INTONASI CERAMAH KH ACHMAD CHOIRUL MUCHLIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Nafisatul Maulidah NIM. B01212024
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Nafisatul Maulidha
NIM : B01212024
Fakultas/Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam E-mail address : The_best0123@yahoo.com
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :
Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………) yang berjudul :
INTONASI CERAMAH KH ACHMAD CHOIRUL MUCHLIS
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltextuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 19 Agustus 2016
Penulis
(Nafisatul Maulidah) KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Nafisatul Maulidah, 2016: Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis Kata Kunci: Intonasi Ceramah
Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana intonasi ceramah KH AChmad Choirul Muchlis dapat di ambil rincian masalah sebagai berikut: bagaimana pitch suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, bagaimana quality suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, bagaimana loudness suara pada ceramah Achmad Choirul KH Muchlis, bagaimana rate dan rhythm suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Dalam menganalisa hasil wawancara yang dilakukan dengan KH Achmad Choirul Muchlis, dan beberapan informasi termasuk juga putrinya. Sesuai dengan masalah tersebut, data yang digunakan dari beberapa hasil wawancara, kemudian ditranskip dan selanjutnya dianalisis dan data yang diambil dari pengamatan penelitian selama mengikuti kegiatan ceramah.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pitch (tinggi rendahnya nada) yang digunakan dalam ceramahnya pada nada tingkat 3, yaitu lebih banyak memakai kata yang menegaskan, jadi kesimpulannya ada pada nada tingkat 3 yaitu suara tinggi. Sedangkan dalam penggunaan quality (mutu nada) dalam ceramah yakni nada bagus karena mutu yang paling banyak digunakan nada dengan mutu suara yang bagus, jadi mutu yang sering digunakan pada nada bagus. Sedangkan loudness (kerasnya suara) yang digunakan dalam ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, yakni nada keras karena kebanyakan dalam ceramahnya menggunakan nada keras, walaupun hanya beberapa saja yang menggunaan nada lembut. Sedangkan dalam penggunaan rate dan rhythm (cepat dan lambatnya nada) dalam ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, yakni menggunakan nada cepat karena kebanyakan dalam ceramahnya menggunakan nada cepat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUANPEMBIMBING SKRIPSI... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
A. Rumusan Masalah ... 5
B. Tujuan Masalah ... 5
C. Manfaat Penelitian ... 6
D. Konseptualisasi ... 6
E. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Dakwah dengan Metode Ceramah ... 12
2. Kelebihan Metode (Mauidloh Hasanah) ... 20
3. Efektifitas Dakwah dengan Ceramah ... 21
4. Teknik Ceramah ... 24
B. Intonasi Ceramah ... 27
1. Pitch... 30
2. Quality ... 33
3. Loudness ... 34
4. Rate dan Rhythm ... 36
C. Urgensi Intonasi dalam Ceramah ... 37
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 44
B. Subyek atau Sarana Penelitian ... 46
C. Tahap-Tahap Penelitian ... 47
D. Jenis dan Sumber Data ... 53
E. Teknik Pengumpulan Data ... 54
F. Teknik Analisis Data ... 57
G. Informan ... 59
H. Teknik Keabsahan Data ... 59
BAB IV
A. Penyajian Data ... 62
1. Biografi KH Achmad Choirul Muchlis ... 62
2. Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis ... 69
B. Analisis Data ... 90
C. Interprestasi Teoritik ... 97
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh
manusia hingga akhir zaman.1 Agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar
manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab,
berkualitas, dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah
peradaban yang maju, sebuah kehidupan yang manusiawi dalam artian
kehidupan yang adil. Agar dapat mencapai yang diinginkan tersebut perlu
adanya dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat
manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang
kebenarannya dan menyeruh kepada manusia agar menjadi
penganutnya.
Kewajiban berdakwah telah di jelaskan dalam firman Allah:
كَبر َ إ سحأ يه يتَلاب م ل اج ةنسحلا ة لا ة كحلاب كبر ليبس ىلإ ا ب مل أ ه
َلض
مل أ ه هليبس يدت لاب
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
1
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”(QS. An-Nahl [16]: 125).2
Dakwah merupakan denyut nadi Islam. Islam dapat hidup karena
dakwah dan dakwah juga merupakan aktifitas yang sangat penting dalam
Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan di terima oleh manusia.
Oleh karena itu kehidupan manusia di tentukan oleh keyakinannya,
sedangkan keyakinan itu di tentukan oleh pengetahuaannya. Dakwah
berfungsi menata sebuah kehidupan yang agamis untuk menuju
terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran agama Islam
di siarkan melalui dakwah yang dapat menyelamatkan manusia dan
masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada
kehancuran. Urgensi dakwah Islam terletak pada kebenaran ajaran Islam.3
Metode dakwah merupakan cara mencapai tujuan dakwah, metode
dakwah dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah dakwah bil
lisan. Dakwah bil lisan adalah suatu teknik atau metode dakwah yang
banyak diwarnai oleh karakteristik intonasi ceramah seorang da’i pada
waktu aktifitas dakwah.
Dakwah bil lisan bisa dilakukan oleh setiap kaum muslim yang
memiliki pengetahuan lebih di bidang keagamaan. Setiap pendakwah
memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari cara penekanan di setiap
kalimat-kalimat yang menurutnya penting, intonasi suara yang di gunakan
saat menyampaikan materi dakwahnya, serta pengaturan suara yang
2
Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung: Diponegoro, 2007), hlm. 281 3
berbeda setiap pendakwah. Intonasi atau gejala prosodi yang mempunyai
hubungan yang erat dengan struktur kalimat dan dengan interelaksi
kalimat dalam sebuah wacanan.
Intonasi juga adalah lagu kalimat. Di dalam intonasi tercakup nada,
tempo cepat lambatnya pembacaan, tekanan (pada bagian yang dianggap
penting), jeda (penghentian sesaat), dan volume (keras tidaknya ucapan).
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara
berkontribusi sebesar 37% dari pesan yang ingin kita sampaikan,
sedangkan isi pesan tersebut hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah
bahasa tubuh). jika ada ketidak sinkronan dari intonasi suara dan isi
perkataaan anda, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah
komponen yang persentasenya lebih besar (dalam hal ini intonasi).4
Intonasi merupaka faktor penting dalam menyampaikan materi dakwah bagi seorang da’i. Jika ada ketidak sinkronan dari intonasi suara
dan isi ceramah para da’i, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan
adalah komponen yang persentasenya lebih besar (dalam hal ini intonasi).
Jadi sangatlah penting untuk menyelaraskan intonasi suara dengan pesan
yang hendak kita sampaikan supaya audiens juga tidak sampai
mensalahartikan pesan yang hendak kita sampaikan. Apabila di dalam penyampaian dakwah, seorang da’i tidak memberikan warna dan
penyajian, maka isi pidato yang di sampaikan akan menjadi kurang
menarik dan bahkan tidak menarik sama sekali. Oleh karena memberikan
warna penekanan di setiap kalimat-kalimat yang penting sesuai dengan
4
apa yang akan di sampaikan dan efek yang diharapkan, dijiwai dengan kehidupan, dan kwalitas pribadi seorang da’i yang bisa memberikan daya
tarik bagi audiens.
Dari sekian banyak para da’i yang mampu membuat mad’u
terkesan akan suaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya,
salah satunya adalah KH Achmad Choirul Muchlis. dakwah beliau selalu
diselingi dengan banyak variasi nada suara dari setiap materi dakwah yang
beliau sampaikan. Beliau adalah sosok alim ulama’ yang cukup sukses
dalam menyampaikan dakwahnya kepada jama’ah. Dengan sistem
penyampaian dakwahnya, yang selalu di selingi dengan banyak variasi
intonasi suara. Sehingga beliau dapat memberikan pemahaman kepada mad’u. Seorang figur yang selalu dapat di jadikan contoh oleh jama’ahnya
dalam hal intonasi, beliau berbicara dengan nada yang bervariasi namun
mudah di pahami.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan alasan yang telah di uraikan,
oleh sebab itulah peneliti tertarik untuk membahas intonasi ceramah yang
di gunakan KH Achmad Choirul Muchlis, karena jam terbang dalam
dakwahnya beliau sudah puluhan tahun. Maka dengan demikian peneliti
mengambil judul Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka fokus
peneliti adalah bagaimana intonasi ceramah KH Achmad Choirul Muchlis
1. Bagaimana pitch suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis?
2. Bagaimana quality suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis?
3. Bagaimana loudness suara pada ceramah KH Achmad Choirul
Muchlis?
4. Bagaimana rate dan rhythm suara pada ceramah KH Achmad Choirul
Muchlis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan , maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pitch suara pada ceramah KH Achmad
Choirul Muchlis.
2. Untuk mengetahui quality suara pada ceramah KH Achmad
Choirul Muchlis.
3. Untuk mengetahui loudness suara pada ceramah KH Achmad
Choirul Muchlis.
4. Untuk mengetahui rate dan rhythm suara pada ceramah KH
Achmad Choirul Muchlis.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis:
Pada penelitian ini secara teoritis diinginkan agar penelitian ini
bermanfaat bagi seluruh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya pada
umumnya dan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan
Komunikasi Progam Studi KPI (Komunikasi Penyiaran Islam), yang
deskriptif terhadap Intonasi ceramah seorang da’i dalam hal Intonasi
ceramahnya.
2. Praktis:
Segi praktisnya, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
menjadi pijakan bagi pelaksana dakwah dalam hal intonasi
ceramahnya.
E. Konseptualisasi 1. Dakwah
Di dalam al-Qur’an terdapat perintah yang menyuruh kaum
muslimin agar mendakwahi manusia berjihad di jalan Allah. Dalam ayat
lain yang terdapat perintah agar sekelompok kaum muslimin bekerja
mendakwahi manusia untuk mau berbuat kebajikan, melakukan amar ma’ruf nahi munkar berupa “kontrol sosial” dalam ayat lain lagi ada
suruhan kepada Rasul Saw supaya menyampaikan (menginformasikan)
wahyu yang di turunkan kepada beliau. Diterangkan pula kepada manusia
bahwa mereka tidak akan dikenakan azab sebelum dakwah sampai kepada
mereka.
Melalui al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 Allah berfirman yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan engkau..” perintah dalam
ayat tersebut dimaksudkan kepada Rasul SAW juga untuk umatnya. Sabili
Rabbika dalam ayat itu adalah sabilillah “jalan Allah”. Sabilillah sama
dengan dakwah Islamiah (seruan Islam), dan identik dengan semua ajaran
yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW sedangkan
munkar, Allah berfirman melalui surat Ali Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyeruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar..”(Yusran (e.), 2009:64).5
Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Moh Ali Aziz M.Ag dakwah
sebagai kegiatan cenderung mengarah pada pelaksanaannya. Dakwah
sebagai proses lebih mementingkan hasil maksimal atau hasil akhir. Dalam
prosesnya, kegiatan dakwah tidak berhenti hingga tujuan dakwah telah
tercapai.
Secara singkat, dakwah adalah kegiatan peningkatan iman menurut syari’at Islam.6
2. Intonasi Ceramah
Intonasi adalah lagu kalimat. Di dalam intonasi tercakup nada,
tempo, (cepat lambatnya pembacaan, tekanan) jeda penghentian sesaat)
dan volume (keras tidaknya ucapan). Intonasi yang baik akan
menghindarkan pembacaan teks pidato dari kemonotonan sehingga tida
menjenuhkan.
Intonasi merupakan salah satu latihan dasar yang penting bagi
seorang penyanyi karena tanpa pembenahan intonasi (ketepatan bunyi tiap
nada), suara yang dihasilkan menjadi sumbang dan tidak merdu. Istilah
5
Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 10 6
intonasi mempunyai pengertian yang berbeda apabila diterapkan dalam
bahasa atau seni vokal.
Undersh dan Staats dalam bukunya: “Speech for Everyday Use, Rinehart and Company, New York 1951” menyebut ada 4 variabel yang
perlu diperhatikan mengenai suara, yaitu: Pitch, Quality, Loudness, dan
Rate and Rhythm.7
Menurut Charles Bonar Sirat, “Intonasi adalah kemampuan
manusia mengatur nada suara naik dan turun. “8
Sedangkan menurut Kholifatul Adha, “Intonasi suara terbaik ketika
anda berbicara dengan orang lain adalah, intonasi yang berada di nada
menengah, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.”9
Menurut Amran Halim, “ intonasi merupakan sejauh mana
menjelaskan kalimat terstruktur sampai sejauh kemampuan penutur dan
pendengar.”10
Memberikan warna pada penyampaian dan penyajian, jangan
sekali-kali berbicara dengan monoton dan pasif. Apapun yang pembicara
sampaikan, harus di jiwai dengan kehidupan, kwalitas pribadi yang
memberi daya tarik bagi pendengar.
Bila hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain
itu mengerjakan sesuatu yang positif dan konstruktif, atau bila kita hendak
7
Gentasari Anwar, Retorika Praktis Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) 8
Charles Bonar Sirat, The Power Public Speaking, (Jakarata: Gramedia, 2010) 9
Kholifatul Ahda, Panduan Mudah Public Speaking, (Jakarta: PT Buku Kita, 2014). 10
menjawab keluhan dan kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akan
sikapnya atau pendapatnya yang salah, maka keberhasilan dalam hal ini
banyak dipengaruhi oleh diksi dan intonasi kita.11
Ada beberapa macam-macam intonasi di antaranya:
1. Penekanan adalah cara bicara yang dilafalkan tepat pada kata itu sendiri atau di bagian lain, seperti “sebelum” atau “sesudah” kata itu.
2. Tinggi Nada (Pitch) adalah tinggi nada di kenakan dari ketebalan atau
kekentalan pita suara dan seberapa cepat kemampuan vibrasi/getaran
di lakukan.
3. Rate dan Ryhthm adalah cepat atau lambatnya serta irama suara.
4. Loudness adalah yang menyangkut dengan keras atau tidaknya suara.
5. Quality adalah mutu atau watak, sifat ataupun tabiat dari suara.
6. Artikulasi adalah kemampuan mengombinasikan lafal atau pengucapan
kata (pro-nounciation) dengan ucapan (enunciation).
7. Pause adalah pemberian jeda di beberapa tempat.
8. Pace adalah lebih di kenal dengan tempo juga merupakan salah satu
hal yang harus anda perhatikan dalam berpidato.
Dalam penelitian, peneliti membatasi intonasi ceramah hanya pada
cepat lambatnya (Rate and Rhythm ) ceramah, tinggi rendahnya (Pitch)
suara, keras lembutnya (Loudness) suara dan alunan (Quality) ceramah.12
11
Widyamataya. Kreatif Berwicara. (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 41 12
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penelitian ini sangat penting karena dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah penelitian,
dan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian. Sistematika dalam
penelitian ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab.
Sistematika penelusin penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I pendahuluan. Bab pertama ini, sebagai bab pendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan manfaat penelitian, konseptualisasi dan diakhiri dengan sistematika
pembahasan.
Bab II kajian teoretik. Berisikan definisi dakwah dengan metode
ceramah (mauidho khasanah), efektifitas dakwah dengan ceramah, definisi
intonasi ceramah, pitch, loudness, quality, rate and rhythm, urgensi
intonasi dalam ceramah, serta kajian kepustakaan penelitian.
Bab III metode penelitian, dalam bab ini akan dijelaskan tentang
pendekatan yang dilakukan dalam penelitian dan jenis penelitian,
menjelaskan sasaran penelitian (obyek penelitian), bagaimana tahap-tahap
penelitian, jenis dan sumber data yang diambil, teknik pengumpulan data,
analisis data, beberapa informan penelitian serta teknik keabsahan data.
Bab IV penyajian dan analisis data, pada bab ini akan dijelaskan
tentang penyajian data dari Pitch, Quality, Loudness, Rate and Rhythm KH
Bab V penutup dan saran. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan
dari semua penelitian dan rekomendasi serta saran-saran, serta dilengkapi
BAB II
KAJIAN TEORETIK TENTANG INTONASI DAKWAH DENGAN METODE CERAMAH
A. Dakwah dengan Metode Ceramah
Dakwah merupakan suatu profesi, di mana profesi itu mengharuskan untuk
mempunyai skill, planning dan manajemen yang handal. Kegiatan dakwah sendiri
sering dipahami sebagai kegiatan yang menyeruhkan atau mengajak umat Islam
untuk mencari atau memberikan solusi terhadapt masalah dalam hidup.
Pengertian dakwah. Dakwah (Arab: , da„wah; "ajakan") adalah
kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman
dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata
dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti
panggilan, seruan atau ajakan.
Pengertian dakwah menurut istilah ada beberapa pendapat antara lain:
1. Pendapat K.H. M. Isa Anshari, dakwah yaitu menyampaikan seruan islam,
mengajak dan memanggil umat manusia, agar menerima dan mempercayai
keyakinan dan hidup Islam.
2. Pendapat M. Natsir, membedakan pengertian antara dakwah dan risalah.
Risalah dipikulkan kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk
menyampaikan wahyu yang telah diterimanya kepada seluruh umat
manusia. Sedangkan dakwah adalah tugas para mubaligh, yaitu
3. Pendapat Ki M.A. Mahfoed, dakwah yaitu panggilan yang tujuannya
untuk membangkitkan keinsyafan seorang agar kembali ke jalan Allah
SWT yang sifatnya adalah ekspansif, memperbesar jumlah orang yang
berada di jalan Allah SWT. Pengertian dakwah dibedakan dengan
beberapa kata yang bersaudara yaitu ta’lim, dzkir, dan tashwir. Ta’lim
artinya mengajar, tujuannya untuk menambah pengetahuan yang
diajar. Tadzkir artinya mengingat tujuan untuk memperbaiki kelupaan
orang kepada sesuatu yang harus selalu diingat. Sedangkan tashwir
artinya melukiskan sesuatu pada alam pikiran orang, tujuannya untuk
membnagkitkan pengertian akan sesuatu yang digambarkan.
4. Pendapat Prof. Toha Jahja Omar MA, dakwah yaitu mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di sunia dan di
akhirat.
5. Pendapat A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain untuk
meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islam yang terlebih
dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah tu sendiri.1
Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat disimpulkan
dakwah itu menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke
jalan Allah SWT, untuk menjalankan perintah-Nya dan menjahui
larangan-Nya daam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat,
sesuai dengan tuntunan dan contoh Rasulullah SAW.
1
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan
kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau
ad-dakwah al-Islamiyah.
Menurut Ahmad Ghalwasy dakwah merupakan ilmu yang
memperalajri berbagaipembahasan teknis dan seni penyampaian agama
Islam kepada ummat manusia yangmencakup akidah, syariah dan akhlak.2
Bagi Muhammad al-Ghazali ilmu dakwah adalahprogram lengkap yang
mencakup berbagai pengetahuan yang dibutuhkan manusia
untukmengetahui tujuan hidup mereka dan mengungkap rambu-rambu
kehidupan orang-orangyang baik. Abû al-Fath al-Bayânûniyy
mendefinisikan ilmu dakwah berati sejumlahkaidah dan pokok-pokok
ajaran yang dapat menyampaikan islam kepada manusiamengajarkan dan
mempraktekkannya.3
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan
untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti,
menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau
pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "da'i"
sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "mad'u". Setiap Muslim
yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "da'i".
2
Sad „Ali Ibn Muhammad al-Qohthoniy, Fiqhu Al-Da„wah fi Shahîh Al-Imam Al-Buhkariy, (Maktaba Syamela)
3
Dengan kata lain dakwah adalah ilmu yang mempelajari metode,
cara, sertatujuan dakwah termasuk pilar-pilar dan sejarah serta media yang
dipakai dalam menyampaikan dan menyebarkan ajaran Islam guna
mewujudkan tatanan masyarakat Islam yang terbaik.
Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah.
Nabi Muhammad mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan
berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya,
keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa
pada saat itu.
Dakwah bil-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan
dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek
dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila:
disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau
khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis,
konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan
hadirin.
Metode ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang
banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang da'i / mubaligh pada
suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula berskifat profaganda,
kampanye, berpidato (rhetorika), ceramah khutbah, sambutan, mengajar
dan sebagainya. Metode ceramah ini digunakan bilamana: objek dakwah
atau sasaran dakwah berjumlah banyak, penceramah atau mubaligh adalah
khutbah jum'at dan hari raya, tidak ada metode yang lain yang dianggap
paling sesuai dipergunakan. Seperti dalam walimatul 'urusy, bukan
simulasi games, role playing, diskusi dan sebagainya.4
Dengan demikian kegiatan dakwah tidak hanya dapat dilaksanakan
dalam bentuk yang monoton. Melainkan dakwah dapat dinikmati oleh
masyarakat sebagai sebuah kebutuhan akan berbagai tuntunan dalam
menjalani kehidupan.
1. Definisi Ceramah (Mauidloh Hasanah)
Terminologi mauidloh hasanah dalam persfektif dakwah sangat
populer, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah
atau tablig) seperti maulid Nabi dan isra’ mi’raj, istilah mauidloh hasanah
mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan “acara yang di tunggu -tunggu” yang merupakan inti acara. Namun demikian supaya tidak
menjadi kesalah fahaman, maka akan dijelaskan pengertian mauidloh
hasanah.
Mauidlotul hasanah dapat diartikan secara bahasa sebagai
pengajaran yang baik, pesan-pesan yang baik, yang disampaikan berupa
nasehat, pendidikan dan tuntunan sejak kecil.5 Kata mauidloh berasal dari
kata wa’adha yang berarti nasehat. Nasehat atau mauidloh adalah uraian
yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan dan kejelekan.
Maka dalam Surat An-Nahl 125, kata mauidloh disifati dengan kata
al-Hasanah dan kata jadil disifati dengan kata ahsan sedangkan hikmah tidak
4
Asmuni syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas-Indonesia, 1983 5
disifati kata apapun karena maknanya sudah diketahui bahwa ia adalah hal
yang mengena kebaikan yang berdasarkan ilmu dan akal. Hal ini
membuktikan bahwa mauidloh ada dua macam baik dan buruk, sedangkan
jidal ada tiga macam yaitu buruk, baik, dan terbaik.6
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara
lain:
Menurut Moh Ali Aziz, Maidloh Hasanah adalah dakwah menggunakan
cara memilih ayat Al-Qur’an dan matan hadist yang sesuai dengan tema yang dibahas dan mudah diterima oleh mitra dakwah atau mad’u.
mauidloh hasanah lebih diartikan sebagai cara atau media dalam
menyampaikan pesan dakwah yaitu al-Hikmah (Al-Qur’an dan Hadist).
Sehingga antara al-Hikmah dan mauidloh hasanah dapat difahami secara
korelatif. Artinya al-Hikmah adalah isi dari pesan dakwah, sedangkan
mauidloh hasanah adalah media yang digunakan dalam menyampaikan
pesan dakwah tersebut.7
Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutip oleh
H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:al-mauidloh al-hasanah adalah
(perkatan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau
memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau
dengan al-Qur’an.8
6
M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 7, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 386 7
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 394 8
Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mauidloh al-hasanah merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah
dengan memberi nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik.9
Dari pernyataan di atas dapat difahami bahwa maidloh hasanah
adalah dakwah bil-Lisan. Dakwah dengan metode ini biasanya digunakan da’i dalam menyampaikan pesan yang banyak diwarnai oleh karaktristik
bicara seseorang da’i atau mubaligh pada waktu aktifitas dakwah. Dalam
buku lain, dakwah bil lisan diartikan sebagai tata cara pengutaraan dan
penyampaian dakwah dimana berdakwah lebih berorientasi pada
berceramah, pidato, tatap muka dan sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan juga bahwah
dakwah bl lisan adalah metode dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i
dengan menggunakan lisannya pada saat aktifitas dakwah melalui bicara
yang biasanya dilakukan dengan ceramah, pidato, khutbah, dan
lain-lain.dakwah ini lebih efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah jum’at atau khutbah hari raya, kajian yang
disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terpogram,
disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.10
Pada tahap awal kebudayaan manusia kegiatan membaca dan
menulis belum ada. Maka dari itu, dakwah dilakukan dengan metode
dakwah bil lisan. Mereka mengajak dan menjelaskan pada masyarakat
9
Abd Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah FI ingkar al-Mungkar, (Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989), hlm. 260
10
tentang prinsip-prinsip kebenaan. Lalu pada hal yang telah diajarkan
tersebut diamalkan dan disampaikan pula pada generasi berikutnya sebagai
tradisi hingga suatu ketika karena suatu hal tertentu, maka prinsip-prinsip
tersebut terlupakan sehingga tidak dilanjutkan.
Seiring perkembangan zaman, metode dakwah semakin banyak
dan semakin beragam apalagi disertai dengan munculnya alat-alat
elektronik. Namun hal tersebut tidak membuat dakwah bil lisan berhenti
karena setiap manusia pasti dikarunia lisan oleh Allah SWT.
2. Kelebihan Metode (Mauidloh Hasanah)
Mauidloh hasanah memiliki beberapa kelebihan: Pertama
ungkapannya lembut dan indah, sesuai dengan keadaan, karenannya
nasihat (mauidloh hasanah) harus menggunakan ungkapan yang
lembut dan kata-kata yang sesuai. Kedua kaya akan formatdan ragam,
hingga para dai dapat memilih format yang paling sesuai dengan
keadaan.
Ketika memiliki pengarh besar pada jiwa audien, ini nampak
pada hal berikut: Mauidloh lebih bisa diterima dan mendapat respon;
Menanamkan rasa cinta dan sayang di hati para audien; Melokalisir
kemunkaran dan mencegah penyebarannya, karena mereka merasa
malu, walaupun tidak merespon untuk meninggalkan kemunkaran,
namun minimal mereka tidak melakukannya secara terang-terangan
hingga kemunkaran tersebut terlokalisir. Sebagai contoh Nabi mengunakan metode ini pada A’raby yang kencing di Mesjid, dalam
masjid tiba-tiba datang A’raby lalu kencing, para sahabat lalu mengatakan “ Mah” (kalimat berarti menghardik) kata Rasul saw,
janganlah kalian menyalahkannya, biarkanlah, maka para sahabatpun
membiarkan hingga selesai kencingnya, lalu Rasul memanggilnya dan
berkata: Mesjid ini tidak pantas untuk kencing maupun kotoran, tapi
hanya cocok untuk berdzikir , shalat dan baca al-Qur’an, atau
sebagaimana Rasulullah Saw sampaikan. Anas melanjutkan ceritanya,
Rasul memanggil salah seorang dari kaum yang berkumpul itu untuk membersihkannya dengan air.”
Contoh lain sikap Rasul Saw saat perang Hunain. Saat
membagikan ghanimah, beliau melihat kaum Anshar menyimpan
sesuatu, lalau beliau berkhutbah: mengingatkan mereka akan nikmat Allah dan menasihati mereka dengan nasihat yang baik”.11
3. Efektifitas Dakwah dengan Ceramah
Kata efektifitas mempunyai beberapa arti. Dalam kamus besar
baha Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah
adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua
manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawa hasil atau hasil
guna.
Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau
pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat
11
dari suatu. Jadi efektifitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan
setelah melakukan sesuatu.12
Secara bahasa efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh
atau adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi “efektifitas”
berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan
setelah melakukan sesuatu).13 Sedangkan menurut ensiklopedi umum,
efektifitas menunjukkan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif
kalau usaha itu mencapai tujuannya secara ideal ke efektifitas adalah
pencapaian prestasi dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan
ukuran yang agak pasti.14
Menurut John. M. Echol dan Hasan Shadily dalam kamus
bahasa Inggris-Indonesia secara etimologi efektifitas berasal dari kata
efektif yang artinya berhasil guna.15
The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai
The Quality of being effectiv. In various sebse. Efectivity the quality or
state being effective and power to be effective.Secara sederhana dapat
diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai
12
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-7, Edisi ke-2, hlm. 250
13
Ibid, hlm. 250
14
A. B. Pridodgdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) cet k-8, hlm. 296
15
hal atau bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan
menggerakkan untuk bisa efektif.16
Dalam kamus umum bahasa indonesia, efektifitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.17
Menurut Dennis Mc Quail efektifitas secara teori komunikasi
berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahna atau
tindakan, sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan
terjadinya dalam segi hubungan atara keduanya, yakni pesan yang
diterima dan tindakan tersebut.18
Menurut T. A Latief Rousydy (1989: 91), komunikasi efektif
ialah komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feedback
yang positif. Yakni dakwah dengan ceramah secara efektif dapat
memberikan pengertian kepada audiens, sehingga ia mempunyai
pengertian yang sama dengan penceramah tentang pesan yang
disampaikan. Selanjutnya, penceramah berhasil merubah tingkah laku
audiensnya sesuai dengan rencana semula.
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian
yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala
16
Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978), Vol. III, hlm. 49
17
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT. Indah 1995), cet. Ke-1, hlm. 742 18
gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi
yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi
berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang
berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada
Al-Quran dan hadis (sunah Nabi). Dalam Al Qur’an dengan sangat
mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu
berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk
menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat
tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah
untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu
bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir
(persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para
ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian
banyak buku-buku tafsir.
4. Teknik Ceramah
a. Teknik Persiapan Ceramah
Dua persiapan pokok sebelum pelaksanaan ceramah adalah
persiapan mental untuk berdiri dan berbicara di muka umum dan
persiapan yang menyangkut isi ceramah.19
Suatu ceramah haruslah didahului dengan
persiapan-persiapan yang cukup. Penyusunan persiapan-persiapan ceramah ada
bebetapa jenisnya, antara lain:
1) Ceramah menggunakan Teks (Manuskrip).
19
2) Ceramah menggunakan Menghafal (Memoritet).
3) Ceramah menggunakan Terbaik (Ekstempore).
b. Teknik Penyampaian Ceramah
Dalam penyampaian ceramah diperlukan alat-alat bantu
seperti audio visual dan dapat pula dikembangkan dengan cara
penyajian yaitu, cara induktif adalah cara menjelaskan sesuatu
(Pesan Dakwah) melalui berfikir dari hal-hal yang bersifat khusus
ke arah hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan cara penyajian
deduktif adalah cara menjelaskan materi dakwah yang dimulai
dengan berfikir tentang hal-hal yang bersifat umum.20
Variasi adalah persyaratan berikutnya untuk cara berbicara
yang baik. Cara berbicara yang monoton sangat
membosankan.Variasi membuatnya menarik. Variasikan nada,
kecepatan, tekanan, volume dan cara.
Menurut Abdul Kadir Munsyi (1981: 25) mengemukakan
bahwa metode ceramah akan berhasil dengan baik, antara lain
prinsip-prinsip:Menguasai bahasa yang akan disampaikan
sebaik-baiknya dengan menghubungkan dengan situasi kehidupan
sehari-hari, menyesuaikan dengan kejiwaan, lingkungan sosial dan
budaya para pendengar, nada, kecepatan, tekanan, volume, sikap,
mengadakan variasi dengan dialog dan tanya jawab serta sedikit
humor.
20
Dalam hal pengaturan waktu, seorang pembicara harus
memperhatikan waktu (perkiraan) dan dapat membagi waktu yang
tersedia seluruhnya, waktu yang di gunakan untuk hal-hal resmi
dan formalitas, maupun waktu yang di gunakan untuk tanya-jawab.
c. Teknik Penutupan Ceramah
Pembukaan dan penutupan ceramah adalah bagian yang
sangat menentukan. Teknik penutupan,21 antara lain:
Mengemukakan ikhtisar ceramah, menyatakan kembali gagasan
dengan kalimat yang singkat dan bahasa yang berbeda,
memberikan dorongan untuk bertindak, mengakhiri klimaks,
menyatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau
ucapan-ucapan para ahli, menceritakan contoh, seperti ilustrasi dari pook
inti materi yang di sampaikan, menjelaskan maksud sebenarnya
pribadi pembicara, dan membuat pernyataan-pernyataan yang
bersejarah.
Di samping ceramah yang bersifat umum, ada juga ceramah yang bersifat khusus dan baku yaitu, Khutbah Jum’at dan Khutbah
Hari Raya. Bersifat baku artinya sudah ada ketentuan-ketentuan
agama yang mengatur mulai dari pembukaan, penyampaian dan
penutupannya.22
21
M. Hanafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) 22
Dalam ceramah juga bisa menggunakan teknik infiltrasi
atau sisipan, yaitu penyampaian ajaran Islam pada saat atau
kegiatan yang tidak secara khusus sebagai diterapkan pada
kalangan tertentu yang acuh terhadap agama bila di sebut secara
terang-terangan.
A. Intonasi Ceramah
Intonasi merupakan salah satu latihan dasar yang penting bagi
seorang penyanyi karena tanpa pembenahan intonasi (ketepatan bunyi tiap
nada), suara yang dihasilkan menjadi sumbang dan tidak merdu.
Istilahintonasi mempunyai pengertian yang berbeda apabila diterapkan
dalam bahasa atau seni vokal. Namun, sebenarnya saling mendukung dan
memperkaya khazanah penguasaan teknik bagi seorang penyanyi, musisi,
dan komponis. Banyak suku kata yang memiliki teknik pengucapan
tersendiri.
Perbedaan pengucapan terletak pada tekanan atau jumlah suku
kata. Intonasi mengandung arti ketepatan suatu nada (pitch). Bunyi nada
yang tepat akan menghasilkan suara jernih, nyaring, dan enak didengar.
Untuk mendapatkan intonasi yang baik, coba nyanyikan nada-nada berikut
secara berulang. Berbeda dengan nada, intonasi dalam bahasa indonesia
sangat berperan dalam perbedaan maksud kalimat.23 Intonasi suara juga
merupakan kemampuan manusia mengatur nada suara naik dan turun.24
Intonasi ceramah kita dapat membantu efektivitas ceramah kita.
23
Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Hlm, 115 24
Bila hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain
itu mengerjakan sesuatu yang positif dan konstruktif, atau bila kita hendak
menjawab keluhan dan kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akkan
sikapnya atau pendapatnya yang salah, maka keberhasilan dalam hal ini
banyak dipengaruhi oleh diksi dan intonasi kita.25
Intonasi ceramah kita tentu perlu kita perhatikan agar ceramah kita
mempunyai daya persuasif (persuasive), yaitu dengan mempengaruhi jiwa
seseorang sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima
dan melakukan suatu tindakan ceramah termasuk jenis yang disebut
terakhir.26
Davit Pranata mengatakan didalam bukunya Speak With Power
bahwa, pentingnya intonasi dalam sebuah presentasi. Ada sebuah
penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara berkontribusi sebesar
37% dari pesan yang ingin kita sampaikan, sedangkan isi pesan tersebut
hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah bahasa tubuh). Maksudnya jika
ada ketidaksinkronan dari intonasi suara dan isi perkataaan anda, maka
yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah komponen yang
persentasenya lebih besar.27
Menurut Rudolph F. Verderber dan Kathleen S. Verderber
(2004:270) untuk kesuksesan persuasi, penceramah harus memiliki keterampilan untuk menjadikan mad’u terangsang rasionya untuk berpikir
25
Widyamataya, Kreatif Berwicara, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 41 26
Moh Ali Aziz, ,Ilmu Pidato, (Surabaya, 2015), hlm. 24 27
tentang masalah yang sedang dibicarakan. Akan tetapi, dengan rasio saja
tidak akan cukup. Maka salah satu teori persuasi adalah The Elaboration
Likelihood Model (ELD) yaitu upaya menjadikan mad’u benar-benar
terlibat dalam topik yang sedang dibicarakan. Semakin paham atau mengerti mad’u terlibat dalam ceramah, maka semakin mudah mereka
menerima persuasi.
Pidato persuasi memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,
sebab persuasi mendasarkan usahanya pada segi-segi psikologis dan yang
ingin diraih adalah kesadaran seseorang untuk melakukan sesuatu. Oleh
karena itu ceramah persuasi harus dilakukan oleh orang-orang yang
memang memiliki pengetahuan dan keahlian. Lebih-lebih jika kita aneka
ragam karakter manusia yang menjadi sasaran pidato, ada yang mudah
dipengaruhi dan ada yang sukar dipengaruhi.
Kemampuan persuasif kita akan menentukan sekali efektifitas
komunikasi. Menurut T. A Lathief Rousydy (1989: 91), komunikasi
efektif ialah komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feedback
yang positif. Komunikasi berhasil secara efektif memberikan pengertian
kepada komunikasi, sehingga ia mempunyai pengertian yang sama dengan
penceramah tentang pesan yang disampaikan.28
Umumnya, audience senang dan tertarik mendengarkan ceramah
atau pidato dari seorang pembicara yang memiliki suara yang enak
didengar (bagus). Sebaliknya, suara yang sumbang dan tidak serasi
nadanya dengan isi pembicaraan akan membuat pendengar menjadi bosan,
28
lesu dan mengantuk. Karena itu masalah suara harus benar-benar menjadi
perhatian seorang penceramah dan karena di sini peneliti akan membatasi
penelitiannya juga.
Undersh dan Staats dalam bukunya: “Speech for Everyday Use,
Rinehart and Company, New York 1951” menyebut ada 4 variabel yang
perlu diperhatikan mengenai suara, yaitu: Pitch, Quality, Loudness, dan
Rate and Rhythm.29 Dan pada buku Widyamataya juga mengatakan bahwa
intonasi ceramah meliputi cepat lambatnya (Rate and Rhythm ) ceramah,
tinggi rendahnya (Pitch) suara, keras lembutnya (Loudness) suara dan
alunan (Quality)ceramah.30
1. Pitch
Dalam pengertian musik, pitch disebut dengan tangga nada.
Biasanya ada suara pembicara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Seharusnya suara yang dikeluarkan bervariasi (rendah, sedang dan
tinggi), sesuai dengan penghayatan terhadap materi pembicaraan.
Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila
suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang
tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau
diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai
juga dengan nada rendah. Nada ini dalam bahasa-bahasa tertentu bisa
bersifat fonemis maupun morfemis, tetapi dalam bahasa-bahasa lain,
mungkin tidak.
29
Gentasri Anwar, Retorika Praktis Teknik dan Seni berpidato, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 87
30
Dalam bahasa tonal, pitch biasanya dikenal adanya lima macam nada,
yaitu:
a) Nada naik atau tinggi yang biasanya diberi tanda garis ke atas /
.∕
/b) Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar /
−
/c) Nada turun atau merendah, biasanya diberi tanda garis menurun /
\
/d) Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi, biasanya
diberi tanda sebagai / /
e) Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah, biasanya
ditandai dengan / /
Nada yang menyertai bunyi segmental didalam kalimat disebut
intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya empat macam nada,
yaitu:
1) Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4.
2) Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3.
3) Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2.
4) Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1.31
Berikut ini adalah beberapa definisi pitch yang penulis
kumpulkan secara maksimal dari sebanyak mungkin literatur.
a. Jalaluddin Rakhmat (2012: 82), mengatakan Pitch adalah “jumlah
gelombang yang dihasilkan sumber energi”.
31
b. Gentasri Anwar (1995: 87), Pitchadalah “dalam pengertian musik,
pitch disebut dengan tangga nada”.
c. Charles Bonar Sirait (2010: 112), Pitch adalah “tinggi nada
dikendalikan dari ketebalan atau kekentalan pita suara dan seberapa cepat kemampuan vibrasi/ getaran dilakukan”.
d. Ahmad HP (2012: 34), Pitch adalah “nada berkenaan dengan tinggi
rendahnya suatu bunyi”.
e. Amran Halim (1963:38), Pitch adalah “tinggi nada merupakan
korelat auditoris kekerapan fundamental getaran pita suara, yang dapat ditandai dengan “siklus per detik” atau Hertz(Hz)”.
f. ...(2004: 57), Pitch adalah “ yang tidak mutlak menjadi
bagian dari lagu intonasi”.
g. Robert Ladd (2008: 6) Pitch adalah “just given have two
orthogonal and independently variable aspects, we might refer”.
h. ... (1982:30), Pitch adalah “getaran udara, dan makin tinggi
frekwensi getaran itu (lazimnya dihitung per detik), makin tinggi
nada bunyi.
i. Masnur Muslich (2013: 61), Pitch adalah “ketegangan pita suara,
arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan”.
j. Dale Carenegie (154), Pitch adalah “nada suara dari tinggi ke
rendah”.
l. Steven A Beebe (1991: 237), Pitchadalah “ how higt or low your
voice sounds”.
m. Ronald Wardhaugh (1972: 19), Pitch adalah “how hight or low the
voice”.
n. Paul E Nelso ( 2007: 150), Pitch adalah “the highness or lowness
of a speaker’s voice, its upword and downward inflection, the
melody produced by the voice”.
2. Quality
Quality ialah mutu, watak, sifat atau tabiat dari suara. Dalam
dunia musik biasanya disebut Timbre. Dalam berbicara, timbre suara
ini, ikut menentukan enak tidaknya suara kita didengar andience.
Timbre suara harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan
termasuk faktor lain yang berkaitan dengan pengucapan kalimat dan
kata-kata. Beberapa definisi Quality yang penulis kumpulkan secara
maksimal dari sebanyak mungkin literatur
a. Davit Pranata (2015), Quality adalah “menunjukkan apa yang ada
di emosi anda dan mengekspresikan apa yang anda rasakan
melalui intonasi suara anda”.
b. Gentasari Anwar (1995: 89), Quality adalah “mutu, watak, sifat atau tabiat dari suara”.
c. Jalaluddin Rahmat (2012: 82), Qualityadalah “karakteristik vocal
d. Charles Bonar Sirait (2010: 114), Quality adalah “kualitas suara
yang menunjukkan perasaan, simpatik, ekspresi dari hati seorang pembicara”.
e. Soenjono Dardjowidjojo (1985: 89), Qualityadalah “warna emosi
dan warna perasaan yang alami pada waktu ia hendak bertutur”.
3. Loudness
Loudness menyangkut keras atau tidaknya suara.Dalam
berceramah, ini perlu menjadi perhatian. Kita harus mampu mengatur
atau lunaknya suara yang kita keluarkan, dan ini tergantung pada
situasi dan kondisi yang kita hadapi.Beberapa definisi Loudness yang
penulis kumpulkan secara maksimal dari sebanyak mungkin literatur
a. Davit Pranata (2015), Loudness adalah “merupakan seberapa cepat
anda berbicara”.
b. Gentasri Anwar (1995: 90), Loudness adalah “menyangkut keras
tidaknya suara”.
c. Jalaluddin Rahmat (2012: 82), Loudnessadalah “tingkat kekerasan
bunyi”.
d. Robert Ladd (2008: 5), Loudness adalah “psychophysical;
„intensity’ is physical”.
e. Amran Halim (1984: 50), Loudness adalah “kelantangan suatu
bunyi bahasa yang berhubungan dengan kelantangan bunyi”.
Pengaturan volume public speaking kita harus sesuaikan
secara alami kita bisa mengatur volume. Berbicara berdua,
berbisik, dan di depan orang banyak tentu membutuhkan volume
yang berbeda.
Saat berbicara di depan sekelompok orang atau di sebuah
rapat, sangat penting untuk tidak pernah megarahkan pembicaraan
kepada orang tedekat atau barisan paling depan. Atur volume
dengan baik agar semua orang bisa mendengarkan dengan baik.
Salah satu “pedoman”nya adalah “berbicaralah kepada orang paling belakang”. Maksudnya, berbicara dengan volume
yang sekiranya bisa didengarkan semua hadirin.
4. Rate dan Rhythm
Beberapa definisi rate dan rhythm yang penulis kumpulkan
secara maksimal dari sebanyak mungkin literatur:
a. Menurut Allen Winold di dalam bukunya yang berjudul
Introduction to MUSIC THEORY mengatakan bahwah rate adalah
kecepatan beat didalam musik.
b. Davit Pranata (2015), Rate dan Rhythm adalah “merupakan
seberapa cepat anda berbicara, ada saatnya anda berbicara dengan
tempo, tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo
lambat”.
c. Gentasri Anwar (1995: 91), Rate dan Rhythmadalah “cepat, lambat
d. Jalaluddin Rahmat (2012: 83), Rate dan Rhythmadalah “kecepatan
bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan dalam satu menit.”.
e. Charles Bonar Sirait (2010: 113), Rate dan Rhythm adalah “cepat
atau lambatnya bicara ditentukan dari seberapa cepat atau seberapa
lambat seorang presenteringin menyelesaikan sebuah kalimat”.
f. Amran Halim (1984: 43), Rate dan Rhythmadalah “panjang waktu
yang siperlukan untuk mengujarkan sebuah bunyi bahasa”.
g. Steven A Beebe (1991:251), Rate dan Rhythm adalah “how fast do
you talk? Most speakers average between 120 and 180 words per
menute”.
h. Paul E Nelso ( 2007:148), Rate dan Rhythm adalah “the speed of
delivery and refers to the tempo of a speech”.
Pemaparan banyak definisi rate dan rhythm diatas dimaksud
untuk membandingkan, memetakan, dan menelusuri perkembangan
definisi rate dan rhythm . umumnya para ahli membuat definisi rate
dan rhythm berkat dari pengertia banyak rate dan rhythm yang di
ungkap sebelum-sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwah kebanyakan
para ahli mendefinisikan rate dan rhythm : Yaitu cepat, lambat dan
irama suara. Biasanya cepat atau lambatnya suara berhubungan erat
dengan rhythm dan irama. Dan juga ada saatnya anda berbicara dengan
tempo, tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo lambat
(misal ketika anda sedang menyampaikan poin penting).
Dalam buku kreatif berwicara (1996: 41) menyatakan , jika kita
hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain itu
mengerjakan sesuatu yang positif dan konstruktif, atau bila kita hendak
menjawab keluhan dan kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akan
sikapnya atau pendapatnya yang keliru, maka keberhasilan dalam hal ini
banyak dipengaruhi oleh diksi dan intonasi. 32
Demikian pentingnya intonasi dalam sebuah presentasi. Ada
sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara berkontribusi
sebesar 37% dari pesan yang ingin kita sampaikan, sedangkan isi pesan
tersebut hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah bahasa tubuh). Apa
maksud dari penelitian ini? Artinya adalah jika ada ketidak sinkronan dari
intonasi suara dan isi perkataaan anda, maka yang dipercaya oleh si
penerima pesan adalah komponen yang persentasenya lebih besar (dalam
hal ini intonasi).
Jadi sangatlah penting untuk menyelaraskan intonasi suara dengan
pesan yang hendak kita sampaikan supaya audiens juga tidak sampai
mensalah artikan pesan yang hendak kita sampaikan.
Selain itu penggunaan intonasi yang cenderung monoton juga akan
berpotensi untuk membosankan audiens. Ketika anda berbicara dengan
nada datar dari awal sampai akhir, mungkin di tengah-tengah presentasi
audiens sudah pulas tertidur. Ketika anda berbicara dengan nada tinggi
dan cepat sepanjang presentasi, saya yakin sampai beberapa menit audiens
32
juga sudah menyerah karena tidak mampu lagi mengikuti apa yang anda
sampaikan.
Intonasi suara yang efektif untuk presentasi. Kunci dari
penggunakan intonasi efektif dalam presentasi adalah
menciptakan kontras. Dengan menciptakan kontras pada
komponen-komponen suara yang ada di atas. Berikut saya berikan contoh-contohnya:
Kontras dalam speech rate, ada saatnya anda berbicara dengan tempo,
tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo lambat (misal ketika
anda sedang menyampaikan poin penting).
Kontras dalam quality, anda mengekspresikan apa yang anda
rasakan melalui intonasi suara anda. Misal dalam cerita yang anda
sampaikan anda sedang prihatin, maka perlihatkan itu juga dalam intonasi
anda. Ketika anda sedang gembira, perlihatkanlah juga melalui intonasi
anda.
Yang terakhir tentang bagaimana anda harus bersuara adalah
antusias terhadap apa yang anda sampaikan. Antusiasme itu menular, jika
anda tidak merasa antusias bahwa yang anda sampaikan itu penting, ketika
anda menyampaikannya hanya karena sekedar anda diminta, memenuhi
kewajiban atau hanya berharap waktu presentasi anda segera usai, maka
audiens juga akan mampu merasakannya.
Akan tetapi ketika anda antusias, percaya bahwa apa yang anda
sampaikan ini benar-benar penting dan bermanfaat untuk audiens. Maka
anda.Jika anda juga memiliki pertanyaan seputar presentasi atau public
speaking, silahkan juga menuliskannya pada kolom komentar yang ada di
bawah ini. Nanti akan bisa kita bahas bersama-sama sehingga lebih
banyak orang yang mendapat manfaat dari pertanyaan anda.
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Gaya retorika dakwah merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh muballigh dalam menyampaikan pesan kepada mad’u dengan kata
lain, gaya retorika dakwah merupakan ciri khas seorang penceramah
ketika menyampaikan isi pesan dakwah kepada para pendengar atau
andience baik berupa ucapan maupun segala perbuatannya.
1. Multahada, 1995, Studi tentang pengaruh retorika (khutbah) terhadap
pengembangan bakat kreatifitas siswa di Madrasah Aliyah Islamiyah
Tanggulangin Sidoarjo.
Penelitian ini meneliti tentang pendidikan ekstra kulikuler di
Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo, yang berusaha untuk
mengembangkan bakat dan kreativitas siswia-siswinya dengan berbagai
macam kegiatan, salah satunya adalah retorika, yaitu latihan pidato atau
kecakapan berbicara didepan umum.
Pada penelitian tersebut lebih mengedepankan unsur
pendidikannya dari pada unsur dakwahnya karena penelitiannya dari
Fakultas Tarbiyah. Untuk itu pada penelitian kali ini akan ditekankan pada
2. Hadi Nurwiyanto, 2003, Kajian Gaya Retorika Da’i di Kecamatan
Wonoayu Sidoarjo.
Penelitian ini menelitian tentang gaya-gaya retorika da’i di
Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, yang meliputi beraneka ragam gaya,
karena obyek penelitian tidak hanya terdiri dari seorang da’i melainkan tiga orang da’i.
Dalam penelitian sebelumnya memang mebahas masalah gaya
retorika dakwah yang disampaikan. Walaupun mengandung kategori gaya
retorika dakwah namun cara penyampaian dari para mubaligh tersebut
berbeda dalam gaya retorika berdakwahnya dan juga gaya irama suaranya
yang terletak pada intonasi dakwahnya.
3. Muhammad Fathurahman Hakim, 2016, Intonasi Ceramah KH Achmad
Sholeh Sahal.
Penelitian ini meneliti tentang intonasi ceramah KH Achmad
Sholeh Sahal, yang meliputi pitch (tinggi rendahnya suara), pause (jeda
suara), rate (kecepatan suara), dan volume suara.
Dalam penelitian tersebut memang membahas masalah intonasi
ceramah yang disapakan. Walaupun mengandung unsur intonasi dakwah
namun hanya focus dalam tinggi rendah, jeda, kecepatan, dan volume pada
KH Achmad Sholeh Sahal. Untuk penelitian kali ini akan mengedepankan
tinggi rendah nada, mutu nada, kerasnya nada, dan cepat lambatnya nada.
Namun karena Soal suara sangat essensial dalam suatu
pembicaraan dan dari sekian banyak skripsi yang ada di perpustakaan UIN
skripsi intonasi ceramah KH Achmad Choirul Muchlis perbedaan
muballigh dan juga gaya irama suara yang terletak pada intonasi ceramah
beliau. pada penelitian tersebut adalah seorang muballigh yang beredar di
media elektronik (televisi) yang sudah pasti mendapatkan pendidikan
tentang mengatur intonasi yang bagus, sehingga wajar banyak jama’ah
yang hadir dikarenakan pengetahuan serta ketenarannya dan juga gaya
irama suara pada intonasi ceramah.
Meskipun KH Achmad Choirul Muchlisadalah seorang muballigh
biasa yang tidak beredar di media manapun. Namun,dalam penerapan
intonasi ceramah KH. Achmad Choirul Muchlis tidak sebagus dengan
muballigh yang ada di media. Beliau tidak kalah banyak jamaahnya
walaupun beliau tidak tampil dimedia. oleh karena itu penulis akan
meneliti 4 variabel suara pada penelitian ini dan akan dibicarakan secara
khusus dan mendetail.
Dalam hal ini, alat yang digunakan dalam intonasi dakwah beliau
bisa dikatakan cukup baik. Untuk itu sebagai sumber utama penulis ingin
mengetahui langsung kepada beliau itu dengan cara mewawancarainya dan
orang terdekat dan jama’ah-jama’ah di rumahnya, ini sebagai langkah
awal yang penulis prioritaskan dalam penelitian ini.
Menarik bagi penulis untuk mengangkat menjadi suatu karya ilmiah.
Selain itu yang penulis menganggap semua latar belakang objek yang diteliti
maupun peneliti yakni sebagai peminat dakwah. Itulah hal yang menarik
kemudian menginspirasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul
sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi
Judul Skripsi Persamaan Perbedaan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Ilmu pengetahuan berasal dari kekaguman manusia akan alam yang
dihadapinya, untuk mengungkapkan fenomena alam dan sosial yang ada,
maka bisa menggunakan berbagi jenis metode penelitian. Sebab penelitian
merupakan upaya penyidikan yang sangat hati-hati dan kritis dalam mencari
fakta yang sebenarnya. Dengan kata lain penelitian merupakan sebuah
pelajaran yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang
benar dan akurat.
Dengan demikian, maka dalam penelitian ini digunakan suatu metode
kualitatif pada judul “Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis”.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan untuk
memahami makna maupun proses dari subjek penelitian. Karena itu, untuk
memperoleh data yang akurat, peneliti akan terjun langsung ke lapangan dan
memposisikan dirinya sebagai instrumen penelitian yang menjadi salah satu
ciri penelitian kualitatif.1
Sedangkan dalam bukunya Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif
menekankan pada cara berfikir yang lebih mendalam yang bertitik tolak pada
1
fenomena sosial atau paradigma sosial. Dan jenis penelitian ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman bersama serta
terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2
Metode deskriptif menurut Suharsimi Arikunto, merupakan penelitian
yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang ada menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan. Penelitian ini hanyalah memaparkan situasi dan
peristiwa yang terjadi, tidak mencari atau menyelesaikan hubungan tidak
hipotesis atau membuat prediksi.3
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis metode penelitian
deskriptif kualitatif. Karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
bersifat fleksibel, dapat menjelaskan sekaligus menganalisa obyek tertentu
yang akan diteliti. Dengan sifat penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan
secara analitik suatu obyek penelitian secara menyeluruh, maka penelitian
akan lebih memuaskan.
Sebagaimana dikatakan oleh Burhan Bungin dalam bukunya “Metode
Penelitian Kulitatif” bahwa penelitian kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu
rinci, tidak lazim mendefisinikan suatu konsep, serta memberikan
kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta lebih
mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.4
2
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 5 3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rhineka Cipta, 1998), hlm. 309 4