• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil Analisis dan Pembahasan

5.2 Pembahasan

5.2.1 Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden

Dari hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-24 bulan di Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Siemeulue pada bulan November dan Desember tahun 2012.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI umumnya berpengetahuan baik. Hal ini dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo 2007, bahwa pengetahuan seseorang tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor internal : umur, pendidikan, pengalaman, dan informasi. Dan faktor eksternal : lingkungan, sosial budaya, dan status ekonomi, yang sangat penting dalam tingkat pengetahuan seseorang.

Dari tabel 5.1.1.menunjukkan bahwa penduduk didaerah Kecamatan Siemeulue Timur mayoritas yang berumur produktif pada umur 20-30 tahun sebanyak 26 orang (49.1%), dan yang berusia 30-40 tahun sebanyak 27 orang (50.9%), memperlihatkan bahwa, ibu-ibu yang berumur produktif mempengaruhi juga tentang tingkat pengetahuan mereka,dan mayoritas penduduk di Kecamatan Siemeulue Timur kebanyakan bersuku Aceh sebanyak 32 orang (60.4%). Batak sebanyak 8 orang (15.1%). Jawa sebanyak 8 orang (15.1%). Dan Padang sebanyak 5 orang (9.4%). Terlihat bahwa banyaknya suku yang berdominan di satu daerah akan memudahkan tingkat sosial budaya di daerah tersebut, seperti ungkapan dari kamus bahasa

Indonesia yang menyatakan bahwa pengetahuan juga di peroleh dari keadaan social budaya yang terdapat didaerah tersebut.

Jika ditinjau dari pendidikan responden, yang memiliki pendidikan SMA yakni sebanyak 22 orang (41.5%), yang berpendidikan D3 sebanyak 13 orang (24.5%), berpendidikan SMP sebanyak 6 orang (11.3%), berpendidikan S2 sebanyak 4 orang (7.5%), berpendidikan S1 sebanyak 4 orang (7.5%),dan sedangkan yang berpendidikan SD juga 4 orang (7.5%). Dengan demikian, mayoritas responden berpendidikan SMA yakni sebanyak 22 orang (41.5%).

Oleh karena itu, dikatakan dengan faktor pendidikan juga mempengaruhi dari tingkat pengetahuan. Hal yang sama juga dikemukakan pada kamus bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa pengetahuan adalah suatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Akan tetapi, selain dari tingkat pendidikan, motivasi, dan informasi juga mempengaruhi dari pengetahuan yang didapat seseorang. Terbukti bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah juga memiliki pengetahuan yang luas seperti seseorang yang memiliki keinginan (motivasi) dari dirinya dalam mencari ilmu pengetahuan, dan informasi yang dia dapatkan dari sekitar lingkungannya. Selain itu juga didalam buku filsafat tentang ilmu pengetahuan yang dinyatakan oleh Suhartono, 2008, hal 48-49 menyatakan bahwa rasa ingin tahu yang tinggi, perasaan, pengalaman, adalah suatu proses pembelajaran dari dalam diri seseorang, dimana pengalaman juga dipengaruhi oleh panca indra (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa & raba) yang dikemukan oleh Notoatmodjo,2009, berarti jelas bahwa, pendidikan juga

bukan hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, karena pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi banyak faktor, bukan dari pendidikan saja. Jika dilihat dari segi agama, penduduk Kecamatan Siemeulue Timur mayoritas beragama islam 50 orang dan hanya ada 3 orang yang beragama kristen.

Bila ditinjau dari segi pekerjaan penduduk Kecamatan Siemeulue Timur mayoritas memiliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 24 orang (45.3%). Sebagai pegawai negri 14 orang (26.4%). Sebagai petani sebanyak 10 orang (18.9%). Dan yang memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta hanya 5 orang (9.4%). Walaupun mayoritas penduduk Kecamatan Siemeulue Timur memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, Pegawai negri, petani, dan wiraswasta tetapi ibu-ibu di Kecamatan Siemeulue Timur juga memiliki pengalaman, rasa ingin tahu (kemauan) yang tinggi dalam mendapatkan pengetahuan yang dia butuhkan seperti yang dijelaskan dalam buku filsafat tentang ilmu pengetahuan oleh Suhartono, 2008, pada hal: 48-49 yang menyatakan bahwa pengetahuan yang didorong dari rasa ingin tahu,kemauan, perasaan, dan pengalaman.

Ditinjau dari sumber informasi, mayoritas responden menggunakan lain-lain (tenaga kesehatan) sebanyak 23 orang (43.4%), media elektronik sebanyak 17 orang (32.1%). Media massa sebanyak 11 orang (20.8%) sedangkan yang tidak pernah mendapatkan informasi tidak pernah menggunakan sumber informasi hanya 2 orang (3.8%) saja. Hal ini membuktikan bahwa faktor sumber informasi juga sangat mendukung

responden untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian makanan pendamping ASI.

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2009).

Berdasarkan hasil dari keseluruhan pengetahuan responden yang terlihat pada tabel 5.1.2 menunjukkan bahwa hasil keseluruhan tentang pengetahuan, yang berpengetahuan Baik sebanyak 44 orang (83%). Dan hanya 9 orang (17%) yang berpengetahuan cukup.. Jadi, telah terlihat bahwa tingkat pengetahuan ibu-ibu di Kecamatan Siemeulue Timur bisa dikatakan baik dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada anak usia 6-24 bulan.

Namun pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sitepu (2005) yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Anak 0-2 tahun Di Kelurahan Padang Mas Kecamatan Kabanjahe April 2005”. Menyimpulkan bahwa pada kategori baik sebanyak 28.75%, kategori cukup sebanyak 30% dan kategori kurang baik sebanyak 35%, kategori tidak baik sebanyak 6.25%.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping ASI pada tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa dari segi tingkat pengetahuan tentang Makanan pandamping ASI (MP-ASI) tentang pengertian makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah berpengetahuan mayoritas baik, terlihat pada tabel kategori hasil yang menunjukkan sebanyak 42 orang (79.2%) ibu-ibu yang berpengetahuan baik. Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada anak usia 6-24 bulan. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI, Jadi, Makanan pendaming ASI harus tetap diberikan kepada anak, paling tidak sampai usia 24 bulan (yesrina, 2000).

Tentang waktu yang tepat memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah berpengetahuan baik sebanyak 45 orang (84.9%). Setelah bayi berumur 6 bulan, pemberian ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang beraktivitasnya sudah cukup banyak. Pada umur 6 bulan, berat badan bayi yang normal sudah mencapai 2-3 kali berat badan saat lahir. Pesatnya pertumbuhan bayi perlu dibarengi dengan pemberian kalori dan gizi yang cukup. Oleh karena itu, selain ASI, bayi pada umur 6 bulan juga perlu diberi makanan tambahan-disesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna makanan. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) plus ASI hingga bayi berumur 2 tahun sangatlah penting bagi bayi. (Prabantini, 2010, hal: 2).

Tentang tujuan memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah berpengetahuan baik sebanyak 28 orang (52.8%). Sesuai dengan

namanya, makanan pendamping ASI diberikan sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan kalori anak, Setelah 6 bulan ASI saja sudah tidak mencukupi kebutuhan bayi, sehingga bayi harus mendapatkan sumber energi lain (MP-ASI) untuk pertumbuhn dan perkembangannya (Rini dan Bernie, 2011).

Hasil penelitian tentang cara pengolahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 35 orang (66%). Cara mengolah MP-ASI ialah sama menu anak menu orang dewasa hanya saja tidak pedas dan konsistensi agak lunak, dengan memperhatikan menu seimbang, yaitu: nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dan bila ada, ditambah susu dan ASI sebaiknya tetap diberikan. (Ellya, 2010, hal:98).

Tapi tentang jenis makanan pendamping ASI (MP-ASI) responden memiliki berpengetahuan baik sebanyak 26 orang (49.1%). menurut WHO (2004), sebaiknya bayi mengonsumsi aneka sumber makanan setiap hari sebagai makanan pendamping ASI dan tidak hanya bergantung pada sumber makanan nabati, walaupun untuk mengenalnya perlu dilakukan secara bertahap. Pemberian bahan makanan tunggal pada awal pengenalan membantu bayi mengenal rasa sehingga diharapkan ia dapat menyukai aneka bahan makanan di kemudian hari. (Handy, 2010, hal 34).

Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut : 1). Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah, misalnya : pisang ambon, papaya, jeruk manis, tomat dan lainya. 2).

Makanan lunak dan lembek. Seperti: Bubur susu, nasi tim. ( Marimbi, hal: 60-64, 2010).

Dari hasil yang didapat setelah dilakukan uji pengetahuan bahwa ternyata ibu-ibu yang menjadi responden di Kecamatan Siemeulue Timur Kabupaten Simeulue memperlihatkan tingkat pengetahuan baik, walaupun tentang cara pengolahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) responden di daerah Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten siemeulue masih ada yang berpengetahuan cukup dalam cara pengolahan makanan pendamping ASI.

Dokumen terkait