• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA / ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 37-41)

A. Sektor Pertambangan dan Penggalian Provinsi Sulawesi Tenggara

Pada bulan Maret 2019 terjadi beberapa kali aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat Kabupaten Konawe Kepulauan di Kantor Gubernur Sulawesi Tenggara menolak aktivitas perusahaan pertambangan di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan. Demonstrasi pertama kali dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019 dan kemudian dilanjutkan pada tanggal 6 Maret 2019 dengan jumlah massa yang lebih besar. Demonstrasi yang kemudian berakhir ricuh tersebut akhirnya menimbulkan gelombang aksi demonstrasi berikutnya pada tanggal 11 Maret 2019.

(https://www.mongabay.co.id/2019/03/08/demo-tuntut-pemerintah-sultra-cabut-izin-tambang-di-wawonii-warga-alami-kekerasan-aparat/)

Para demonstran menilai kehadiran perusahaan pertambangan di Pulau Wawonii berdampak pada kerusakan lingkungan yang cukup besar dan mengakibatkan hilangnya sejumlah lapangan usaha yang menjadi mata pencaharian utama penduduk setempat seperti perikanan, perkebunan, pertanian dan pariwisata. Dampak dari aksi demonstrasi tersebut akhirnya pada tanggal 14 Maret 2019 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mencabut 15 IUP di Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan. Dalam surat yang ditandatangani oleh Lukman Abumawas, Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, menyebutkan bahwa terhitung sejak Kamis (14/3/19) sampai Minggu (24/3/19), 15 IUP di Kabupaten Konawe Kepulauan akan dicabut dan kemudian ditindaklanjuti dengan surat keputusan untuk menyetop operasi pertambangan di Pulau Wawonii.

Sebenarnya aksi protes warga terhadap operasi tambang di Provinsi Sulawesi Tenggara sudah sering terjadi seperti aksi penolakan pembangunan Smelter PT. Artha Mining Industri tahun 2018 di Bombana dan perusahaan tambang nikel PT. Kurnia pada bulan April 2019 di Kabupaten Kolaka Utara. Masyarakat sering memprotes operasi perusahaan pertambangan yang dinilai merugikan warga karena terjadinya penyerobotan lahan, pencemaran lingkungan dan aktivitas tambang ilegal.

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan konstribusi terbesar kedua setelah sektor pertanian, kehutan dan perikanan dalam struktur PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara, tetapi sektor ini kurang memberikan dampak dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat Provinsi Sulawesi Tenggara. Kondisi ini sering menjadi pemicu konflik dan perselisihan antara masyarakat dan perusahaan tambang di Provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki dampak kecil dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

1. Tenaga kerja yang dapat diserap di sektor ini sangat kecil hanya sebesar 1,94% saja, sehingga tidak dapat diandalkan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus tumbuh dan mengurangi angka pengangguran;

2. Barang tambang dan galian yang dihasilkan sebagian besar langsung diekspor ke Tiongkok dan Korea Selatan sehingga dampak multiplier effectnya sangat kecil bagi perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara;

3. Perusahaan tambang di Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya berkantor pusat di Jakarta atau Makassar sehingga aliran dana dan aktivitas keuangan perusahaan sebagian besar tidak melalui Provinsi Sulawesi Tenggara;

4. Investasi sektor pertambangan dan penggalian memerlukan modal yang sangat besar sehingga hanya investor asing atau investor dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara saja yang dapat berinvestasi di sektor ini;

5. Kerusakan infrastruktur umum yang diselenggarakan oleh pemerintah akibat aktivitas tambang berakibat menyurutkan kegiatan ekonomi masyarakat, seperti kerusakan jalan dan jembatan yang berakibat distribusi barang dan jasa ke sentra-sentra niaga terhambat, pembabatan hutan berakibat banjir dan tanah longsor yang merusak areal pertanian, reklamasi pantai oleh perusahaan tambang berakibat rusaknya habitat ikan dan biota laut, polusi akibat aktivitas penambangan yang menurunkan tingkat kesehatan masyarakat, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, sudah seharusnya Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara segera membenahi, mengevaluasi dan menata kembali sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Penyaluran Pembiayaan UMi di Provinsi Sulawesi Tenggara

Presiden Joko Widodo berdialog dengan 700 pengusaha kecil penerima pembiayaan Ultra Mikro (UMi) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dialog tersebut dilakukan pada hari Sabtu, 2 Maret 2019, bertempat di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sodoha, Kendari. Di hadapan ratusan debitur UMi, Presiden mengatakan jika bantuan dari pemerintah tersebut harus dipergunakan dengan sebaik mungkin.

25

"Pasti bervariasi yang menerima, ada yang terima Rp2 juta, Rp5 juta bahkan Rp10 juta, hati-hati gunakan dana pinjaman" pesan Presiden.

(

https://news.detik.com/berita/d-4450790/bagikan-umi-ke-pedagang-di-kendari-jokowi-hati-hati-menggunakannya/)

Penyaluran pembiayaan UMi di Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan oleh PT. Pegadaian dan PT. PNM. Penyaluran pembiayaan UMi hingga saat ini telah menjangkau 12 Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Kabupaten yang belum memiliki realisasi penyaluran UMi hingga triwulan I 2019 adalah Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten Kolaka Timur, kabupaten Konawe Kepulauan dan Kabupaten Muna Barat. Penyaluran pembiayaan UMi tahun 2018 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp6.456.800.000,- yang terdiri penyaluran UMi oleh PT. Pegadaian sebesar Rp3.090.800.000,- dan PT. PNM sebesar Rp3.366.000.000,-. Pada triwulan I 2019 penyaluran pembiayaan UMi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar Rp630.000.000,- yang disalurkan hanya oleh PT.PNM saja, sedangkan PT. Pegadaian pada triwulan I 2019 belum menyalurkan pembiayaan UMi.

Debitur UMi di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 sebanyak 1.780 orang, yang terdiri dari debitur UMi PT. Pegadaian 427 orang dan debitur UMi PT. PNM 1.353 orang. Pada triwulan I 2019 jumlah debitur UMi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 240 orang yang merupakan debitur UMi dari PT. PNM di Kabupaten Konawe. Tingkat pengembalian angsuran pembiayaan UMI di Provinsi Sulawesi Tenggara oleh debitur UMi baik debitur UMi PT. Pegadaian maupun debitur UMi PT. PNM sejak tahun 2018 hingga triwulan I 2019 berada dalam kondisi lancar dan tidak ada yang menunggak. Kondisi yang baik dan kondusif ini harus terus dijaga dan dipertahankan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemantauan yang Intens para debitur UMi oleh PT. Pegadaian dan PT. PNM merupakan kunci sukses model pembiayaan UMi ini sehingga tingkat pembiayaan bermasalah akan menjadi sangat rendah.

2. Setiap debitur penerima pembiayaan UMi wajib menerima pendampingan/ pembinaan secara rutin.

3. Untuk pembiayaan kelompok dilakukan pertemuan rutin yang bertujuan untuk melakukan pembinaan, monitoring, penilaian perbaikan kesejahteraan (meningkatnya index keekonomian debitur), berbagi informasi dan silaturahmi dengan debitur juga penagihan angsuran pembiayaan dan tabungan.

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 37-41)

Dokumen terkait