• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTONASI CERAMAH KH ACHMAD CHOIRUL MUCHLIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTONASI CERAMAH KH ACHMAD CHOIRUL MUCHLIS."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

INTONASI CERAMAH KH ACHMAD CHOIRUL MUCHLIS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Nafisatul Maulidah NIM. B01212024

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nafisatul Maulidha

NIM : B01212024

Fakultas/Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam E-mail address : The_best0123@yahoo.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Sekripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………) yang berjudul :

INTONASI CERAMAH KH ACHMAD CHOIRUL MUCHLIS

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltextuntuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 19 Agustus 2016

Penulis

(Nafisatul Maulidah) KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(6)

ABSTRAK

Nafisatul Maulidah, 2016: Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis Kata Kunci: Intonasi Ceramah

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana intonasi ceramah KH AChmad Choirul Muchlis dapat di ambil rincian masalah sebagai berikut: bagaimana pitch suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, bagaimana quality suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, bagaimana loudness suara pada ceramah Achmad Choirul KH Muchlis, bagaimana rate dan rhythm suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Dalam menganalisa hasil wawancara yang dilakukan dengan KH Achmad Choirul Muchlis, dan beberapan informasi termasuk juga putrinya. Sesuai dengan masalah tersebut, data yang digunakan dari beberapa hasil wawancara, kemudian ditranskip dan selanjutnya dianalisis dan data yang diambil dari pengamatan penelitian selama mengikuti kegiatan ceramah.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pitch (tinggi rendahnya nada) yang digunakan dalam ceramahnya pada nada tingkat 3, yaitu lebih banyak memakai kata yang menegaskan, jadi kesimpulannya ada pada nada tingkat 3 yaitu suara tinggi. Sedangkan dalam penggunaan quality (mutu nada) dalam ceramah yakni nada bagus karena mutu yang paling banyak digunakan nada dengan mutu suara yang bagus, jadi mutu yang sering digunakan pada nada bagus. Sedangkan loudness (kerasnya suara) yang digunakan dalam ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, yakni nada keras karena kebanyakan dalam ceramahnya menggunakan nada keras, walaupun hanya beberapa saja yang menggunaan nada lembut. Sedangkan dalam penggunaan rate dan rhythm (cepat dan lambatnya nada) dalam ceramah KH Achmad Choirul Muchlis, yakni menggunakan nada cepat karena kebanyakan dalam ceramahnya menggunakan nada cepat.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUANPEMBIMBING SKRIPSI... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

A. Rumusan Masalah ... 5

B. Tujuan Masalah ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 6

D. Konseptualisasi ... 6

E. Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Dakwah dengan Metode Ceramah ... 12

(8)

2. Kelebihan Metode (Mauidloh Hasanah) ... 20

3. Efektifitas Dakwah dengan Ceramah ... 21

4. Teknik Ceramah ... 24

B. Intonasi Ceramah ... 27

1. Pitch... 30

2. Quality ... 33

3. Loudness ... 34

4. Rate dan Rhythm ... 36

C. Urgensi Intonasi dalam Ceramah ... 37

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 44

B. Subyek atau Sarana Penelitian ... 46

C. Tahap-Tahap Penelitian ... 47

D. Jenis dan Sumber Data ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Informan ... 59

H. Teknik Keabsahan Data ... 59

BAB IV

(9)

A. Penyajian Data ... 62

1. Biografi KH Achmad Choirul Muchlis ... 62

2. Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis ... 69

B. Analisis Data ... 90

C. Interprestasi Teoritik ... 97

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh

manusia hingga akhir zaman.1 Agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar

manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab,

berkualitas, dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah

peradaban yang maju, sebuah kehidupan yang manusiawi dalam artian

kehidupan yang adil. Agar dapat mencapai yang diinginkan tersebut perlu

adanya dakwah. Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah umat

manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang

kebenarannya dan menyeruh kepada manusia agar menjadi

penganutnya.

Kewajiban berdakwah telah di jelaskan dalam firman Allah:

كَبر َ إ سحأ يه يتَلاب م ل اج ةنسحلا ة لا ة كحلاب كبر ليبس ىلإ ا ب مل أ ه

َلض

مل أ ه هليبس يدت لاب

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

1

(11)

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”(QS. An-Nahl [16]: 125).2

Dakwah merupakan denyut nadi Islam. Islam dapat hidup karena

dakwah dan dakwah juga merupakan aktifitas yang sangat penting dalam

Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan di terima oleh manusia.

Oleh karena itu kehidupan manusia di tentukan oleh keyakinannya,

sedangkan keyakinan itu di tentukan oleh pengetahuaannya. Dakwah

berfungsi menata sebuah kehidupan yang agamis untuk menuju

terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran agama Islam

di siarkan melalui dakwah yang dapat menyelamatkan manusia dan

masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada

kehancuran. Urgensi dakwah Islam terletak pada kebenaran ajaran Islam.3

Metode dakwah merupakan cara mencapai tujuan dakwah, metode

dakwah dibagi menjadi beberapa macam, salah satunya adalah dakwah bil

lisan. Dakwah bil lisan adalah suatu teknik atau metode dakwah yang

banyak diwarnai oleh karakteristik intonasi ceramah seorang da’i pada

waktu aktifitas dakwah.

Dakwah bil lisan bisa dilakukan oleh setiap kaum muslim yang

memiliki pengetahuan lebih di bidang keagamaan. Setiap pendakwah

memiliki ciri khas masing-masing. Mulai dari cara penekanan di setiap

kalimat-kalimat yang menurutnya penting, intonasi suara yang di gunakan

saat menyampaikan materi dakwahnya, serta pengaturan suara yang

2

Departemen Agama RI.Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Bandung: Diponegoro, 2007), hlm. 281 3

(12)

berbeda setiap pendakwah. Intonasi atau gejala prosodi yang mempunyai

hubungan yang erat dengan struktur kalimat dan dengan interelaksi

kalimat dalam sebuah wacanan.

Intonasi juga adalah lagu kalimat. Di dalam intonasi tercakup nada,

tempo cepat lambatnya pembacaan, tekanan (pada bagian yang dianggap

penting), jeda (penghentian sesaat), dan volume (keras tidaknya ucapan).

Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara

berkontribusi sebesar 37% dari pesan yang ingin kita sampaikan,

sedangkan isi pesan tersebut hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah

bahasa tubuh). jika ada ketidak sinkronan dari intonasi suara dan isi

perkataaan anda, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah

komponen yang persentasenya lebih besar (dalam hal ini intonasi).4

Intonasi merupaka faktor penting dalam menyampaikan materi dakwah bagi seorang da’i. Jika ada ketidak sinkronan dari intonasi suara

dan isi ceramah para da’i, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan

adalah komponen yang persentasenya lebih besar (dalam hal ini intonasi).

Jadi sangatlah penting untuk menyelaraskan intonasi suara dengan pesan

yang hendak kita sampaikan supaya audiens juga tidak sampai

mensalahartikan pesan yang hendak kita sampaikan. Apabila di dalam penyampaian dakwah, seorang da’i tidak memberikan warna dan

penyajian, maka isi pidato yang di sampaikan akan menjadi kurang

menarik dan bahkan tidak menarik sama sekali. Oleh karena memberikan

warna penekanan di setiap kalimat-kalimat yang penting sesuai dengan

4

(13)

apa yang akan di sampaikan dan efek yang diharapkan, dijiwai dengan kehidupan, dan kwalitas pribadi seorang da’i yang bisa memberikan daya

tarik bagi audiens.

Dari sekian banyak para da’i yang mampu membuat mad’u

terkesan akan suaranya yang khas saat menyampaikan materi dakwahnya,

salah satunya adalah KH Achmad Choirul Muchlis. dakwah beliau selalu

diselingi dengan banyak variasi nada suara dari setiap materi dakwah yang

beliau sampaikan. Beliau adalah sosok alim ulama’ yang cukup sukses

dalam menyampaikan dakwahnya kepada jama’ah. Dengan sistem

penyampaian dakwahnya, yang selalu di selingi dengan banyak variasi

intonasi suara. Sehingga beliau dapat memberikan pemahaman kepada mad’u. Seorang figur yang selalu dapat di jadikan contoh oleh jama’ahnya

dalam hal intonasi, beliau berbicara dengan nada yang bervariasi namun

mudah di pahami.

Berdasarkan pertimbangan di atas dan alasan yang telah di uraikan,

oleh sebab itulah peneliti tertarik untuk membahas intonasi ceramah yang

di gunakan KH Achmad Choirul Muchlis, karena jam terbang dalam

dakwahnya beliau sudah puluhan tahun. Maka dengan demikian peneliti

mengambil judul Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka fokus

peneliti adalah bagaimana intonasi ceramah KH Achmad Choirul Muchlis

(14)

1. Bagaimana pitch suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis?

2. Bagaimana quality suara pada ceramah KH Achmad Choirul Muchlis?

3. Bagaimana loudness suara pada ceramah KH Achmad Choirul

Muchlis?

4. Bagaimana rate dan rhythm suara pada ceramah KH Achmad Choirul

Muchlis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan , maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pitch suara pada ceramah KH Achmad

Choirul Muchlis.

2. Untuk mengetahui quality suara pada ceramah KH Achmad

Choirul Muchlis.

3. Untuk mengetahui loudness suara pada ceramah KH Achmad

Choirul Muchlis.

4. Untuk mengetahui rate dan rhythm suara pada ceramah KH

Achmad Choirul Muchlis.

D. Manfaat Penelitian 1. Teoretis:

Pada penelitian ini secara teoritis diinginkan agar penelitian ini

bermanfaat bagi seluruh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya pada

umumnya dan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan

Komunikasi Progam Studi KPI (Komunikasi Penyiaran Islam), yang

(15)

deskriptif terhadap Intonasi ceramah seorang da’i dalam hal Intonasi

ceramahnya.

2. Praktis:

Segi praktisnya, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat

menjadi pijakan bagi pelaksana dakwah dalam hal intonasi

ceramahnya.

E. Konseptualisasi 1. Dakwah

Di dalam al-Qur’an terdapat perintah yang menyuruh kaum

muslimin agar mendakwahi manusia berjihad di jalan Allah. Dalam ayat

lain yang terdapat perintah agar sekelompok kaum muslimin bekerja

mendakwahi manusia untuk mau berbuat kebajikan, melakukan amar ma’ruf nahi munkar berupa “kontrol sosial” dalam ayat lain lagi ada

suruhan kepada Rasul Saw supaya menyampaikan (menginformasikan)

wahyu yang di turunkan kepada beliau. Diterangkan pula kepada manusia

bahwa mereka tidak akan dikenakan azab sebelum dakwah sampai kepada

mereka.

Melalui al-Qur’an surat an-Nahl ayat 125 Allah berfirman yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan engkau..” perintah dalam

ayat tersebut dimaksudkan kepada Rasul SAW juga untuk umatnya. Sabili

Rabbika dalam ayat itu adalah sabilillah “jalan Allah”. Sabilillah sama

dengan dakwah Islamiah (seruan Islam), dan identik dengan semua ajaran

yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW sedangkan

(16)

munkar, Allah berfirman melalui surat Ali Imran ayat 104 yang artinya: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru

kepada kebajikan, menyeruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari

yang mungkar..”(Yusran (e.), 2009:64).5

Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Moh Ali Aziz M.Ag dakwah

sebagai kegiatan cenderung mengarah pada pelaksanaannya. Dakwah

sebagai proses lebih mementingkan hasil maksimal atau hasil akhir. Dalam

prosesnya, kegiatan dakwah tidak berhenti hingga tujuan dakwah telah

tercapai.

Secara singkat, dakwah adalah kegiatan peningkatan iman menurut syari’at Islam.6

2. Intonasi Ceramah

Intonasi adalah lagu kalimat. Di dalam intonasi tercakup nada,

tempo, (cepat lambatnya pembacaan, tekanan) jeda penghentian sesaat)

dan volume (keras tidaknya ucapan). Intonasi yang baik akan

menghindarkan pembacaan teks pidato dari kemonotonan sehingga tida

menjenuhkan.

Intonasi merupakan salah satu latihan dasar yang penting bagi

seorang penyanyi karena tanpa pembenahan intonasi (ketepatan bunyi tiap

nada), suara yang dihasilkan menjadi sumbang dan tidak merdu. Istilah

5

Kustadi Suhandang, Ilmu Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 10 6

(17)

intonasi mempunyai pengertian yang berbeda apabila diterapkan dalam

bahasa atau seni vokal.

Undersh dan Staats dalam bukunya: “Speech for Everyday Use, Rinehart and Company, New York 1951” menyebut ada 4 variabel yang

perlu diperhatikan mengenai suara, yaitu: Pitch, Quality, Loudness, dan

Rate and Rhythm.7

Menurut Charles Bonar Sirat, “Intonasi adalah kemampuan

manusia mengatur nada suara naik dan turun. “8

Sedangkan menurut Kholifatul Adha, “Intonasi suara terbaik ketika

anda berbicara dengan orang lain adalah, intonasi yang berada di nada

menengah, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.”9

Menurut Amran Halim, “ intonasi merupakan sejauh mana

menjelaskan kalimat terstruktur sampai sejauh kemampuan penutur dan

pendengar.”10

Memberikan warna pada penyampaian dan penyajian, jangan

sekali-kali berbicara dengan monoton dan pasif. Apapun yang pembicara

sampaikan, harus di jiwai dengan kehidupan, kwalitas pribadi yang

memberi daya tarik bagi pendengar.

Bila hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain

itu mengerjakan sesuatu yang positif dan konstruktif, atau bila kita hendak

7

Gentasari Anwar, Retorika Praktis Teknik dan Seni Berpidato, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) 8

Charles Bonar Sirat, The Power Public Speaking, (Jakarata: Gramedia, 2010) 9

Kholifatul Ahda, Panduan Mudah Public Speaking, (Jakarta: PT Buku Kita, 2014). 10

(18)

menjawab keluhan dan kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akan

sikapnya atau pendapatnya yang salah, maka keberhasilan dalam hal ini

banyak dipengaruhi oleh diksi dan intonasi kita.11

Ada beberapa macam-macam intonasi di antaranya:

1. Penekanan adalah cara bicara yang dilafalkan tepat pada kata itu sendiri atau di bagian lain, seperti “sebelum” atau “sesudah” kata itu.

2. Tinggi Nada (Pitch) adalah tinggi nada di kenakan dari ketebalan atau

kekentalan pita suara dan seberapa cepat kemampuan vibrasi/getaran

di lakukan.

3. Rate dan Ryhthm adalah cepat atau lambatnya serta irama suara.

4. Loudness adalah yang menyangkut dengan keras atau tidaknya suara.

5. Quality adalah mutu atau watak, sifat ataupun tabiat dari suara.

6. Artikulasi adalah kemampuan mengombinasikan lafal atau pengucapan

kata (pro-nounciation) dengan ucapan (enunciation).

7. Pause adalah pemberian jeda di beberapa tempat.

8. Pace adalah lebih di kenal dengan tempo juga merupakan salah satu

hal yang harus anda perhatikan dalam berpidato.

Dalam penelitian, peneliti membatasi intonasi ceramah hanya pada

cepat lambatnya (Rate and Rhythm ) ceramah, tinggi rendahnya (Pitch)

suara, keras lembutnya (Loudness) suara dan alunan (Quality) ceramah.12

11

Widyamataya. Kreatif Berwicara. (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 41 12

(19)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam penelitian ini sangat penting karena dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah penelitian,

dan permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian. Sistematika dalam

penelitian ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab.

Sistematika penelusin penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I pendahuluan. Bab pertama ini, sebagai bab pendahuluan

yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

dan manfaat penelitian, konseptualisasi dan diakhiri dengan sistematika

pembahasan.

Bab II kajian teoretik. Berisikan definisi dakwah dengan metode

ceramah (mauidho khasanah), efektifitas dakwah dengan ceramah, definisi

intonasi ceramah, pitch, loudness, quality, rate and rhythm, urgensi

intonasi dalam ceramah, serta kajian kepustakaan penelitian.

Bab III metode penelitian, dalam bab ini akan dijelaskan tentang

pendekatan yang dilakukan dalam penelitian dan jenis penelitian,

menjelaskan sasaran penelitian (obyek penelitian), bagaimana tahap-tahap

penelitian, jenis dan sumber data yang diambil, teknik pengumpulan data,

analisis data, beberapa informan penelitian serta teknik keabsahan data.

Bab IV penyajian dan analisis data, pada bab ini akan dijelaskan

tentang penyajian data dari Pitch, Quality, Loudness, Rate and Rhythm KH

(20)

Bab V penutup dan saran. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan

dari semua penelitian dan rekomendasi serta saran-saran, serta dilengkapi

(21)

BAB II

KAJIAN TEORETIK TENTANG INTONASI DAKWAH DENGAN METODE CERAMAH

A. Dakwah dengan Metode Ceramah

Dakwah merupakan suatu profesi, di mana profesi itu mengharuskan untuk

mempunyai skill, planning dan manajemen yang handal. Kegiatan dakwah sendiri

sering dipahami sebagai kegiatan yang menyeruhkan atau mengajak umat Islam

untuk mencari atau memberikan solusi terhadapt masalah dalam hidup.

Pengertian dakwah. Dakwah (Arab: , da„wah; "ajakan") adalah

kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman

dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata

dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti

panggilan, seruan atau ajakan.

Pengertian dakwah menurut istilah ada beberapa pendapat antara lain:

1. Pendapat K.H. M. Isa Anshari, dakwah yaitu menyampaikan seruan islam,

mengajak dan memanggil umat manusia, agar menerima dan mempercayai

keyakinan dan hidup Islam.

2. Pendapat M. Natsir, membedakan pengertian antara dakwah dan risalah.

Risalah dipikulkan kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk

menyampaikan wahyu yang telah diterimanya kepada seluruh umat

manusia. Sedangkan dakwah adalah tugas para mubaligh, yaitu

(22)

3. Pendapat Ki M.A. Mahfoed, dakwah yaitu panggilan yang tujuannya

untuk membangkitkan keinsyafan seorang agar kembali ke jalan Allah

SWT yang sifatnya adalah ekspansif, memperbesar jumlah orang yang

berada di jalan Allah SWT. Pengertian dakwah dibedakan dengan

beberapa kata yang bersaudara yaitu ta’lim, dzkir, dan tashwir. Ta’lim

artinya mengajar, tujuannya untuk menambah pengetahuan yang

diajar. Tadzkir artinya mengingat tujuan untuk memperbaiki kelupaan

orang kepada sesuatu yang harus selalu diingat. Sedangkan tashwir

artinya melukiskan sesuatu pada alam pikiran orang, tujuannya untuk

membnagkitkan pengertian akan sesuatu yang digambarkan.

4. Pendapat Prof. Toha Jahja Omar MA, dakwah yaitu mengajak manusia

dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah

Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di sunia dan di

akhirat.

5. Pendapat A. Hasjmy, dakwah yaitu mengajak orang lain untuk

meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islam yang terlebih

dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah tu sendiri.1

Dari beberapa pengertian dakwah diatas, maka dapat disimpulkan

dakwah itu menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke

jalan Allah SWT, untuk menjalankan perintah-Nya dan menjahui

larangan-Nya daam mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat,

sesuai dengan tuntunan dan contoh Rasulullah SAW.

1

(23)

Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan

kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau

ad-dakwah al-Islamiyah.

Menurut Ahmad Ghalwasy dakwah merupakan ilmu yang

memperalajri berbagaipembahasan teknis dan seni penyampaian agama

Islam kepada ummat manusia yangmencakup akidah, syariah dan akhlak.2

Bagi Muhammad al-Ghazali ilmu dakwah adalahprogram lengkap yang

mencakup berbagai pengetahuan yang dibutuhkan manusia

untukmengetahui tujuan hidup mereka dan mengungkap rambu-rambu

kehidupan orang-orangyang baik. Abû al-Fath al-Bayânûniyy

mendefinisikan ilmu dakwah berati sejumlahkaidah dan pokok-pokok

ajaran yang dapat menyampaikan islam kepada manusiamengajarkan dan

mempraktekkannya.3

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan

untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti,

menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau

pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "da'i"

sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "mad'u". Setiap Muslim

yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "da'i".

2

Sad „Ali Ibn Muhammad al-Qohthoniy, Fiqhu Al-Da„wah fi Shahîh Al-Imam Al-Buhkariy, (Maktaba Syamela)

3

(24)

Dengan kata lain dakwah adalah ilmu yang mempelajari metode,

cara, sertatujuan dakwah termasuk pilar-pilar dan sejarah serta media yang

dipakai dalam menyampaikan dan menyebarkan ajaran Islam guna

mewujudkan tatanan masyarakat Islam yang terbaik.

Tujuan utama dakwah ialah mewujudkan kebahagiaan dan

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridai oleh Allah.

Nabi Muhammad mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan

berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya,

keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa

pada saat itu.

Dakwah bil-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan

dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek

dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila:

disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau

khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis,

konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan

hadirin.

Metode ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang

banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang da'i / mubaligh pada

suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula berskifat profaganda,

kampanye, berpidato (rhetorika), ceramah khutbah, sambutan, mengajar

dan sebagainya. Metode ceramah ini digunakan bilamana: objek dakwah

atau sasaran dakwah berjumlah banyak, penceramah atau mubaligh adalah

(25)

khutbah jum'at dan hari raya, tidak ada metode yang lain yang dianggap

paling sesuai dipergunakan. Seperti dalam walimatul 'urusy, bukan

simulasi games, role playing, diskusi dan sebagainya.4

Dengan demikian kegiatan dakwah tidak hanya dapat dilaksanakan

dalam bentuk yang monoton. Melainkan dakwah dapat dinikmati oleh

masyarakat sebagai sebuah kebutuhan akan berbagai tuntunan dalam

menjalani kehidupan.

1. Definisi Ceramah (Mauidloh Hasanah)

Terminologi mauidloh hasanah dalam persfektif dakwah sangat

populer, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan (baca dakwah

atau tablig) seperti maulid Nabi dan isra’ mi’raj, istilah mauidloh hasanah

mendapat porsi khusus dengan sebutan-sebutan “acara yang di tunggu -tunggu” yang merupakan inti acara. Namun demikian supaya tidak

menjadi kesalah fahaman, maka akan dijelaskan pengertian mauidloh

hasanah.

Mauidlotul hasanah dapat diartikan secara bahasa sebagai

pengajaran yang baik, pesan-pesan yang baik, yang disampaikan berupa

nasehat, pendidikan dan tuntunan sejak kecil.5 Kata mauidloh berasal dari

kata wa’adha yang berarti nasehat. Nasehat atau mauidloh adalah uraian

yang menyentuh hati yang mengantarkan kepada kebaikan dan kejelekan.

Maka dalam Surat An-Nahl 125, kata mauidloh disifati dengan kata

al-Hasanah dan kata jadil disifati dengan kata ahsan sedangkan hikmah tidak

4

Asmuni syukri, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al-Ikhlas-Indonesia, 1983 5

(26)

disifati kata apapun karena maknanya sudah diketahui bahwa ia adalah hal

yang mengena kebaikan yang berdasarkan ilmu dan akal. Hal ini

membuktikan bahwa mauidloh ada dua macam baik dan buruk, sedangkan

jidal ada tiga macam yaitu buruk, baik, dan terbaik.6

Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara

lain:

Menurut Moh Ali Aziz, Maidloh Hasanah adalah dakwah menggunakan

cara memilih ayat Al-Qur’an dan matan hadist yang sesuai dengan tema yang dibahas dan mudah diterima oleh mitra dakwah atau mad’u.

mauidloh hasanah lebih diartikan sebagai cara atau media dalam

menyampaikan pesan dakwah yaitu al-Hikmah (Al-Qur’an dan Hadist).

Sehingga antara al-Hikmah dan mauidloh hasanah dapat difahami secara

korelatif. Artinya al-Hikmah adalah isi dari pesan dakwah, sedangkan

mauidloh hasanah adalah media yang digunakan dalam menyampaikan

pesan dakwah tersebut.7

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutip oleh

H. Hasanuddin adalah sebagai berikut:al-mauidloh al-hasanah adalah

(perkatan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau

memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau

dengan al-Qur’an.8

6

M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah vol 7, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 386 7

Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 394 8

(27)

Menurut Abd. Hamid al-Bilali al-mauidloh al-hasanah merupakan

salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah

dengan memberi nasihat atau bimbingan dengan lemah lembut agar

mereka mau berbuat baik.9

Dari pernyataan di atas dapat difahami bahwa maidloh hasanah

adalah dakwah bil-Lisan. Dakwah dengan metode ini biasanya digunakan da’i dalam menyampaikan pesan yang banyak diwarnai oleh karaktristik

bicara seseorang da’i atau mubaligh pada waktu aktifitas dakwah. Dalam

buku lain, dakwah bil lisan diartikan sebagai tata cara pengutaraan dan

penyampaian dakwah dimana berdakwah lebih berorientasi pada

berceramah, pidato, tatap muka dan sebagainya.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan juga bahwah

dakwah bl lisan adalah metode dakwah yang dilakukan oleh seorang da’i

dengan menggunakan lisannya pada saat aktifitas dakwah melalui bicara

yang biasanya dilakukan dengan ceramah, pidato, khutbah, dan

lain-lain.dakwah ini lebih efektif bila disampaikan berkaitan dengan hari ibadah, seperti khutbah jum’at atau khutbah hari raya, kajian yang

disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terpogram,

disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin.10

Pada tahap awal kebudayaan manusia kegiatan membaca dan

menulis belum ada. Maka dari itu, dakwah dilakukan dengan metode

dakwah bil lisan. Mereka mengajak dan menjelaskan pada masyarakat

9

Abd Hamid al-Bilali, Fiqh al-Dakwah FI ingkar al-Mungkar, (Kuwait: Dar al-Dakwah, 1989), hlm. 260

10

(28)

tentang prinsip-prinsip kebenaan. Lalu pada hal yang telah diajarkan

tersebut diamalkan dan disampaikan pula pada generasi berikutnya sebagai

tradisi hingga suatu ketika karena suatu hal tertentu, maka prinsip-prinsip

tersebut terlupakan sehingga tidak dilanjutkan.

Seiring perkembangan zaman, metode dakwah semakin banyak

dan semakin beragam apalagi disertai dengan munculnya alat-alat

elektronik. Namun hal tersebut tidak membuat dakwah bil lisan berhenti

karena setiap manusia pasti dikarunia lisan oleh Allah SWT.

2. Kelebihan Metode (Mauidloh Hasanah)

Mauidloh hasanah memiliki beberapa kelebihan: Pertama

ungkapannya lembut dan indah, sesuai dengan keadaan, karenannya

nasihat (mauidloh hasanah) harus menggunakan ungkapan yang

lembut dan kata-kata yang sesuai. Kedua kaya akan formatdan ragam,

hingga para dai dapat memilih format yang paling sesuai dengan

keadaan.

Ketika memiliki pengarh besar pada jiwa audien, ini nampak

pada hal berikut: Mauidloh lebih bisa diterima dan mendapat respon;

Menanamkan rasa cinta dan sayang di hati para audien; Melokalisir

kemunkaran dan mencegah penyebarannya, karena mereka merasa

malu, walaupun tidak merespon untuk meninggalkan kemunkaran,

namun minimal mereka tidak melakukannya secara terang-terangan

hingga kemunkaran tersebut terlokalisir. Sebagai contoh Nabi mengunakan metode ini pada A’raby yang kencing di Mesjid, dalam

(29)

masjid tiba-tiba datang A’raby lalu kencing, para sahabat lalu mengatakan “ Mah” (kalimat berarti menghardik) kata Rasul saw,

janganlah kalian menyalahkannya, biarkanlah, maka para sahabatpun

membiarkan hingga selesai kencingnya, lalu Rasul memanggilnya dan

berkata: Mesjid ini tidak pantas untuk kencing maupun kotoran, tapi

hanya cocok untuk berdzikir , shalat dan baca al-Qur’an, atau

sebagaimana Rasulullah Saw sampaikan. Anas melanjutkan ceritanya,

Rasul memanggil salah seorang dari kaum yang berkumpul itu untuk membersihkannya dengan air.”

Contoh lain sikap Rasul Saw saat perang Hunain. Saat

membagikan ghanimah, beliau melihat kaum Anshar menyimpan

sesuatu, lalau beliau berkhutbah: mengingatkan mereka akan nikmat Allah dan menasihati mereka dengan nasihat yang baik”.11

3. Efektifitas Dakwah dengan Ceramah

Kata efektifitas mempunyai beberapa arti. Dalam kamus besar

baha Indonesia menyebutkan tiga arti efektifitas, arti pertama adalah

adanya suatu efek, akibatnya, pengaruhnya dan kesannya. Arti kedua

manjur atau mujarab dan arti ketiga dapat membawa hasil atau hasil

guna.

Kata efektif juga diambil dari kata efek yang artinya akibat atau

pengaruh, dan kata efektif yang berarti adanya pengaruh atau akibat

11

(30)

dari suatu. Jadi efektifitas ialah keberpengaruhan atau keberhasilan

setelah melakukan sesuatu.12

Secara bahasa efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan “efektif” berarti adanya pengaruh

atau adanya akibat serta penekanannya, jadi sesuatu. Jadi “efektifitas”

berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan

setelah melakukan sesuatu).13 Sedangkan menurut ensiklopedi umum,

efektifitas menunjukkan taraf tercapainya turut usaha dikatakan efektif

kalau usaha itu mencapai tujuannya secara ideal ke efektifitas adalah

pencapaian prestasi dari tujuan taraf efektifitas dinyatakan dengan

ukuran yang agak pasti.14

Menurut John. M. Echol dan Hasan Shadily dalam kamus

bahasa Inggris-Indonesia secara etimologi efektifitas berasal dari kata

efektif yang artinya berhasil guna.15

The Oxford English Dictonary mengartikan efektivitas sebagai

The Quality of being effectiv. In various sebse. Efectivity the quality or

state being effective and power to be effective.Secara sederhana dapat

diartikan sebagai suatu kualitas yang menjadi efektif dalam berbagai

12

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-7, Edisi ke-2, hlm. 250

13

Ibid, hlm. 250

14

A. B. Pridodgdo, Hasan Shadily, Ensiklopedi Umum, (yogyakarta: kanisius, 1990) cet k-8, hlm. 296

15

(31)

hal atau bidang. Efektifitas ialah status mutu menjadi efektif dan

menggerakkan untuk bisa efektif.16

Dalam kamus umum bahasa indonesia, efektifitas merupakan

keterangan yang artinya ukuran hasil tugas atau keberhasilan dalam

pencapaian tujuan.17

Menurut Dennis Mc Quail efektifitas secara teori komunikasi

berasal dari kata efektif. Artinya terjadinya suatu perubahna atau

tindakan, sebagai akibat diterimanya suatu pesan. Dan perubahan

terjadinya dalam segi hubungan atara keduanya, yakni pesan yang

diterima dan tindakan tersebut.18

Menurut T. A Latief Rousydy (1989: 91), komunikasi efektif

ialah komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feedback

yang positif. Yakni dakwah dengan ceramah secara efektif dapat

memberikan pengertian kepada audiens, sehingga ia mempunyai

pengertian yang sama dengan penceramah tentang pesan yang

disampaikan. Selanjutnya, penceramah berhasil merubah tingkah laku

audiensnya sesuai dengan rencana semula.

Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian

yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala

16

Eric Buckley, The Oxford English Dictionary, (Oxford: The Clarendom Press, 1978), Vol. III, hlm. 49

17

Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT. Indah 1995), cet. Ke-1, hlm. 742 18

(32)

gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi

yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi

berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang

berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada

Al-Quran dan hadis (sunah Nabi). Dalam Al Qur’an dengan sangat

mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu

berkomunikasi dengan hambaNya melalui wahyu. Untuk

menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat

tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah

untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu

bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir

(persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para

ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian

banyak buku-buku tafsir.

4. Teknik Ceramah

a. Teknik Persiapan Ceramah

Dua persiapan pokok sebelum pelaksanaan ceramah adalah

persiapan mental untuk berdiri dan berbicara di muka umum dan

persiapan yang menyangkut isi ceramah.19

Suatu ceramah haruslah didahului dengan

persiapan-persiapan yang cukup. Penyusunan persiapan-persiapan ceramah ada

bebetapa jenisnya, antara lain:

1) Ceramah menggunakan Teks (Manuskrip).

19

(33)

2) Ceramah menggunakan Menghafal (Memoritet).

3) Ceramah menggunakan Terbaik (Ekstempore).

b. Teknik Penyampaian Ceramah

Dalam penyampaian ceramah diperlukan alat-alat bantu

seperti audio visual dan dapat pula dikembangkan dengan cara

penyajian yaitu, cara induktif adalah cara menjelaskan sesuatu

(Pesan Dakwah) melalui berfikir dari hal-hal yang bersifat khusus

ke arah hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan cara penyajian

deduktif adalah cara menjelaskan materi dakwah yang dimulai

dengan berfikir tentang hal-hal yang bersifat umum.20

Variasi adalah persyaratan berikutnya untuk cara berbicara

yang baik. Cara berbicara yang monoton sangat

membosankan.Variasi membuatnya menarik. Variasikan nada,

kecepatan, tekanan, volume dan cara.

Menurut Abdul Kadir Munsyi (1981: 25) mengemukakan

bahwa metode ceramah akan berhasil dengan baik, antara lain

prinsip-prinsip:Menguasai bahasa yang akan disampaikan

sebaik-baiknya dengan menghubungkan dengan situasi kehidupan

sehari-hari, menyesuaikan dengan kejiwaan, lingkungan sosial dan

budaya para pendengar, nada, kecepatan, tekanan, volume, sikap,

mengadakan variasi dengan dialog dan tanya jawab serta sedikit

humor.

20

(34)

Dalam hal pengaturan waktu, seorang pembicara harus

memperhatikan waktu (perkiraan) dan dapat membagi waktu yang

tersedia seluruhnya, waktu yang di gunakan untuk hal-hal resmi

dan formalitas, maupun waktu yang di gunakan untuk tanya-jawab.

c. Teknik Penutupan Ceramah

Pembukaan dan penutupan ceramah adalah bagian yang

sangat menentukan. Teknik penutupan,21 antara lain:

Mengemukakan ikhtisar ceramah, menyatakan kembali gagasan

dengan kalimat yang singkat dan bahasa yang berbeda,

memberikan dorongan untuk bertindak, mengakhiri klimaks,

menyatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau

ucapan-ucapan para ahli, menceritakan contoh, seperti ilustrasi dari pook

inti materi yang di sampaikan, menjelaskan maksud sebenarnya

pribadi pembicara, dan membuat pernyataan-pernyataan yang

bersejarah.

Di samping ceramah yang bersifat umum, ada juga ceramah yang bersifat khusus dan baku yaitu, Khutbah Jum’at dan Khutbah

Hari Raya. Bersifat baku artinya sudah ada ketentuan-ketentuan

agama yang mengatur mulai dari pembukaan, penyampaian dan

penutupannya.22

21

M. Hanafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993) 22

(35)

Dalam ceramah juga bisa menggunakan teknik infiltrasi

atau sisipan, yaitu penyampaian ajaran Islam pada saat atau

kegiatan yang tidak secara khusus sebagai diterapkan pada

kalangan tertentu yang acuh terhadap agama bila di sebut secara

terang-terangan.

A. Intonasi Ceramah

Intonasi merupakan salah satu latihan dasar yang penting bagi

seorang penyanyi karena tanpa pembenahan intonasi (ketepatan bunyi tiap

nada), suara yang dihasilkan menjadi sumbang dan tidak merdu.

Istilahintonasi mempunyai pengertian yang berbeda apabila diterapkan

dalam bahasa atau seni vokal. Namun, sebenarnya saling mendukung dan

memperkaya khazanah penguasaan teknik bagi seorang penyanyi, musisi,

dan komponis. Banyak suku kata yang memiliki teknik pengucapan

tersendiri.

Perbedaan pengucapan terletak pada tekanan atau jumlah suku

kata. Intonasi mengandung arti ketepatan suatu nada (pitch). Bunyi nada

yang tepat akan menghasilkan suara jernih, nyaring, dan enak didengar.

Untuk mendapatkan intonasi yang baik, coba nyanyikan nada-nada berikut

secara berulang. Berbeda dengan nada, intonasi dalam bahasa indonesia

sangat berperan dalam perbedaan maksud kalimat.23 Intonasi suara juga

merupakan kemampuan manusia mengatur nada suara naik dan turun.24

Intonasi ceramah kita dapat membantu efektivitas ceramah kita.

23

Masnur Muslich, Fonologi Bahasa Indonesia, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), Hlm, 115 24

(36)

Bila hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain

itu mengerjakan sesuatu yang positif dan konstruktif, atau bila kita hendak

menjawab keluhan dan kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akkan

sikapnya atau pendapatnya yang salah, maka keberhasilan dalam hal ini

banyak dipengaruhi oleh diksi dan intonasi kita.25

Intonasi ceramah kita tentu perlu kita perhatikan agar ceramah kita

mempunyai daya persuasif (persuasive), yaitu dengan mempengaruhi jiwa

seseorang sehingga dapat membangkitkan kesadarannya untuk menerima

dan melakukan suatu tindakan ceramah termasuk jenis yang disebut

terakhir.26

Davit Pranata mengatakan didalam bukunya Speak With Power

bahwa, pentingnya intonasi dalam sebuah presentasi. Ada sebuah

penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara berkontribusi sebesar

37% dari pesan yang ingin kita sampaikan, sedangkan isi pesan tersebut

hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah bahasa tubuh). Maksudnya jika

ada ketidaksinkronan dari intonasi suara dan isi perkataaan anda, maka

yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah komponen yang

persentasenya lebih besar.27

Menurut Rudolph F. Verderber dan Kathleen S. Verderber

(2004:270) untuk kesuksesan persuasi, penceramah harus memiliki keterampilan untuk menjadikan mad’u terangsang rasionya untuk berpikir

25

Widyamataya, Kreatif Berwicara, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hlm. 41 26

Moh Ali Aziz, ,Ilmu Pidato, (Surabaya, 2015), hlm. 24 27

(37)

tentang masalah yang sedang dibicarakan. Akan tetapi, dengan rasio saja

tidak akan cukup. Maka salah satu teori persuasi adalah The Elaboration

Likelihood Model (ELD) yaitu upaya menjadikan mad’u benar-benar

terlibat dalam topik yang sedang dibicarakan. Semakin paham atau mengerti mad’u terlibat dalam ceramah, maka semakin mudah mereka

menerima persuasi.

Pidato persuasi memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,

sebab persuasi mendasarkan usahanya pada segi-segi psikologis dan yang

ingin diraih adalah kesadaran seseorang untuk melakukan sesuatu. Oleh

karena itu ceramah persuasi harus dilakukan oleh orang-orang yang

memang memiliki pengetahuan dan keahlian. Lebih-lebih jika kita aneka

ragam karakter manusia yang menjadi sasaran pidato, ada yang mudah

dipengaruhi dan ada yang sukar dipengaruhi.

Kemampuan persuasif kita akan menentukan sekali efektifitas

komunikasi. Menurut T. A Lathief Rousydy (1989: 91), komunikasi

efektif ialah komunikasi yang berhasil mencapai sasaran dengan feedback

yang positif. Komunikasi berhasil secara efektif memberikan pengertian

kepada komunikasi, sehingga ia mempunyai pengertian yang sama dengan

penceramah tentang pesan yang disampaikan.28

Umumnya, audience senang dan tertarik mendengarkan ceramah

atau pidato dari seorang pembicara yang memiliki suara yang enak

didengar (bagus). Sebaliknya, suara yang sumbang dan tidak serasi

nadanya dengan isi pembicaraan akan membuat pendengar menjadi bosan,

28

(38)

lesu dan mengantuk. Karena itu masalah suara harus benar-benar menjadi

perhatian seorang penceramah dan karena di sini peneliti akan membatasi

penelitiannya juga.

Undersh dan Staats dalam bukunya: “Speech for Everyday Use,

Rinehart and Company, New York 1951” menyebut ada 4 variabel yang

perlu diperhatikan mengenai suara, yaitu: Pitch, Quality, Loudness, dan

Rate and Rhythm.29 Dan pada buku Widyamataya juga mengatakan bahwa

intonasi ceramah meliputi cepat lambatnya (Rate and Rhythm ) ceramah,

tinggi rendahnya (Pitch) suara, keras lembutnya (Loudness) suara dan

alunan (Quality)ceramah.30

1. Pitch

Dalam pengertian musik, pitch disebut dengan tangga nada.

Biasanya ada suara pembicara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Seharusnya suara yang dikeluarkan bervariasi (rendah, sedang dan

tinggi), sesuai dengan penghayatan terhadap materi pembicaraan.

Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila

suatu bunyi segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang

tinggi, tentu akan disertai dengan nada yang tinggi. Sebaliknya, kalau

diucapkan dengan frekuensi getaran yang rendah, tentu akan disertai

juga dengan nada rendah. Nada ini dalam bahasa-bahasa tertentu bisa

bersifat fonemis maupun morfemis, tetapi dalam bahasa-bahasa lain,

mungkin tidak.

29

Gentasri Anwar, Retorika Praktis Teknik dan Seni berpidato, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 87

30

(39)

Dalam bahasa tonal, pitch biasanya dikenal adanya lima macam nada,

yaitu:

a) Nada naik atau tinggi yang biasanya diberi tanda garis ke atas /

.∕

/

b) Nada datar, biasanya diberi tanda garis lurus mendatar /

/

c) Nada turun atau merendah, biasanya diberi tanda garis menurun /

\

/

d) Nada turun naik, yakni nada yang merendah lalu meninggi, biasanya

diberi tanda sebagai / /

e) Nada naik turun, yaitu nada yang meninggi lalu merendah, biasanya

ditandai dengan / /

Nada yang menyertai bunyi segmental didalam kalimat disebut

intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan adanya empat macam nada,

yaitu:

1) Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4.

2) Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3.

3) Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2.

4) Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1.31

Berikut ini adalah beberapa definisi pitch yang penulis

kumpulkan secara maksimal dari sebanyak mungkin literatur.

a. Jalaluddin Rakhmat (2012: 82), mengatakan Pitch adalah “jumlah

gelombang yang dihasilkan sumber energi”.

31

(40)

b. Gentasri Anwar (1995: 87), Pitchadalah “dalam pengertian musik,

pitch disebut dengan tangga nada”.

c. Charles Bonar Sirait (2010: 112), Pitch adalah “tinggi nada

dikendalikan dari ketebalan atau kekentalan pita suara dan seberapa cepat kemampuan vibrasi/ getaran dilakukan”.

d. Ahmad HP (2012: 34), Pitch adalah “nada berkenaan dengan tinggi

rendahnya suatu bunyi”.

e. Amran Halim (1963:38), Pitch adalah “tinggi nada merupakan

korelat auditoris kekerapan fundamental getaran pita suara, yang dapat ditandai dengan “siklus per detik” atau Hertz(Hz)”.

f. ...(2004: 57), Pitch adalah “ yang tidak mutlak menjadi

bagian dari lagu intonasi”.

g. Robert Ladd (2008: 6) Pitch adalah “just given have two

orthogonal and independently variable aspects, we might refer”.

h. ... (1982:30), Pitch adalah “getaran udara, dan makin tinggi

frekwensi getaran itu (lazimnya dihitung per detik), makin tinggi

nada bunyi.

i. Masnur Muslich (2013: 61), Pitch adalah “ketegangan pita suara,

arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan”.

j. Dale Carenegie (154), Pitch adalah “nada suara dari tinggi ke

rendah”.

(41)

l. Steven A Beebe (1991: 237), Pitchadalah “ how higt or low your

voice sounds”.

m. Ronald Wardhaugh (1972: 19), Pitch adalah “how hight or low the

voice”.

n. Paul E Nelso ( 2007: 150), Pitch adalah “the highness or lowness

of a speaker’s voice, its upword and downward inflection, the

melody produced by the voice”.

2. Quality

Quality ialah mutu, watak, sifat atau tabiat dari suara. Dalam

dunia musik biasanya disebut Timbre. Dalam berbicara, timbre suara

ini, ikut menentukan enak tidaknya suara kita didengar andience.

Timbre suara harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan

termasuk faktor lain yang berkaitan dengan pengucapan kalimat dan

kata-kata. Beberapa definisi Quality yang penulis kumpulkan secara

maksimal dari sebanyak mungkin literatur

a. Davit Pranata (2015), Quality adalah “menunjukkan apa yang ada

di emosi anda dan mengekspresikan apa yang anda rasakan

melalui intonasi suara anda”.

b. Gentasari Anwar (1995: 89), Quality adalah “mutu, watak, sifat atau tabiat dari suara”.

c. Jalaluddin Rahmat (2012: 82), Qualityadalah “karakteristik vocal

(42)

d. Charles Bonar Sirait (2010: 114), Quality adalah “kualitas suara

yang menunjukkan perasaan, simpatik, ekspresi dari hati seorang pembicara”.

e. Soenjono Dardjowidjojo (1985: 89), Qualityadalah “warna emosi

dan warna perasaan yang alami pada waktu ia hendak bertutur”.

3. Loudness

Loudness menyangkut keras atau tidaknya suara.Dalam

berceramah, ini perlu menjadi perhatian. Kita harus mampu mengatur

atau lunaknya suara yang kita keluarkan, dan ini tergantung pada

situasi dan kondisi yang kita hadapi.Beberapa definisi Loudness yang

penulis kumpulkan secara maksimal dari sebanyak mungkin literatur

a. Davit Pranata (2015), Loudness adalah “merupakan seberapa cepat

anda berbicara”.

b. Gentasri Anwar (1995: 90), Loudness adalah “menyangkut keras

tidaknya suara”.

c. Jalaluddin Rahmat (2012: 82), Loudnessadalah “tingkat kekerasan

bunyi”.

d. Robert Ladd (2008: 5), Loudness adalah “psychophysical;

„intensity’ is physical”.

e. Amran Halim (1984: 50), Loudness adalah “kelantangan suatu

bunyi bahasa yang berhubungan dengan kelantangan bunyi”.

Pengaturan volume public speaking kita harus sesuaikan

(43)

secara alami kita bisa mengatur volume. Berbicara berdua,

berbisik, dan di depan orang banyak tentu membutuhkan volume

yang berbeda.

Saat berbicara di depan sekelompok orang atau di sebuah

rapat, sangat penting untuk tidak pernah megarahkan pembicaraan

kepada orang tedekat atau barisan paling depan. Atur volume

dengan baik agar semua orang bisa mendengarkan dengan baik.

Salah satu “pedoman”nya adalah “berbicaralah kepada orang paling belakang”. Maksudnya, berbicara dengan volume

yang sekiranya bisa didengarkan semua hadirin.

4. Rate dan Rhythm

Beberapa definisi rate dan rhythm yang penulis kumpulkan

secara maksimal dari sebanyak mungkin literatur:

a. Menurut Allen Winold di dalam bukunya yang berjudul

Introduction to MUSIC THEORY mengatakan bahwah rate adalah

kecepatan beat didalam musik.

b. Davit Pranata (2015), Rate dan Rhythm adalah “merupakan

seberapa cepat anda berbicara, ada saatnya anda berbicara dengan

tempo, tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo

lambat”.

c. Gentasri Anwar (1995: 91), Rate dan Rhythmadalah “cepat, lambat

(44)

d. Jalaluddin Rahmat (2012: 83), Rate dan Rhythmadalah “kecepatan

bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan dalam satu menit.”.

e. Charles Bonar Sirait (2010: 113), Rate dan Rhythm adalah “cepat

atau lambatnya bicara ditentukan dari seberapa cepat atau seberapa

lambat seorang presenteringin menyelesaikan sebuah kalimat”.

f. Amran Halim (1984: 43), Rate dan Rhythmadalah “panjang waktu

yang siperlukan untuk mengujarkan sebuah bunyi bahasa”.

g. Steven A Beebe (1991:251), Rate dan Rhythm adalah “how fast do

you talk? Most speakers average between 120 and 180 words per

menute”.

h. Paul E Nelso ( 2007:148), Rate dan Rhythm adalah “the speed of

delivery and refers to the tempo of a speech”.

Pemaparan banyak definisi rate dan rhythm diatas dimaksud

untuk membandingkan, memetakan, dan menelusuri perkembangan

definisi rate dan rhythm . umumnya para ahli membuat definisi rate

dan rhythm berkat dari pengertia banyak rate dan rhythm yang di

ungkap sebelum-sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwah kebanyakan

para ahli mendefinisikan rate dan rhythm : Yaitu cepat, lambat dan

irama suara. Biasanya cepat atau lambatnya suara berhubungan erat

dengan rhythm dan irama. Dan juga ada saatnya anda berbicara dengan

tempo, tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo lambat

(misal ketika anda sedang menyampaikan poin penting).

(45)

Dalam buku kreatif berwicara (1996: 41) menyatakan , jika kita

hendak meyakinkan orang lain dan ingin mengajak orang lain itu

mengerjakan sesuatu yang positif dan konstruktif, atau bila kita hendak

menjawab keluhan dan kritik orang lain sehingga dapat meyakinkan akan

sikapnya atau pendapatnya yang keliru, maka keberhasilan dalam hal ini

banyak dipengaruhi oleh diksi dan intonasi. 32

Demikian pentingnya intonasi dalam sebuah presentasi. Ada

sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara berkontribusi

sebesar 37% dari pesan yang ingin kita sampaikan, sedangkan isi pesan

tersebut hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah bahasa tubuh). Apa

maksud dari penelitian ini? Artinya adalah jika ada ketidak sinkronan dari

intonasi suara dan isi perkataaan anda, maka yang dipercaya oleh si

penerima pesan adalah komponen yang persentasenya lebih besar (dalam

hal ini intonasi).

Jadi sangatlah penting untuk menyelaraskan intonasi suara dengan

pesan yang hendak kita sampaikan supaya audiens juga tidak sampai

mensalah artikan pesan yang hendak kita sampaikan.

Selain itu penggunaan intonasi yang cenderung monoton juga akan

berpotensi untuk membosankan audiens. Ketika anda berbicara dengan

nada datar dari awal sampai akhir, mungkin di tengah-tengah presentasi

audiens sudah pulas tertidur. Ketika anda berbicara dengan nada tinggi

dan cepat sepanjang presentasi, saya yakin sampai beberapa menit audiens

32

(46)

juga sudah menyerah karena tidak mampu lagi mengikuti apa yang anda

sampaikan.

Intonasi suara yang efektif untuk presentasi. Kunci dari

penggunakan intonasi efektif dalam presentasi adalah

menciptakan kontras. Dengan menciptakan kontras pada

komponen-komponen suara yang ada di atas. Berikut saya berikan contoh-contohnya:

Kontras dalam speech rate, ada saatnya anda berbicara dengan tempo,

tetapi ada juga saatnya anda berbicara dengan tempo lambat (misal ketika

anda sedang menyampaikan poin penting).

Kontras dalam quality, anda mengekspresikan apa yang anda

rasakan melalui intonasi suara anda. Misal dalam cerita yang anda

sampaikan anda sedang prihatin, maka perlihatkan itu juga dalam intonasi

anda. Ketika anda sedang gembira, perlihatkanlah juga melalui intonasi

anda.

Yang terakhir tentang bagaimana anda harus bersuara adalah

antusias terhadap apa yang anda sampaikan. Antusiasme itu menular, jika

anda tidak merasa antusias bahwa yang anda sampaikan itu penting, ketika

anda menyampaikannya hanya karena sekedar anda diminta, memenuhi

kewajiban atau hanya berharap waktu presentasi anda segera usai, maka

audiens juga akan mampu merasakannya.

Akan tetapi ketika anda antusias, percaya bahwa apa yang anda

sampaikan ini benar-benar penting dan bermanfaat untuk audiens. Maka

(47)

anda.Jika anda juga memiliki pertanyaan seputar presentasi atau public

speaking, silahkan juga menuliskannya pada kolom komentar yang ada di

bawah ini. Nanti akan bisa kita bahas bersama-sama sehingga lebih

banyak orang yang mendapat manfaat dari pertanyaan anda.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Gaya retorika dakwah merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh muballigh dalam menyampaikan pesan kepada mad’u dengan kata

lain, gaya retorika dakwah merupakan ciri khas seorang penceramah

ketika menyampaikan isi pesan dakwah kepada para pendengar atau

andience baik berupa ucapan maupun segala perbuatannya.

1. Multahada, 1995, Studi tentang pengaruh retorika (khutbah) terhadap

pengembangan bakat kreatifitas siswa di Madrasah Aliyah Islamiyah

Tanggulangin Sidoarjo.

Penelitian ini meneliti tentang pendidikan ekstra kulikuler di

Madrasah Aliyah Islamiyah Tanggulangin Sidoarjo, yang berusaha untuk

mengembangkan bakat dan kreativitas siswia-siswinya dengan berbagai

macam kegiatan, salah satunya adalah retorika, yaitu latihan pidato atau

kecakapan berbicara didepan umum.

Pada penelitian tersebut lebih mengedepankan unsur

pendidikannya dari pada unsur dakwahnya karena penelitiannya dari

Fakultas Tarbiyah. Untuk itu pada penelitian kali ini akan ditekankan pada

(48)

2. Hadi Nurwiyanto, 2003, Kajian Gaya Retorika Da’i di Kecamatan

Wonoayu Sidoarjo.

Penelitian ini menelitian tentang gaya-gaya retorika da’i di

Kecamatan Wonoayu Sidoarjo, yang meliputi beraneka ragam gaya,

karena obyek penelitian tidak hanya terdiri dari seorang da’i melainkan tiga orang da’i.

Dalam penelitian sebelumnya memang mebahas masalah gaya

retorika dakwah yang disampaikan. Walaupun mengandung kategori gaya

retorika dakwah namun cara penyampaian dari para mubaligh tersebut

berbeda dalam gaya retorika berdakwahnya dan juga gaya irama suaranya

yang terletak pada intonasi dakwahnya.

3. Muhammad Fathurahman Hakim, 2016, Intonasi Ceramah KH Achmad

Sholeh Sahal.

Penelitian ini meneliti tentang intonasi ceramah KH Achmad

Sholeh Sahal, yang meliputi pitch (tinggi rendahnya suara), pause (jeda

suara), rate (kecepatan suara), dan volume suara.

Dalam penelitian tersebut memang membahas masalah intonasi

ceramah yang disapakan. Walaupun mengandung unsur intonasi dakwah

namun hanya focus dalam tinggi rendah, jeda, kecepatan, dan volume pada

KH Achmad Sholeh Sahal. Untuk penelitian kali ini akan mengedepankan

tinggi rendah nada, mutu nada, kerasnya nada, dan cepat lambatnya nada.

Namun karena Soal suara sangat essensial dalam suatu

pembicaraan dan dari sekian banyak skripsi yang ada di perpustakaan UIN

(49)

skripsi intonasi ceramah KH Achmad Choirul Muchlis perbedaan

muballigh dan juga gaya irama suara yang terletak pada intonasi ceramah

beliau. pada penelitian tersebut adalah seorang muballigh yang beredar di

media elektronik (televisi) yang sudah pasti mendapatkan pendidikan

tentang mengatur intonasi yang bagus, sehingga wajar banyak jama’ah

yang hadir dikarenakan pengetahuan serta ketenarannya dan juga gaya

irama suara pada intonasi ceramah.

Meskipun KH Achmad Choirul Muchlisadalah seorang muballigh

biasa yang tidak beredar di media manapun. Namun,dalam penerapan

intonasi ceramah KH. Achmad Choirul Muchlis tidak sebagus dengan

muballigh yang ada di media. Beliau tidak kalah banyak jamaahnya

walaupun beliau tidak tampil dimedia. oleh karena itu penulis akan

meneliti 4 variabel suara pada penelitian ini dan akan dibicarakan secara

khusus dan mendetail.

Dalam hal ini, alat yang digunakan dalam intonasi dakwah beliau

bisa dikatakan cukup baik. Untuk itu sebagai sumber utama penulis ingin

mengetahui langsung kepada beliau itu dengan cara mewawancarainya dan

orang terdekat dan jama’ah-jama’ah di rumahnya, ini sebagai langkah

awal yang penulis prioritaskan dalam penelitian ini.

Menarik bagi penulis untuk mengangkat menjadi suatu karya ilmiah.

Selain itu yang penulis menganggap semua latar belakang objek yang diteliti

maupun peneliti yakni sebagai peminat dakwah. Itulah hal yang menarik

kemudian menginspirasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul

(50)

sebagai mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi

Judul Skripsi Persamaan Perbedaan

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Ilmu pengetahuan berasal dari kekaguman manusia akan alam yang

dihadapinya, untuk mengungkapkan fenomena alam dan sosial yang ada,

maka bisa menggunakan berbagi jenis metode penelitian. Sebab penelitian

merupakan upaya penyidikan yang sangat hati-hati dan kritis dalam mencari

fakta yang sebenarnya. Dengan kata lain penelitian merupakan sebuah

pelajaran yang dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh informasi yang

benar dan akurat.

Dengan demikian, maka dalam penelitian ini digunakan suatu metode

kualitatif pada judul “Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis”.

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan untuk

memahami makna maupun proses dari subjek penelitian. Karena itu, untuk

memperoleh data yang akurat, peneliti akan terjun langsung ke lapangan dan

memposisikan dirinya sebagai instrumen penelitian yang menjadi salah satu

ciri penelitian kualitatif.1

Sedangkan dalam bukunya Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif

menekankan pada cara berfikir yang lebih mendalam yang bertitik tolak pada

1

(52)

fenomena sosial atau paradigma sosial. Dan jenis penelitian ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman bersama serta

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2

Metode deskriptif menurut Suharsimi Arikunto, merupakan penelitian

yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu

gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang ada menurut apa adanya pada saat

penelitian dilakukan. Penelitian ini hanyalah memaparkan situasi dan

peristiwa yang terjadi, tidak mencari atau menyelesaikan hubungan tidak

hipotesis atau membuat prediksi.3

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis metode penelitian

deskriptif kualitatif. Karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

bersifat fleksibel, dapat menjelaskan sekaligus menganalisa obyek tertentu

yang akan diteliti. Dengan sifat penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan

secara analitik suatu obyek penelitian secara menyeluruh, maka penelitian

akan lebih memuaskan.

Sebagaimana dikatakan oleh Burhan Bungin dalam bukunya “Metode

Penelitian Kulitatif” bahwa penelitian kualitatif bersifat luwes, tidak terlalu

rinci, tidak lazim mendefisinikan suatu konsep, serta memberikan

kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta lebih

mendasar, menarik dan unik bermakna dilapangan.4

2

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 5 3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rhineka Cipta, 1998), hlm. 309 4

Gambar

Tabel 2. 1
Tabel 4.1 Tentang Materi Dakwah
Tabel 4. 2

Referensi

Dokumen terkait