• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Gambaran Umum Kompas

4.3.2. Kompas

4.3.2.1. Berita 27 Januari 2010

Dalam pemberitaan 27 Januari 2010 mengenai seratus hari kinerja presiden SBY-Boediono dengan judul “Program 100 Hari Kabinet Dikritik”. Adapun rincian singkat pembingkaian mengenai pemberitaan tersebut dengan menngunakan elemen Gamson adalah sebagai berikut :

A. Perangkat Pembingkai A.1 Metaphors

Metaphors yang ditunjukkan oleh Kompas pada berita ini adalah : ”Ada erosi komitmen pemberantasan korupsi dalam banyak hal, ujar Todung”.

Erosi biasanya berkaitan dengan air laut yang mengalami erosi atau pengikisan, tetapi ini kata erosi dimasukkan ke dalam kalimat tersebut di atas. Sehingga dapat merubah makna kata yang ada di dalam kalimat tersebut, erosi yang dimaksud adalah adanya penurunan atau mulai menghilangnya tingkat komitmen pemberantasan korupsi dalam banyak hal.

A.2 Catchphrases

Catchphrases yang ditunjukkan oleh Kompas biasanya adalah sebuah slogan atau jargon, seperti yang tampak pada kalimat tersebut di bawah ini :

”Kampus bukan arena berpolitik praktis, kata Dodi”.

Kalimat tersebut terlihat sebagai peringatan dari Dodi Triwidodo selaku Pembantu Dekan III FISIP Unas. Hal ini bisa terjadi karena terkait dengan masalah aksi mogok makan yang dilakukan oleh tiga mahasiswa Unas yang memprotes pemerintahan SBY-Boediono. Tetapi aksi mogok makan tiga mahasiswa yang dilakukan sejak Minggu (24/1) tersebut kemudian dibubarkan oleh Rektorat

Universitas Nasional (Unas) di Pejaten, Jakarta Selatan, Senin malam. Kalimat tersebut yang bisa dibilang sebagai catchphrases di berita Kompas 27 Januari 2010.

A.3 Exemplaar

Exemplaar yang ada pada berita di Kompas ini adalah :

”Kami melihat program 100 hari pemerintahan SBY malah lebih baik pada 2004. Saat itu tingkat kepercayaan masyarakat mencapai 60-70 % setelah 100 hari. Saat ini, kasus Bank Century justru membuat tingkat kepercayaan masyarakat merosot, kata Boni Hargens”.

Selain adanya pernyataan, fakta lain yang mendukung pernyataan tersebut juga dipaparkan oleh Kompas. Exemplaar memang berupa kalimat yang disertai bukti-bukti, contoh, perbandingan, grafik, dan lain-lain. Pernyataan tersebut adalah kutipan dari Boni Hargens sebagai pembicara pada acara diskusi yang bertema Evaluasi Kritis 100 Hari Pemerintahan SBY-Boediono, yang diselenggarakan Kaukus Muda Indonesia di Jakarta.

Paparan bukti-bukti tersebut yang kemudian dapat diambil sebagai exemplaar pada penelitian ini. Kompas memaparkan berbagai pendapat dari nara sumber yang dapat mendukung headline yang ditulis oleh Kompas pada 27 Januari 2010 ini.

A.4 Depiction

Merupakan frase kata yang mengalami eufimisme atau disfemisme yang dapat kita lihat sebagai berikut :

”Selama 100 hari pemerintahan Yudhoyono-Boediono, pemberantasan korupsi hanya dijadikan aksesori semata”.

Dalam kalimat tersebut terdapat kata aksesori, kata aksesori memiliki arti pelengkap atau hiasan. Dengan kata jika diartikan secara keseluruhan adalah pemberantasan korupsi pada pemerintahan Yudhoyono-Boediono hanyalah merupakan sekedar kata, tidak dijalankan sesuai dengan hakikatnya. Sehingga pada kenyataannya banyak pihak yang mempertanyakan hal ini, dan pada akhirnya muncul sebuah pernyataan dari Ketua Dewan Pengurus TII Todung Mulya Lubis, yang mengatakan bahwa pemberantasan korupsi hanya dijadikan aksesori semata. Demikian Kompas menuliskan berita tersebut sehingga dapat dilihat bahwa semua pernyataan yang disertai data-data dapat menguatkan pemberitaan yang disajikan oleh Kompas.

B. Perangkat Penalaran B.1 Roots

Biasanya ditandai oleh sebuah kalimat yang mempunyai hubungan kausal atau sebab akibat. Contoh dari roots yang diambil dari berita pada Kompas adalah :

”Saat ini, kasus bank Century justru membuat tingkat kepercayaan masyarakat merosot”.

Kalimat ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat yaitu yang dianalisis sebagai sebabnya adalah kasus Bank Century, sedangkan akibat yang ditimbulkan dari kasus Bank Century adalah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan. Menurut sudut pandang Kompas seperti itu, hal-hal yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan menjadi menurun yaitu salah satunya adalah kasus mengenai Bibit-Chandra. Kasus

tersebut menyita perhatian banyak masyarakat, sehingga masyarakat memiliki pemikiran bahwa kinerja pemerintahan SBY-Boediono ini belum berhasil.

Selain karena faktor kasus Bank Century, ditengarai penyebab lain yang mengakibatkan adanya penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan adalah berita mengenai pemberantasan korupsi yang awalnya berjalan lancar, sekarang perlahan-lahan menjadi terabaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari kritikan-kritikan dari berbagai kalangan aktivis yang dipaparkan oleh Kompas.

B.2 Appeals to principle

Merupakan klaim moral dari pihak tertentu agar ada teori pembenaran dari semua peristiwa yang terjadi, seperti contoh yang dapat kita lihat pada kalimat berikut :

”Namun, salah satu anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, menteri Pembangunan daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, mengklaim program 100 hari kementriannya sudah mencapai 100 %. Program 100 hari yang dilakukannya antara lain koordinasi, sinkronisasi dan operasionalisasi kebijakan dengan sektor terkait”.

Pada pernyataan tersebut dapat kita lihat adanya usaha untuk membela diri dari kritikan-kritikan tajam yang dilayangkan kepada kinerja pemerintah. Hal ini ada baiknya agar masyarakat tidak berpikiran buruk tentang kinerja pemerintahan kali ini yang dinilai menurun, tetapi di balik itu semua masih ada program yang berhasil dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya program di bidang pembangunan, malah menteri Pembangunan Daerah Tertinggal mengatakan bahwa programnya berhasil 100 %.

Adanya klaim-klaim pembenaran seperti ini wajar, jika Kompas menyajikannya seperti ini, hal ini menunjukkan bahwa Kompas dapat seimbang dalam menyajikan

berita. Ada pro dan kontra yang dipaparkan pada pemberitaan di harian Kompas tersebut.

B.3 Consequences

Yang dapat diambil dari berita di Kompas ini adalah banyaknya kritikan pada kabinet di program 100 hari kinerja pemerintah. Sehingga memicu adanya unjuk rasa dari kalangan aktivis yang akan digelar 28 Januari 2010. Kalangan aktivis melakukan unjuk rasa tentu saja ada sebabnya, yaitu tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah semakin menurun, apalagi ditambah dengan adanya kasus-kasus yang semakin memberatkan pemerintah terutama presiden sebagai kepala negara.

Jika saja kinerja presiden pasca dilantik 100 hari menuai hasil dan perkembangan yang baik, maka tidak akan ada unjuk rasa seperti ini. Hal ini bagus untuk pemerintah agar bisa menjadi lebih baik untuk lima tahun ke depan.

C. Bingkai Inti Kompas 27 Januari 2010

Setelah menganalisis berita tersebut di atas, maka diperoleh bingkai inti dari berita tersebut, sebagai berikut : salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah adalah kasus Bank Century. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan SBY justru lebih baik pada tahun 2004. Selain masalah kasus Bank Century yang menyebebkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat adalah mengenai

pemberantasan korupsi yang semakin lama semakin tidak terlihat perkembangannya, bahkan hanya dijadikan sebagai asesori semata. Berikut frame yang diperoleh dari analisis di atas :

Judul : ”Program 100 Hari Kabinet Dikritik”

Frame : Kasus Bank Century membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan merosot.

Perangkat Pembingkai Perangkat Penalaran

1. Metaphors

Ada erosi komitmen pemberantasan korupsi dalam banyak hal.

1. Roots

Saat ini, kasus bank Century justru membuat tingkat kepercayaan masyarakat merosot.

2. Catchphrases

Kampus bukan arena berpolitik praktis.

2. Appeals to principle

Salah satu anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, menteri Pembangunan daerah Tertinggal Helmy Faishal Zaini, mengklaim program 100 hari kementriannya sudah mencapai 100 %. Program 100 hari yang dilakukannya antara lain koordinasi, sinkronisasi dan operasionalisasi kebijakan dengan sektor terkait.

3. Exemplaar

Kami melihat program 100 hari pemerintahan SBY malah lebih baik pada 2004. Saat itu tingkat kepercayaan masyarakat mencapai 60-70 % setelah 100 hari. Saat ini, kasus Bank Century justru membuat tingkat kepercayaan masyarakat merosot.

3. Consequences

Adanya ketidak puasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan SBY sehingga memicu adanya unjuk rasa.

4. Depiction

Selama 100 hari pemerintahan Yudhoyono-Boediono, pemberantasan korupsi hanya dijadikan aksesori semata.

4.3.2.2 Berita 28 Januari 2010

Dalam berita 28 Januari 2010 ini, Kompas menyajikan salah satu beritanya mengenai seratus hari kinerja presiden SBY-Boediono yang berjudul “Masyarakat Jangan Dirugikan”. Adapun rincian mengenai berita tersebut dengan menggunakan elemen framing dari Gamson dan Modigliani adalah sebagai berikut :

A. Perangkat Pembingkai A.1 Metaphors

Kompas menyajikan methapors dalam berita ini, kalimat yang menunjukkan metaphors adalah :

”Bersamaan dengan aksi massa, Kamis ini, Presiden dijadwalkan tak berada di Jakarta”.

Makna kata aksi massa adalah unjuk rasa atau demonstrasi yang dilakukan masyarakat, kata tersebut termasuk ke dalam metaphors karena kata tersebut berupa bentuk kiasan.

Kompas menyebut dengan kata aksi massa karena ini merupakan sebuah unjuk rasa atau demo yang dihadiri oleh banyak massa dari berbagai kalangan masyarakat.

Selain itu istilah aksi massa juga mengesankan bahwa penggunaan kata tersebut cukup sopan.

A.2 Catchphrases

Dapat kita lihat pada headline Kompas yaitu berupa jargon atau slogan yang berisi kata-kata yang singkat dan mudah diingat masyarakat. Kalimat tersebut adalah :

”Masyarakat Jangan Dirugikan”.

Kompas menuliskan headline dengan huruf yang dipertebal adalah gunanya untuk menarik perhatian pembaca dan menciptakan rasa ingin tahu yang tinggi kepada pembaca. Maksudnya, masyarakat mana lagi yang dirugikan? pasti semua pembaca bertanya-tanya dan akan membaca berita tersebut sampai habis. Kalimat pada headline tersebut sangat berpengaruh pada pembaca, karena terdapat kata ”masyarakat”, seperti kita ketahui bahwa selama seratus hari pemerintahan SBY-Boediono ini banyak masyarakat yang kecewa dan tidak puas atas kinerja pemerintahan.

A.3 Exemplaar

Merupakan pernyataan yang disertai bukti nyata berupa foto, grafik, tabel dan lain-lain. Exemplaar pada berita yang dimuat oleh Kompas ini adalah :

”Menghadapi unjuk rasa di Jakarta, Polda Metro Jaya menyiapkan 10.000 polisi. Adapun pemerintah provinsi DKI Jakarta

menyiagakan 4.000 anggota Satuan Polisi Pamong Praja untuk mengamankan aksi itu”.

Polda Metro Jaya siap sedia menhadapi unjuk rasa, pernyataan tersebut diperkuat oleh adanya nominal angka 10.000 yang menunjukkan berapa banyak polisi yang akan disiapkan untuk unjuk rasa. Begitu pula dengan Satuan Polisi Pamong Praja atau Satpol PP yang juga siap mengamankan aksi tersebut denan menyebutkan nominal 4.000 anggotanya.

A.3 Visual Image

Pada berita Kompas yang jatuh pada 28 Januari 2010 ini adalah berupa foto peta lokasi penutupan jalan dan pengalihan arus lalu lintas di Jakarta. Foto tersebut memperkuat adanya pemberitaan unjuk rasa yang disajikan oleh Kompas, yaitu dengan menunjukkan daerah-daerah mana saja yang mengalami pengalihan arus lalu lintas. Karena beberapa daerah di Jakarta akan dijadikan titik dimana aksi massa tersebut berlangsung.

B. Perangkat Penalaran B.1 Roots

Analisis hubungan kausal atau sebab akibat, Kompas mengemas roots tersebut ke dalam kalimat sebagai berikut :

”Pemimpin nasional juga sering berperilaku berbeda dengan apa yang diucapkannya. Kondisi itu yang membuat masyarakat semakin tidak percaya kepada pemerintah”.

Dari kutipan tersebut dapat diketahui sebab dan akibat yang ditimbulkan oleh sebuah permasalahan, yaitu yang menjadi sebab adalah pemimpin nasional yang

sering berperilaku berbeda dengan apa yang diucapkannya. Sedangkan yang menjadi akibat dari perbuatan tersebut adalah Kondisi tersebut yang membuat masyarakat semakin tidak percaya kepada pemerintah. Selain itu ada hal lain yang dapat memperkuat pernyataan tersebut, yaitu sebuah pernyataan dari Syafii yang mengatakan bahwa :

”Selain memperhatikan demonstrasi, pemerintah perlu lebih memperhatikan persoalan hukum. Penegakkan hukum belum dilakukan karena kepemimpinan nasional cenderung mengambang dan tidak jelas mau membawa negara dan bangsa kemana”.

Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa persoalan hukum juga tidak boleh dilupakan, bahkan pemerintahan cenderung menganggap ringan soal hukum. Sehingga hukum di negara ini menjadi tidak tegas.

B.2 Appeals to principle

Adalah sebuah klaim-klaim moral yang muncul dari suatu pemberitaan yang dianggap merugikan pihak tertentu. Klaim-klaim moral tersebut dibuat untuk berusaha membenarkan atau mengembalikan citra pihak tertentu, seperti yang dapat kita pada kutipan berita di Kompas di bawah ini:

”Terkait unjuk rasa di sekitar Istana Wapres, Yopie mengatakan bahwa, Wapes tetap masuk ke kantor seperti biasa. Demo seperti itu wajar. Bagian dari ekspresi dan dinamika politik yang berkembang. Asalkan tertib, tidak anarki dan menjaga kesantunan, kata Yopie”.

Klaim-klaim moral tersebut diungkapkan oleh Yopie Hidayat karena ia adalah Juru Bicara Wapres, yang juga Staf Khusus Wapres di bidang Media Massa. Sebagai orang yang berada di pihak Wapres tentunya ia taidak akan memberikan pernyataan yang merugikan bagi pimpinannya. Kompas menujukkan adanya appeals to principle

yang dikutip dari pendapat Yopie Hidayat. Ini menujukkan bahwa Kompas selain meyajikan hal-hal yang bersifat kontra terhadap pemeberitaan yang ditulisnya tetapi Kompas juga bersifat pro pada pemeberitaan yang disajikannya kepada pembaca.

B.3 Consequences

Adalah konsekuensi dari sebuah berita yang diturunkan oleh Kompas. Dari pemberitaan tersebut konsekuensi yang dapat diambil adalah unjuk rasa berlangsung damai walaupun presiden pergi ke Banten untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banten I dan wapres Boediono tetap berada di Jakarta untuk memimpin rapat. Banyak pihak yang sebelumnya memberikan pesan kepada kalangan masyarakat yang akan melakukan demonstrasi bahwa demonstrasi sebaiknya dilakukan secara tertib, menjaga norma-norma kesopanan, tidak merusak, dan tidak anarki. Hal tersebut dilakukan agar mencerminkan kedewasaan berdemokrasi di Indonesia seperti aksi demo yang dilakukan di negara lain, demo tersebut malah dianggap sebagai pawai budaya yang menjadi tempat masyarakat menyuarakan pendapatnya secara langsung.

C. Bingkai Inti Kompas 28 Januari 2010

Setelah menganalisis berita tersebut di atas, maka diperoleh bingkai inti dari berita tersebut, sebagai berikut : pada 28 Januari 2010 bertepatan dengan seratus hari kinerja pemerintahan SBY berlangsung unjuk rasa damai oleh sejumlah elemen

masyarakat. Namun sayang, bertepatan pada hari itu presiden SBY justru tidak sedang berada di Jakarta, beliau pergi ke Banten untuk menghadiri peresmian PLTU Banten I. Berikut frame yang diperoleh dari analisis di atas :

Judul : ”Masyarakat Jangan Dirugikan”

Frame : Saat unjuk rasa berlangsung 28 Januari 2010, presiden tidak berada di Jakarta.

Perangkat Pembingkai Perangkat Penalaran

1. Metaphors

Bersamaan dengan aksi massa, Kamis ini, Presiden dijadwalkan tak berada di Jakarta.

1. Roots

Pemimpin nasional juga sering berperilaku berbeda dengan apa yang diucapkannya. Kondisi itu yang membuat masyarakat semakin tidak percaya kepada pemerintah.

2. Catchphrases

Masyarakat Jangan Dirugikan.

2. Appeals to principle

Demo seperti itu wajar. Bagian dari ekspresi dan dinamika politik yang berkembang. Asalkan tertib, tidak anarki dan menjaga kesantunan.

3. Exemplaar

Menghadapi unjuk rasa di Jakarta, Polda Metro Jaya menyiapkan 10.000 polisi. Adapun pemerintah provinsi DKI Jakarta menyiagakan 4.000 anggota Satuan Polisi Pamong Praja untuk mengamankan aksi itu.

3. Consequences

Unjuk rasa berlangsung damai walaupun presiden pergi ke Banten untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banten I dan wapres Boediono tetap berada di Jakarta untuk memimpin rapat.

4. Visual Image

Foto peta lokasi penutupan jalan dan pengalihan arus lalu lintas di Jakarta.

4.3.2.3 Berita 29 Januari 2010 Dalam berita 29 Januari 2010 ini, Kompas menyajikan salah satu beritanya mengenai seratus hari kinerja presiden SBY-Boediono yang berjudul “Pengunjuk Rasa Tidak Puas”. Adapun rincian mengenai berita tersebut dengan menggunakan elemen framing dari Gamson dan Modigliani adalah sebagai berikut :

A. Perangkat Pembingkai A.1 Metaphors

Metaphors yang ada berita ini adalah :

”Pengunjuk rasa di kota Semarang, Jawa Tengah, menyoroti pemberantasan korupsi yang tidak menjadi satu program yang spesifik, tetapi masuk dalam program pemberantasan mafia hukum”.

Kata mafia hukum adalah makna kiasan, makna sebenarnya adalah sekelompok orang yang mempermainkan hukum atau bisa disebut sebagai penjahat hukum. Kata mafia biasanya terkait dengan sekelompok penjahat kelas atas yang lihai dalam menjalankan aksinya. Kompas menunujukkan unsur kiasan pada berita ini dengan menggunakan kata mafia hukum, hal ini adalah ungkapan kata yang terkesan halus.

A.2 Catchphrases

Yang termasuk catchphrases pada berita ini adalah:

”Dalam 100 hari pertama, pemerintah tidak berhasil membuat gebrakan. Yang terlihat dalam 100 hari ini justru kasus Bank Century, ucap Usman Hamid dari Gerakan Indonesia Bersih saat berorasi di Jakarta.”.

Pada kalimat tersebut ditemukan sebuah kata yang dapat dijadikan sebagai cathprases dalam penelitian ini, yaitu kata gebrakan. Kata gebrakan merupakan kata yang menonjol, apalagi dalam rangka penilaian masyarakat terhadap 100 hari kinerja pemerintahan SBY-Boediono yang memang tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Gebrakan bisa diartikan sebagai suatu langkah perubahan yang drastis untuk rakyat Indonesia. Kompas menulis dengan kata tersebut agar pembaca tahu inti dari permasalahan tersebut adalah belum adanya suatu perubahan yang drastis dari pemerintah yang dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Pernyataan tersebut adalah salah satu isu yang diangkat oleh pengunjuk rasa, karena mereka merasa masalah tersebut layak untuk disorot menurut berita yang disajikan oleh Kompas.

A.3 Exemplaar

Merupakan sebuah pernyataan dan diperkuat dengan adanya bukti-bukti yang nyata berupa foto, grafik, prosentase, dan lain-lain. Pada berita yang diturunkan oleh Kompas kali ini menyajikan adanya exemplaar dari permasalahan yang ada. Sperti terlihat pada kalimat di bawah ini :

”Dalam 100 hari pertama, pemerintah tidak berhasil membuat gebrakan. Yang terlihat dalam 100 hari ini justru kasus Bank Century”.

Kalimat tersebut menunjukkan adanya sebuah pernyataan kemudian disusul dengan bukti-bukti nyata yaitu pernyataan yang mengatakan bahwa dalam 100 hari pertama, pemerintah tidak berhasil membuat gebrakan. Kemudian, bukti dari adanya

pernyataan tersebut adalah pada kalimat yang terlihat dalam 100 hari ini justru mengenai kasus Bank Century yang memang ramai dibicarakan masyarakat.

A.4 Depiction

Yang menggambarkan adanya penghalusan atau memiliki makna yang kasar pada berita di Kompas dapat kita lihat sebagai berikut :

”Presiden tidak lari, tetapi meresmikan Pembangkit Listrik di Banten untuk kepentingan masyarakat”.

Dari situ dapat kita lihat bahwa sebenarnya cara menghindar secara halus yang dilakukan oleh presiden adalah dengan pergi ke Banten untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banten I, tetapi jika menurut logika sepertinya jadwal tersebut sudah diatur sejak lama. Karena kepergian presiden ke Banten bertepatan dengan seratus hari kinerja pemerintahan.

Untuk itulah kemudian oleh Kompas ditulis bahwa presiden tidak lari dari unjuk rasa tersebut, melainkan pergi ke Banten untuk meresmikan PLTU. Makna kata yang digaris bawahi di atas adalah tidak menghindar, tetapi meresmikan Pembangkit Listrik di Banten untuk kepentingan masyarakat.

Demikian Kompas menulis berita tersebut, memberikan istilah kata tidak lari pada kalimat tersebut. Kata tersebut merupakan kata yang terkesan menggambarkan sebagai pengecut karena meskipun presiden tidak menghindar tetapi anggapan kalangan masyarakat adalah tetap presiden ada upaya menghindar dari aksi unjuk rasa tersebut.

A.5 Visual Image

Foto elemen masyarakat yang memenuhi kawasan Istana Merdeka, Jakarta, untuk berunjuk rasa bertepatan dengan 100 hari kepemimpinan Presiden SBY, Kamis (28/1). Foto tersebut dimuat oleh Kompas guna untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa banyak massa yang datang memenuhi kawasan Istana Merdeka, Jakrta untuk berunjuk rasa.

Foto tersebut bisa memperkuat pemberitaan yang ada di Kompas, karena ada bukti nyata dari kalangan masyarakat yang menyampaikan ketidak puasannya terhadap kinerja pemerintahan SBY-Boediono.

B. Perangkat Penalaran B.1 Roots

Yang berkaitan dengan pemberitaan di Kompas ini yaitu :

”Mereka meminta pemerintahan Yudhoyono-Boediono agar tidak melupakan kasus Lapindo yang telah menyebabkan penderitaan bagi ribuan warga Porong, Sidoarjo”.

Tuntutan tersebut disampaikan oleh Himpunan Mahasiswa Islam dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia di Madiun, Jawa Timur. Mereka menyuarakan pendapat dalam demo (28/1), selain kritik mengenai kasus lumpur Lapindo, elemen masyarakat juga menyuarakan kritikannya dalam bidang pemberantasan korupsi yang semakin tidak terlihat perkembangannya, dan masalah perjanjian perdagangan bebas ASEAN dan China mulai tahun 2010.

Roots yang ditampilkan oleh Kompas adalah upaya mengingatkan pemerintah agar tidak lupa dengan kasus Lapindo yang bertahun-tahun belum ada penyelesaiannya, bahkan cenderung terabaikan oleh pemerintah. Padahal, akibat

bencana lumpur Lapindo tersebut, ribuan warga Porong menderita kerugian yang sangat besar, namun upaya dari pemerintahan untuk memberikan ganti rugi beberapa tahun yang lalu tampaknya belum cukup untuk memberi penghidupan yang layak bagi korban lumpur Lapindo tersebut.

B.2 Appeals to principle

Merupakan sebuah klaim moral atau pembenaran dalam menghadapi suatu maslah, seperti klaim moral yang disampaikan oleh guru besar Ilmu Politik Universitas Indonesia Iberamsjah :

”Presiden harus menjadi pemimpin yang tegas dan berani dalam segala keadaan”.

Pendapat ini muncul karena akibat dari kepergian presiden ke Banten yang akhirnya menimbulkan anggapan bahwa presiden terkesan menghindar dari demo.

Dari sini terlihat bahwa banyaknya kritikan yang dilayangkan kepada presiden tetapi ada saja yang memberikan teori pembenaran, seprti yang diungkapkan oleh Djoko Suyanto di atas. Kompas menggambarkan adanya sikap saling membenarkan dan menyalahkan sehingga berita yang ada menjadi lebih menarik.

B.3 Consequences

Konsekuensi yang dapat diambil dari peristiwa ini yaitu bertepatan 100 hari kinerja pemerintahan 28 Januari 2010, terjadi unjuk rasa di sejumlah kota tetapi bertepatan tanggal tersebut justru presiden SBY tidak berada di Jakarta. Hal ini yang

menimbulkan anggapan bahwa presiden lari dari unjuk rasa ini, padahal sebenarnya presiden pergi ke Banten untuk meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Banten

Dokumen terkait