• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surat Berharga Negara (SBN)

Tabel 13 di bawah menunjukkan posisi outstanding SBN dalam kurun waktu 2009 – triwulan I tahun 2015. Dalam kurun waktu tersebut, penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.064,6 triliun pada akhir tahun 2010 menjadi Rp 2.099,4 triliun pada triwulan I tahun 2015. Dalam kurun lima tahun terakhir, pasar keuangan domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan domestik dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut, penerbitan SBN domestik meningkat rata rata sebesar 11,7 persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak pada meningkatnya outstanding SBN domestik meningkat dari Rp 902,4 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 1.568,6 triliun pada triwulan I tahun 2015.

Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas di pasar internasional juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2010 – triwulan I tahun 2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 26,8 persen.

Outstanding SBN valas pada tahun 2010 meningkat dari Rp 162,0 triliun menjadi Rp

530,7 triliun pada triwulan I tahun 2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan triwulan I tahun 2015, outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah sebesar USD 38,19 miliar dan mata uang Yen Jepang sebesar JPY 155,00 miliar dan dalam mata uang euro sebesar EUR 1 miliar. Penerbitan SBN dalam mata uang EUR ini dilakukan Pemerintah untuk pertama kalinya pada bulan Juli 2014. Alasan yang melatarbelakangi penerbitan SBN EUR ini, antara lain (i) sebagai diversifikasi instrumen dan diversifikasi basis investor, (ii) benchmark yield curve surat utang RI yang baru, dan (iii) pembiayaan tambahan bagi APBN.

Selanjutnya Euro bonds diharapkan dapat membuka basis investor baru bagi pemerintah untuk menerbitkan surat utang di masa depan. Permintaan atas Euro Bonds sangat tinggi yang menunjukkan bahwa kepercayaan asing terhadap Indonesia makin meningkat. Selain itu ini strategi yang dilakukan pemerintah ketika yield dalam dolar naik, maka pemerintah masuk ke euro dimana yield pada Euro mengalami penurunan. Imbal hasil (yield) Eurobond ini juga jauh lebih rendah, sedangkan harganya juga lebih bagus. Selain membuka basis investor baru, penerbitan Euro Bonds juga diharapkan mampu memperoleh suatu benchmark yield

curve surat utang Indonesia yang baru yang akan menjadi reference bagi para pihak

Tabel 13. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara (SBN) 2010 –Triwulan I Tahun 2015 (triliun Rupiah)

JENIS SBN 31 Des 2010 31-Des-11 31-Des-12 31-Des-13 31-Des-14 31-Mar-15

I. SBN Rupiah Fixed Rate 399,724 485,515 576,240 707,391 891,866 949,916 ORI 40,672 31,627 34,153 43,882 54,097 54,097 Variable Rate 142,795 135,063 122,755 122,755 113,344 113,344 Zero Coupon 2,512 2,512 1,263 - - -SPN 29,795 29,900 22,820 34,050 39,950 42,900 SBSN 25,717 38,988 63,035 87,174 110,704 145,229 SUP 248,432 244,636 240,144 234,870 229,054 227,550 SBR - - - - 2,391 2,391 SDHI 12,783 23,783 35,783 31,533 33,197 33,197 Total SBN Rupiah 902,430 992,025 1,096,193 1,261,655 1,474,603 1,568,624 II. SBN Valas INDO 145,654 169,572 221,927 330,809 363,124 434,257 SBSN Valas 5,844 14,962 25,626 50,584 62,200 65,420 RIEURO 15,133 14,165 RIJPY 10,478 11,096 17,355 18,006 16,159 16,887 Total SBN Valas 161,976 195,630 264,907 399,400 456,616 530,729 GRAND TOTAL SBN (I+II) 1,064,406 1,187,655 1,361,100 1,661,055 1,931,218 2,099,353

Asumsi Kurs (IDR/USD) 8,991 9,068 9,670 12,189 12,440 13,084 Asumsi Kurs (IDR/JPY) 110 117 112 116 104 109 Asumsi Kurs (IDR/EUR) 15,133 14,165

Nilai SBN Valas

- INDO (dalam miliar USD) 16.20 18.70 22.95 27.14 29.19 33.19 - SBSN (dalam miliar USD) 0.65 1.65 2.65 4.15 5.00 5.00 - RIEURO (dalam miliar EURO) 1.00 1.00 - RIJPY (dalam miliar JPY) 95.00 95.00 155.00 155.00 155.00 155.00

Komposisi

SBN Rupiah (dalam %) 0.85 0.84 0.81 0.76 0.76 0.75 SBN Valas (dalam %) 0.15 0.16 0.19 0.24 0.24 0.25 Sumber: Kementerian Keuangan

Selanjutnya Tabel 14 menunjukkan target dan realisasi penerbitan SBN 2015 (neto) terkait perannya sebagai instrumen utama pembiayaan APBN. Dalam upaya pemenuhan target pembiayaan SBN neto, penerbitan SBN dilakukan secara periodik. Kenaikan penerbitan SBN dalam kurun lima tahun terakhir antara lain ditujukan untuk refinancing. Refinancing tersebut dilakukan melalui penerbitan utang baru yang mempunyai syarat dan kondisi yang lebih baik. Sampai dengan triwulan I tahun 2015, realisasi penerbitan SBN neto mencapai Rp144,4 triliun atau mencapai 48,50 persen persen dari pagu yang ditetapkan dalam APBN-P 2015.

Tabel 14. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Triwulan I Tahun 2015 (Neto) (juta Rupiah)

Target Nominal Realisasi % Realisasi

sd 31 Maret 2015

SBN Netto 277,049,800 297,698,382 144,393,148 48.50% SBN Jatuh Tempo 2015 153,612,324 154,112,324 25,758,887 16.71% Rencana Buyback 3,000,000 1,350,968 - 0.00% Kebutuhan Penerbitan 2015 (Gross)* 430,662,124 451,810,706 170,152,035 37.66%

SUN 127,422,000 SUN Domestik 77,050,000 - ON 55,050,000 - SPN 19,000,000 - Private Placement 3,000,000 - SUN RITEL -SUN Valas 50,372,000 SBSN 42,730,035 SBSN Domestik 42,730,035 SBSN Valas -* Menyesuaikan Realisasi Cash Management dan Debt Switch

Uraian Target

APBN-P 2015

Sumber : Kementerian Keuangan

Dari Tabel 15 dapat dilihat juga bahwa kepemilikan SBN domestik oleh investor nonbank dalam kurun waktu 2010 – triwulan I tahun 2015 meningkat rata-rata sebesar 14,3 persen. Peningkatan ini lebih besar dibanding peningkatan kepemilikan SBN domestik oleh investor perbankan yang meningkat rata-rata 11,6 persen dari Rp 217,27 triliun pada akhir tahun 2010 menjadi Rp 349,269 triliun pada triwulan I tahun 2015. Sedangkan kepemilikan SBN domestik oleh Institusi Pemerintah meningkat tinggi rata-rata sebesar 19,0 persen dari Rp 17,42 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 85,40 triliun pada triwulan I tahun 2015.

Selanjutnya kenaikan kepemilikan SBN domestik oleh investor nonbank yang meningkat rata-rata 14,3 persen dalam kurun 2010 - 2105. Kepemilikan SBN domestik didominasi oleh investor asing. Dalam kurun 2010 – triwulan I tahun 2015, kepemilikan investor asing pada SBN meningkat rata-rata sebesar 18,7 persen. Sementara itu persentase kepemilikan asing terhadap SBN domestik yang masuk kategori non bank meningkat menjadi 38,61 persen. Besarnya kepemilikan asing mengindikasikan bahwa investor asing memiliki kepercayaan terhadap kondisi fundamental perekonomian di dalam negeri. Namun demikian, besarnya kepemilikan asing terhadap SBN tersebut perlu diwaspadai karena sangat rentan terhadap risiko terjadinya sudden reversal yang dapat berdampak sistemik terhadap perekonomian secara nasional. Untuk mengantisipasi terjadinya resiko tersebut, berbagai kebijakan dilakukan pemerintah, antara lain dengan melakukan penyempurnaan terhadap protokol manajemen krisis (crisis management

protocol/CMP) di pasar SBN dan mempersiapkan skema mekanisme stabilisasi

Tabel 15. Posisi Kepemilikan SBN Domestik Triwulan I Tahun 2015 (Triliun Rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Persentase

Kepemilikan

Bank 217.27 265.03 299.66 335.43 375.55 349.26 11.6 26.75%

Bank BUMN Rekap 131.72 148.64 147.52 Bank Swasta Rekap 54.93 67.33 81.58 Bank Non Rekap 26.26 42.84 62.07 BPD Rekap 1.41 4.32 3.67 Bank Syariah 2.95 1.90 4.83 Institusi Pemerintah 17.42 7.84 3.07 44.44 41.63 85.40 19.0 6.54% Non Banks 406.52 450.75 517.53 615.38 792.77 870.83 14.3 66.71% Reksadana 51.16 47.22 43.19 42.50 45.79 50.19 -2.2 3.84% Asuransi 79.30 93.09 83.42 129.55 150.60 155.54 13.7 11.91% Asing 195.76 222.86 270.52 323.83 461.35 504.08 18.7 38.61% Dana Pensiun 36.75 34.39 56.46 39.47 43.30 44.73 3.3 3.43% Sekuritas 0.13 0.14 0.30 0.88 0.81 0.63 44.2 0.05% Individu 32.48 30.41 47.63 3.65% Lain lain 43.43 53.05 64.64 46.68 60.51 68.03 6.9 5.21% Total 641.21 723.62 820.26 995.25 1,209.95 1,305.49 13.5 1.00

Sumber : Kementerian Keuangan

Pinjaman

Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan pinjaman proyek. Tabel 16 menunjukkan realisasi pembiayaan utang melalui pinjaman pada tahun 2010 – triwulan I tahun 2015. Sampai dengan triwulan I tahun 2015, realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp 3,83 triliun atau 8,7 persen dari target yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar negeri tersebut merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek. Belum ada realisasi pinjaman program sampai dengan akhir triwulan I tahun 2015. Sedangkan realisasi pinjaman dalam negeri mencapai Rp 0,09 triliun atau sebesar 5,1 persen dari pagu APBN-P 2015.

Tabel 16. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2010 - Triwulan I Tahun 2015 (Trilun Rupiah)

PINJAMAN 55.19 34.37 31.95 51.87 52.90 45.87 3.92 8.5%

Pinjaman Luar Negeri 54.79 33.75 31.02 51.40 50.72 44.18 3.83 8.7%

- Pinjaman Program 28.97 15.27 15.00 18.43 16.90 7.50 0.00 0.0%

- Pinjaman Proyek 25.82 18.48 16.05 32.97 33.82 36.68 3.83 10.4%

Pinjaman Dalam Negeri 0.40 0.62 0.80 0.48 2.18 1.69 0.09 5.1% Real 2013 APBN-P

2015

Real 2010 Real 2011 Real 2012 Real 2014 Real 2015 % JENIS PEMBIAYAAN UTANG

35

Dokumen terkait