga (Djauhari & Friyanto, 1993).

5.2.3 Jumlah Anggota Keluarga

(27)

Tabel 5.12 Krakteristik Sampel Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Karakteristik (Jiwa) Jumlah (RT) Persentase (%)

1 – 3

Sumber : Data diolah dari Lampiran 2

Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, maka kebutuhan pangan (buah) yang dikonsumsi akan semakin bervariasi karena masing-masing anggota rumah tangga mempunyai selera yang berbeda. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga yang banyak, maka faktor kuantitas lebih diutamakan daripada faktor kualitas, sehingga diharapkan seluruh anggota keluarga dapat terbagi secara merata

(Suyastiri, 2008). 5.2.4 Pendidikan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang mendominasi adalah SMA yakni sejumlah 36 sampel dan S1 sejumlah 36 sampel. Diikuti dengan tingkat pendidikan S2 sejumlah 10 sampel. Sampel dengan tingkat pendidikan SD sejumlah 5 sampel, tingkat pendidikan SMP sejumlah 9 sampel, tingkat pendidikan Diploma sejumlah 3 sampel dan tingkat pendidikan S3 sejumlah 1 sampel. Tabel 5.13 menunjukkan tingkat pendidikan sampel

Tabel 5.13 Karakteristik Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

(28)

Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan seorang konsumen. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsive terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen yang berbeda pula. Pendidikan yang rendah juga akan mencerminkan jenis pekerjaan dan pendapatan serta daya beli konsumen tersebut (Sumarwan, 2004).

5.3 Analisis Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Konsumen terhadap Jumlah Konsumsi Buah

Sebelum dilakukan estimasi dilakukan pengujian untuk memenuhi asumsi Regresi Linier Berganda yaitu:

a. Uji Normalitas

Setelah melakukan uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh signifikansi sebesar 0,391 > 0,05 (lihat pada lampiran 3) yang artinya data terdistribusi normal

Tabel 5.14 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 100

Normal Parametersa Mean 0.0000000

Std. Deviation 2.71961748

Most Extreme Differences

Absolute 0.090

Positive 0.090

Negative -0.050

Kolmogorov-Smirnov Z 0.902

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.391

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

b. Uji Gejala Multikolinieritas

(29)

diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.

Tabel 5.15 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -1.566 2.228 -.703 .484

Pendapatan 2.549E-7 .000 .397 5.019 .000 .675 1.481

Umur .008 .033 .015 .232 .817 .946 1.057

JAK 1.918 .262 .478 7.314 .000 .987 1.013

Pendidikan .852 .238 .283 3.581 .001 .677 1.477

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

c. Uji Gejala Heterokedastisitas

Setelah melakukan metode grafik dan uji Park untuk menguji heterokedastisitas maka dapat disimpulkan bahwa gejala heterokedastisitas tidak terdapat dalam persamaan ini, dimana bentuk dari grafiknya tidak menunjukkan pola tertentu dan nilai signifikansi dari variabel 1,000 > 0,05 (lihat pada lampiran 3).

Tabel 5.16 Hasil Uji Heterokedastisitas ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1094.004 4 273.501 35.484 1.000a

Residual 732.236 95 7.708

Total 1826.240 99

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

(30)

Constant -1,566 2,228 -0,703 0,484

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, nilai R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,599. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 59,9% variasi variabel jumlah konsumsi buah telah dapat dijelaskan oleh variabel pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan pendidikan, sedangkan sisanya 40,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Dari tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0.000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel bebas

pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan pendidikan secara serempak berpengaruh nyata pada taraf 95% terhadap variabel terikat jumlah konsumsi buah.

Berdasarkan Tabel diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ŷ = - 1,566 + 2,549 10-7 X1(*)+ 0,008 X2(*)+ 1,918 X3(*) + 0,852 X4 (*)

Keterangan:

Ŷ = Jumlah konsumsi buah (kg/bulan) X1 = Pendapatan (Rp/bulan)

X2 = Umur (tahun)

(31)

X4 = Pendidikan (tahun)

Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:

Dari persamaan di atas, dapat diperoleh nilai konstanta sebesar – 1,566. Hal ini menunjukkan bahwa efek yang ditimbulkan variabel bebas pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh terhadap variabel terikat jumlah konsumsi buah rumah tangga adalah – 1,566. Atau apabila nilai variabel bebas sama dengan nol (=0), maka nilai variabel terikat konsumsi buah adalah sebesar -1,566 kg.

1. Variabel pendapatan rumah tangga (X1)

Hasil analisis pendapatan terhadap jumlah konsumsi buah memiliki nilai koefisien regresi sebesar 2,549 10-7, maka setiap peningkatan pendapatan 10.000 rupiah menyebabkan kenaikan konsumsi buah sebesar 2,549 10-3 kg/bulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada pendapatan menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi buah, yang artinya apabila pendapatan meningkat maka jumlah konsumsi juga meningkat.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak artinya variabel

bebas pendapatan rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi buah rumah tangga.

2. Variabel umur (X2)

(32)

dianggap tetap. Tanda positif pada umur menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi buah, yang artinya apabila umur meningkat maka jumlah konsumsi juga akan meningkat.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t sebesar 0,817 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1ditolak artinya variabel bebas

umur ibu rumah tangga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi buah rumah tangga.

3. Variabel jumlah anggota keluarga (X3)

Hasil analisis jumlah anggota keluarga terhadap jumlah konsumsi buah memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,918, maka setiap peningkatan jumlah anggota keluarga 1 jiwa menyebabkan kenaikan konsumsi buah sebesar 1,918 kg/bulan dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada jumlah anggota keluarga menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi buah, yang artinya apabila jumlah anggota keluarga meningkat maka jumlah konsumsi buah juga akan meningkat.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak artinya variabel

bebas jumlah anggota rumah tangga secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel terikat konsumsi buah rumah tangga.

4. Variabel pendidikan (X4)

(33)

variabel lain dianggap tetap. Tanda positif pada pendidikan menunjukkan pengaruh positif pada jumlah konsumsi buah, yang artinya apabila pendidikan meningkat maka jumlah konsumsi juga akan meningkat.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat signifikansi t adalah sebesar 0,001 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak artinya variabel

(34)

BAB VI

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Buah yang paling diminati masyarakat adalah buah jeruk dan mangga. Rata-rata konsumen mengetahui kandungan buah yang akan mereka konsumsi. Konsumen buah-buahan sebagian besar sudah menerapkan pola 4 sehat 5 sempurna dengan mengkonsumsi minimal 1 buah per hari per orang untuk buah jeruk atau minimal 1 buah per hari per keluarga untuk buah mangga dan jambu.

2. Karakteristik konsumen meliputi pendapatan, jumlah anggota keluarga, umur dan pendidikan. Karakteristik Sosial Ekonomi konsumen yaitu pendapatan, umur, jumlah anggota keluarga dan pendidikan berpengaruh nyata secara serempak terhadap jumlah konsumsi buah. Pendapatan, jumlah anggota keluarga dan pendidikan berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsi buah, sedangkan variabel umur tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap jumlah konsumsi buah.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan. Adapun keterbatasan tersebut antara lain :

1. Jenis buah yang diteliti terbatas, hanya berkisar kepada buah jeruk, mangga dan jambu.

(35)

3. Variabel yang diteliti terbatas pada pendapatan, umur, jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan.

6.3 Saran

1. Pendapatan, jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan konsumen berpengaruh terhadap jumlah konsumsi buah per bulannya

2. Konsumen buah di Medan Denai harus mempertimbangkan karakteristik konsumen untuk meningkatkan jumlah konsumsi buah.

3. Kepada badan-badan kesehatan disarankan untuk mensosialisasikan gaya hidup sehat dengan wajib mengkonsumsi buah-buahan setiap hari dan mengajarkan makan buah setiap kali selesai makan kepada masyarakat.

Gambar

Tabel 3.1 Banyaknya Jumlah Penduduk Rumah Tangga, Rata-rata Anggota
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis kelamin di
Tabel 4.2 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Menurut Kelurahan di
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Denai, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara Size Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Publik, Profitabilitas, Earning per

Namun pertunjukan wisata di Kota Padang belum mempunyai suatu paket yang khusus sebagai sqiiar pa'iwisata- Semua paket yang dipertunjukkan kepada wisatawan sama

Penjelasan di atas menyebutkan bahwa pemilihan umum merupakan syarat minimal adanya demokrasi yang bertujuan memilih wakil-wakil rakyat, wakil daerah, presiden untuk

Penyelenggaraan pemilihan Sistem Noken di Papua sampai sejauh ini masih diperbincangan, dipolemikan, diperdebatkan, dan dikritisi oleh sejumlah kalangan menjelang pesta

Adanya perbedaan pengaruh penggunaan metode Jigsaw dan metode Learning Cell terhadap hasil belajar aspek kognitif mata pelajaran PPKn siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ampel

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa hijab tidak hanya menjadi kewajiban bagi wanita muslim akan tetapi hijab juga menjadi trend yang digemari oleh para wanita

dalam matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika

Struktur Perekonomian Banten sebagian besar kontribusi dari sektor  sekunder  (sektor  industri  pengolahan,  sektor