• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: ANALISIS PENELITIAN

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

C. Berita lain

Di bawah ini adalah artikel berita lain yang terkait dengan kelompok yang dimarjinalkan yaitu Pondok Pesantren Al-Zaytun. Berita-berita di bawah ini menceritakan bagaimana kelompok yang dimarjinalkan pada kemudian hari mendapat tekanan dari masyarakat sekitar. Berita-berita tersebut ditemukan dari portal detik.com, yaitu detikNews. Menurut peneliti artikel ini, menggambarkan dampak negatif yang terjadi akibat dari upaya pemarjinalan terhadap pondok pesantren Al-Zaytun yang terjadi setelah beredarnya berita

mengenai penyekapan di Al-Zaytun dalam majalah detik online edisi 58 tersebut.

Berikut adalah berita yang terjadi di lingkungan pesantren, akibat pemberitaan yang muncul pada majalah detik online.

1. Berita 1

Polisi amankan pelaku pembakaran Pos Ponpes Al Zaytun

Baban Gandapurnama – detikNews

Indramayu, - Buntut insiden pembakaran pos di pondok pesantren (ponpes) Al Zaytun, polisi

mengamankan dua orang tersangka. Keributan antara penghuni Al Zaytun dan warga yang berujung anarki itu dipicu soal saling klaim tanah.

"Tindak lanjut penanganan aksi anarkis terkait sengketa lahan di lokasi Yayasan Al Zaytun, saat ini telah mengamankan dua tersangka inisial N dan T," jelas Kabidhumas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul via pesan singkat, Senin (4/11/2013). Menurut Martin, situasi di lokasi kejadian sudah kondusif. Polres Indramayu terus menyelidiki perkara pembakaran tersebut. Tidak menutup kemungkinan jumlah tersangka bisabertambah. "Keduanya diduga melakukan perusakan dan pembakaran pos keamanan dan sepeda milik karyawan Al Zaytun. Saat ini penyidik masih kembangkan kasusnya untuk cari tersangka lain," jelas Martin.

Seperti yang diketahui, kericuhan berawal dari warga Al Zaytun yang berjumlah puluhan orang datang dan mengklaim lahan garapan warga. Mereka kemudian membangun posko di tanah itu.Warga yang tak terima lalu datang dan melakukan perlawanan. Bentrokan tak terhindarkan1

Kejadian yang diberitakan di atas mengenai pembakaran pos di pondok pesantren al-Zaytun yang dilakukan oleh m

asyarakat. Perlakuan anarkhis masyarakat tersebut diduga terjadi akibat banyaknya berita buruk yang muncul atau dimunculkan berkait dengan pondok Pesantren al-Zaytun.

1

Bahkan secara antagonis, reporter detikNews, memberikan keterangan awal kejadian kericuhan adalah kesalahan pihak pondok pesantren yang mengklaim lahan garapan warga. Kata-kata: “Seperti yang diketahui”, menunjukan seakan-akan telah dilakukan pemberitaan sebelumnya. Dalam berita ini tidak ada kalimat yang menunjukkan bahwa reporter telah melakukan konfirmasi kepada pihak korban. Strategi media ini, juga menunjukkan adanya upaya memarjinalkan pondok Pesantren Al-Zaytun, yang pada gilirannya dapat membentuk pemahaman tertentu bagi pihak masyarakat dan dapat berdampak negatif.

Jika dilihat dari sudut pandang inklusi, aktor sosial yang disebutkan dalam berita ditampilkan seolah-olah warga yang ditangkaplah sebagai korban akibat tindak kekerasan dan tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh pihak pesantren. Sehingga, menimbulkan kericuhan yang terjadi dilingkungan pesantren. Namun tidak ditemukan kejelasan, pihak mana yang sesungguhnya yang salah.

2. Berita 2

3 Korban Penyekapan Al-Zaytun Melapor ke Komnas HAM M Iqbal - detikNews

Jakarta - Sebanyak 3 orang karyawan yang merupakan korban penyekapan yang terjadi di Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, melapor ke Komnas HAM didampingi seorang anggota Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras). Mereka berharap Komnas HAM dapat membantu menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Pantuan detikcom, Rabu (8/1/2013), 3 orang karyawan yang merupakan korban penyekapan dengan didampingi 5 karyawan lainnya, mendatangi kantor Komnas HAM di Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat, sekitar pukul 13.45 WIB. Mereka datang didampingi juga oleh seorang anggota Kontras Arif, untuk membantu pelaporan.

"Kita mengadukan kasus pidana dan perdata yang terjadi di Al-Zaytun. Pidana yang diadukan kasus penyekapan, kalau perdata yang akan kita adukan adalah hak-hak karyawan selama bekerja di sana," kata salah seorang korban penyekapan Sutrisno saat tiba di kantor Komnas HAM. Menurutnya, korban penyekapan seluruhnya ada 5 orang, namun karena tidak bisa semua ke Jakarta maka hanya 3 orang korban penyekapan dan 5 karyawan lainnya yang menuntut kasus perdata. "Harapan kami untuk kasus pidana ini Komnas HAM bisa memantau kasus yang terjadi ini, dan perdata kita berharap Komnas HAM dapat memediasi terhadap ketenagakerjaan di Al-Zaytun dan membantu segala tuntuan yang akan diajukan oleh teman-teman," terangnya. Rombongan karyawan Al Zaytun yang datang membawa berkas tersebut langsung diterima di ruang pengaduan oleh dua orang staf. Di ruang tersebut mereka menceritakan kasus penyekapan yang mereka alami di pesantren Al Zaytun beberapa waktu silam.

Hingga pukul 14.30 WIB, mereka masih berada di ruang pengaduan dan menyelesaikan pelaporan. Peristiwa penyekapan itu secara lengkap dapat dibaca di edisi terbaru Majalah Detik (edisi 58, 7 Desember 2012). Edisi ini mengupas tuntas Pondok Pesantren Al-Zaytun dengan tema „Penyekapan

Sadis Al-Zaytun‟.2

Kapolres: Posko Al Zaytun Dibakar Warga, Situasi Sudah Kondusif

Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Kapolres Indramayu AKBP Wahyu Bintono memastikan ricuh di Ponpes Al Zaytun sudah

berhasil diredam.Pihak kepolisian sudah berjaga dan mengamankan situasi. Bentrok dipicu soal saling klaim tanah.

"Situasi sudah kondusif.Ada semacam keributan, masih kita selidiki.Ada pos milik Al Zaytun dibakar warga, kemudian ada juga warga Al Zaytun yang kena pukul," jelas Wahyu saat dikonfirmasi detikcom, Senin (4/11/2013).

Wahyu menegaskan, kericuhan dipicu karena warga Al Zaytun yang berjumlah puluhan orang datang dan mengklaim lahan garapan warga. Mereka kemudian membangun posko di tanah itu. Warga yang tak terima lalu datang dan melakukan perlawanan. Bentrokan tak terhindarkan. "Ya soal milik siapa tanah itu kita selidiki, ini saling klaim," tambah Wahyu.

Anggota kepolisian masih berjaga di sekitar lokasi. Polisi melakukan olah TKP dan identifikasi. "Kita berjaga sampai situasi kondusif," kata Wahyu. Pihak kepolisian memberi peringatan, bila ada warga atau petugas keamanan Al Zaytun kembali membuat keributan, akan ditindak tegas. "Kita ingatkan jangan anarkis," tutupnya3.

Ratusan Warga Bentrok dengan Keamanan Al Zaytun Soal Tanah, 5 Orang Luka

Indra Subagja – detikNews.

Jakarta - Bentrokan pecah di kawasan pesantren Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat.Bentrokan terjadi terkait sengketa lahan garapan, antara warga dan keamanan Al Zaytun. "Ini kasus lama. Ini soal tanah," kata Tim Advokasi Penyelamat Mahad Al Zaytun, Ken Setiawan, saat dikonfirmasi, Senin (4/11/2013). Bentrokan terjadi ketika tanah garapan warga diduduki ratusan keamanan Al Zaytun. "Tanah itu atas nama menteri pertanian Al Zaytun Imam Suprianto, terus Imam sudah keluar dari Al

2

Berita di ambil di media online detik pada hari Rabu,tanggal 09/01/2013 pukul 15:01 WIB 3

Zaytun. Tapi tanah itu disewakan ke warga untuk digarap," jelas Ken. Namun Ken menegaskan, secara fakta, tanah itu atas nama Imam. Tiba-tiba warga Al Zaytun datang dan melakukan pendudukan." Ada sepeda yang dibakar punya Al Zaytun," tuturnya. Situasi memanas, warga dan santri Al Zaytun berhadap-hadapan."Ada yang dipukul, ada lima orang yang luka," jelas Ken. Kini kondisi berangsur kondusif. Petugas kepolisian sudah berjaga di lokasi. "Ada 5 truk polisi," tutupnya4.

wacana yang dikembangkan oleh majalah detik online mencakup: 1. Cara mengembangkan berita

Sesuai dengan tujuan penelitian yang pertama adalah untuk mengetahui cara majalah detik online mengembangkan berita mengenai Pesantren Al-Zaytun maka susunan kata-kata, kalimat-kalimat, serta paragraf-paragraf yang dipilih dan digunakan dalam artikel berita penyekapan karyawan di Pesantren Al-Zaytun ini, didominasi dengan penilaian dan subjektifitas. Kandungan makna pada hampir setiap paragraf artikel ini, sangat minim dengan dukungan data yang faktual. Data-data yang ditampilkan adalah laporan subjektif dari aktor penguasa sebagai pemesan berita. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya dan tidak ditemukannya unsur fakta hukum yang dapat dijadikan dasar tulisan pada artikel berita ini.

Hirarki data tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai data primer, walaupun data diperoleh dari aktor atau pelaku. Hal tersebut dikarenakan data-data yang diolah menjadi artikel ini tidak diperoleh ketika kejadian yang dimaksud terjadi. Oleh sebab itu subjektifitas aktor telah diberi ruang oleh para reporter dan ilustrator untuk dikembangkan menjadi artikel berita dengan model tertentu. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada konstruksi berita. Dengan demikian dapat juga dikatakan bahwa

4

aktor pemesan berita dengan pengalamannya yang pernah menjadi relawan atau karyawan di Pesantren tersebut, sangat mempengaruhi para Reporter dan Ilustrator dalam bangunan susunan kata dan kalimat yang digunakannya untuk artikel pemberitaan ini.

2. Wacana berita

Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada wacana tertentu, atau wacana apa yang terkandung dalam berita penyekapan tersebut.

3. Munculnya wacana tertentu semakin terbaca ketika memperhatikan kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang ditampilkan oleh para reporter bahkan juga oleh ilustrator. Hal tersebut ditunjukan dengan tidak ada satupun paragraf artikel ini yang menerangkan bahwa, reporter telah melakukan penelitian atau konfirmasi kepada pihak Pesantren Al-Zaytun. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dominasi pemberitaan adalah berupa data yang diperoleh dari pihak aktor pemesan berita. Sehingga tidak terjadi perimbangan input berita. Selain itu, ketidak perimbangan berita ini berakibat pada sulitnya dipisahkan antara wacana aktor pemesan berita dan reporter serta ilustrator.

4. Ditegaskan bahwa teks dan gambar yang diteliti adalah artikel berita bersifat opini, jadi berkenaan dengan realitas sesungguhnya. Para reporter dan ilustrator membangun pembaca untuk berempati pada aktor pemesan berita melalui kata dan kalimat yang provokatif yang diceritakan secara detail dalam cerita penyekapan di Pesantren. Bagaimana dilema yang dialami, pengorbanan, dan perjuangan yang

dirasakan dalam penokohannya. Hal tersebut bagi peneliti wajar terjadi, dengan maksud membangun alur cerita yang hidup sehingga pembaca dapat memahami maksud yang hendak dibangun para Reporter dan Ilustrator.

5. CDA adalah metode yang dapat dipakai untuk membedah dan memahami sebuah teks dan gambar tidak hanya dalam tataran struktur gramatikal tapi sampai tingkat ideologi. Sebab susunan atau konstruksi sebuah teks berawal mula dari pergulatan pikiran dan ideologi juga bermain di sini. Pendekatan Theo Van Leeuwen. dikenal sebagai Critical Linguistic yang memandang bahasa sebagai praktek sosial melalui mana suatu kelompok memantapkan dan menyebarkan ideologi. Apa yang dilakukan Theo Van Leeuwen adalah meletakkan tata bahasa dan praktek pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktek ideologi.

6. Temuan dari analisis dengan menggunakan parameter teori Theo Van Leeuwen bukan dalam tataran CDA. Tapi dalam penelitian ini dipakai untuk lebih melihat secara teks gambar dan konteksnya. Ternyata, ditemukan pemahaman lebih detil tentang siapa yang dibicarakan apa yang dibicarakan dan bagaimana hal itu dibahasakan.

Berdasarkan analisa terhadap konstruksi artikel berita ini maka sangat tampak munculnya wacana tertentu berupa pergulatan dan pertarungan historis dari aktor penguasa sebagai pemesan berita dan reporter. Baik aktor pemesan berita, maupun Majalah detik online dengan segala pengalaman, pengetahuan, referesensi-referensinya mempunyai sisi-sisi tertentu dalam memandang Pesantren Al-Zaytun.

Konstruksi wacana yang dikembangkan oleh para Reporter dan Ilustrator juga ditandai oleh beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Para Reporter dan Ilustrator menempatkan diri nya berada pada posisi pembelaan terhadap aktor pemesan berita. Teks yang ada lebih dominan bercerita tentang bagaimana pesantren melalui oknumnya melakukan penyekapan dan kekerasan kepada para aktor pemesan berita. Semuanya, begitu jelas dalam rangkaian narasi dan bahasa yang digunakannya.

2. Apa yang para Reporter lakukan dalam mengkonstruksi teks artikel berita, tampak sekali bentuk orientasi dan batasan pandangan pada persoalan wacana menjatuhkan dan pemarjinalan pihak Pesantren dan juga para Oknum yang ditampilkan. Para Reporter dan Ilustrator, dalam artikel beritanya, bermain dengan tuturan bahasa yang berupa; kata, kalimat, gambar yang lebih menonjolkan bagaimana berlangsungnya penyekapan, kekerasan, serta pembaca dibawa seolah-olah ikut terlibat didalamnya dengan penggunaan bahasa yang sarat akan hasut dan benci namun tetap dapat mewakili maksud pandangan dari aktor pemesan berita serta para Reporter dan Ilustrator. Dalam seluruh teks dan gambar sangat jelas sekali bagaimana keburukan pada pesantren ini dapat dinilai, dan tampaknya pra Reporter dan Ilustrator lebih cenderung menyenangi penonjolan pada pesantren, penyekapan, kekerasan serta oknum yang melakukannya. Ini terlihat dari beberapa pernyataan dalam teks dan gambar artikel berita setelah dilakukan analisis, yang menunjukkan implied author dari Para

reporter dan Ilustratornya.

7. Dalam artikel ini pun banyak terdapat sisipan-sisipan cerita aktor pemesan berita dan teman- temannya yang menyebarkan selebaran berisi kecaman terhadap apa yang dilakukan oleh pesantren. Dan sisipan cerita ini, dianggap sebagai sebuah bentuk pembenar atau penguat dalam fungsi propaganda yaitu dianggap sebagai sebuah penumpukan fakta yang mendukung (card stacking). Jika dalam fungsi mitos, dirinya dapat dianggap sebagai myth concern (pengukuhan mitos). Fungsi sisipan-sisipan cerita tersebut dianggap bahwa para reporter dan Ilustrator mencoba me-recall memori kolektif pembaca, sehingga pembaca diarahkan dalam sebuah frame inti dari cerita pesantren tersebut dan hal ini membuat para reporter dan ilustrator, tampak lebih “berpihak” pada para aktor pemesan berita dan memojokkan serta memarjinalkan pihak pondok Pesantren Al-Zaytun.

Dengan adanya pemberitaan tentang pesantren yang menurut peneliti membuat pemikiran masyarakat menjadi buruk tentang Al-Zaytun. Akibatnya, masalah yang muncul pun menjadi semakin rumit dan melebar. Salah satunya ,permasalahan tentang tanah yang sebelum pemberitaan berjalan dengan baik, namun sekarang menjadi ricuh, dan terjadi hal-hal yang membuat pesantren semakin terlihat buruk.

65

BAB V

Dokumen terkait